@murariki005: POV ||: Pagi baru menembus tirai kamar tamu yang dingin. Kamu terbangun lebih awal dari alarm. Bukan karena nyaman, tapi karena semalam tidurmu tak pernah benar-benar nyenyak. Rasanya, seperti tubuhmu belum sempat beristirahat. Kamu menghela nafas pelan dan menggenggam cincin di jari manismu—satu-satunya bukti bahwa kamu kini adalah seorang istri. Meski tak pernah dianggap sebagai itu. Kamu melangkah keluar kamar dengan hati-hati, mencoba tak membuat suara apa pun. Di rumah sebesar ini, rasanya kamu begitu kecil. Kamu tau kamu masih bisa melakukan satu hal sederhana sebagai seorang istri: memasak sarapan untuk suamimu. ——— Kamu membuka kulkas dan mengambil beberapa bahan. Telur, sayur, nasi sisa semalam yang bisa dijadikan nasi goreng. Kamu memotong bawang, mengiris cabai, dan menggiling bumbu dengan hati-hati. Tangismu semalam belum sepenuhnya kering, tapi kamu ingin tetap mencoba. Setidaknya pagi ini bisa sedikit lebih baik. Tapi pisau itu terlalu tajam. Tanpa sengaja, jari telunjukmu teriris. Cukup dalam, cukup menyakitkan. Darah mengalir cepat, menetes ke talenan dan ke lantai. Kamu memekik kecil, buru-buru mencari tisu, membalut luka dengan tergesa-gesa. Tapi darah tetap mengalir. Saat itu juga, suara langkah kaki terdengar menuruni tangga. Jay muncul dengan kemeja rapi dan rambut yang masih sedikit basah, tanda ia baru mandi. Aroma parfumnya langsung memenuhi ruangan. Tapi bukan itu yang membuatmu tercekat. Dia tidak menatapmu sama sekali. Bahkan ketika darah masih mengucur dari jarimu. Bahkan ketika kamu berdiri di sana, dengan wajah lelah dan luka yang terbuka. “Jay…” panggilmu pelan. Jay berjalan melewatimu begitu saja. Kamu mengumpulkan keberanian dan menghentikan langkahnya dengan tangan yang satu lagi. “Sarapan dulu, ya? Aku udah masak—” “Gak usah.” Nada suaranya tajam, dingin, memotong harapan kecil yang sempat tumbuh di dadamu. Jay menatapmu, akhirnya. Tapi bukan tatapan suami. Lebih mirip seperti melihat seseorang yang mengganggu jalannya. “Kamu gak perlu repot-repot masak buat aku. Gak usah berpura-pura jadi istri. Kita tahu kenyataannya, kan?” ujarnya dengan tenang tapi menyakitkan.” Kamu cuma istri yang gak pernah aku harapkan. Jadi gak usah berusaha kelihatan berguna.” “Setidaknya kamu hargain, Jay. Aku udah rela masak demi kamu, tangan aku sampai berdarah. Demi kamu, setidaknya kamu—”  Jay memotong cepat, tegas, “Dan kamu mengharap aku khawatir, iya?! Jangan bodoh, Y/n. Aku tidak akan pernah menghargai usahamu apapun itu, kamu kira aku akan khawatir dengan luka yang ada di tanganmu itu? Jangan harap, kamu hanya istri di atas kertas. Aku tidak mencintaimu, aku juga tidak pernah menganggap mu sebagai istri ku. Karena kamu istri yang tidak aku inginkan keberadaan nya” Setelah berkata seperti itu, dia menarik tangannya dari genggamanmu dan keluar rumah tanpa menoleh lagi. Pintu depan tertutup pelan, tapi bunyinya seperti bom yang meledak dalam dadamu. Kamu berdiri mematung. Luka di jarimu terasa perih. Tapi tidak sebanding dengan perih di hatimu. Kamu mencoba menelan rasa sakit itu, tapi dadamu terlalu sesak. Air matamu jatuh, menetes bersama darah di lantai dapur. Kamu terduduk pelan, memegangi tanganmu yang masih berdarah. Dengan tisu seadanya, kamu membalut luka sendiri. Tak ada yang bisa kamu ajak bicara. Tak ada yang bisa kamu peluk. #jay #enhypen #pov #foryoupage

𝒏𝒊-𝒌𝒊_𝒈𝒊𝒓𝒍🐣🩷

Open In TikTok:

Region: ID

Saturday 09 August 2025 11:04:03 GMT