@michelle.hardy22: so funny!!!#cats #cutecats #foryou #funnytiktok #funnyvideos #usa #funnyanimals #fypシ #cute #funnycat #catlover #funnypets #viral #funny

michelle.hardy
michelle.hardy
Open In TikTok:
Region: US
Saturday 09 August 2025 15:36:56 GMT
327
67
3
2

Music

Download

Comments

laurencegasol
Laurence Gasol :
😂😂😂
2025-08-10 17:22:16
0
mariadelao544
mariadelao544 :
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2025-08-09 18:30:22
0
johnflores7273
John Flores727 :
😂😂😂
2025-08-09 15:59:11
0
To see more videos from user @michelle.hardy22, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

𝐏𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐁𝐮𝐤𝐚𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐢𝐬𝐢 𝐄𝐦𝐛𝐞𝐫, 𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐥𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐩𝐢 —-------------------------------- 𝐏𝐮𝐫𝐰𝐨𝐤𝐞𝐫𝐭𝐨: Pernyataan bahwa “pendidikan bukanlah mengisi ember, tetapi menyalakan api” sering dikaitkan dengan filsuf dan penyair Irlandia, William Butler Yeats. Ungkapan ini mengandung makna filosofis yang dalam: pendidikan bukan sekadar transfer informasi atau penumpukan pengetahuan, melainkan proses membangkitkan semangat, rasa ingin tahu, dan daya hidup dalam diri manusia. Pendidikan sebagai Transformasi, Bukan Akumulasi Mengisi ember adalah metafora dari model pendidikan tradisional yang menekankan hafalan dan akumulasi fakta. Murid dipandang sebagai wadah kosong yang harus diisi oleh guru dengan informasi. Cara ini memang mencetak manusia dengan pengetahuan, tetapi tidak selalu melahirkan kreativitas atau kebijaksanaan. Sebaliknya, menyalakan api berarti menumbuhkan motivasi intrinsik, daya kritis, serta semangat belajar sepanjang hayat (lifelong learning). Paulo Freire (1970) dalam Pedagogy of the Oppressed mengkritik model pendidikan “banking system”, di mana guru sekadar mendepositkan pengetahuan ke dalam pikiran siswa. Ia menegaskan bahwa pendidikan seharusnya membebaskan dan membangkitkan kesadaran kritis (conscientization). Perspektif Filsafat: Api sebagai Lambang Jiwa Dalam filsafat Yunani Kuno, api sering dipandang sebagai simbol jiwa dan pengetahuan. Herakleitos, misalnya, memandang api sebagai unsur kosmik yang melambangkan perubahan dan kehidupan. Bila dikaitkan dengan pendidikan, api adalah metafora bagi proses dialektis yang membakar, menggerakkan, dan menerangi jalan menuju kebijaksanaan. John Dewey (1916) dalam Democracy and Education menekankan bahwa pendidikan harus berbasis pengalaman, bukan sekadar transmisi informasi, agar manusia dapat hidup aktif dan reflektif dalam masyarakat. Tinjauan Psikologi: Motivasi dan Kreativitas Dari perspektif psikologi pendidikan, gagasan “menyalakan api” dapat dikaitkan dengan teori motivasi intrinsik. Menurut Edward Deci dan Richard Ryan (1985) dalam Self-Determination Theory, pembelajaran yang baik harus menumbuhkan otonomi, kompetensi, dan keterhubungan. Anak-anak yang hanya dijejali informasi cenderung pasif, sedangkan anak-anak yang diberi ruang eksplorasi akan lebih kreatif dan bersemangat. Hal ini juga sejalan dengan pemikiran Lev Vygotsky (1978) dalam Mind in Society tentang pentingnya zone of proximal development, yaitu ruang di mana siswa didukung untuk mengembangkan potensi mereka secara aktif. Pendidikan dalam Praktik Sosial Menyalakan api berarti membuat siswa mampu merasakan relevansi ilmu dengan kehidupan nyata. Misalnya, pendidikan tentang lingkungan tidak berhenti pada data tentang polusi, tetapi juga menyalakan kepedulian terhadap alam. Demikian pula pendidikan sejarah tidak berhenti pada kronologi, melainkan menginspirasi siswa untuk belajar dari masa lalu dan membangun masa depan yang lebih baik. Kesimpulan Pendidikan sejati bukanlah gudang pengetahuan, melainkan jalan menuju pencerahan batin dan kebebasan berpikir. Ia tidak sekadar mengisi ember, tetapi menyalakan api yang akan terus menyala dalam diri peserta didik, membimbing mereka menemukan makna, kreativitas, dan tanggung jawab sebagai manusia.@ps #akademik
𝐏𝐞𝐧𝐝𝐢𝐝𝐢𝐤𝐚𝐧 𝐁𝐮𝐤𝐚𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐌𝐞𝐧𝐠𝐢𝐬𝐢 𝐄𝐦𝐛𝐞𝐫, 𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐌𝐞𝐧𝐲𝐚𝐥𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐀𝐩𝐢 —-------------------------------- 𝐏𝐮𝐫𝐰𝐨𝐤𝐞𝐫𝐭𝐨: Pernyataan bahwa “pendidikan bukanlah mengisi ember, tetapi menyalakan api” sering dikaitkan dengan filsuf dan penyair Irlandia, William Butler Yeats. Ungkapan ini mengandung makna filosofis yang dalam: pendidikan bukan sekadar transfer informasi atau penumpukan pengetahuan, melainkan proses membangkitkan semangat, rasa ingin tahu, dan daya hidup dalam diri manusia. Pendidikan sebagai Transformasi, Bukan Akumulasi Mengisi ember adalah metafora dari model pendidikan tradisional yang menekankan hafalan dan akumulasi fakta. Murid dipandang sebagai wadah kosong yang harus diisi oleh guru dengan informasi. Cara ini memang mencetak manusia dengan pengetahuan, tetapi tidak selalu melahirkan kreativitas atau kebijaksanaan. Sebaliknya, menyalakan api berarti menumbuhkan motivasi intrinsik, daya kritis, serta semangat belajar sepanjang hayat (lifelong learning). Paulo Freire (1970) dalam Pedagogy of the Oppressed mengkritik model pendidikan “banking system”, di mana guru sekadar mendepositkan pengetahuan ke dalam pikiran siswa. Ia menegaskan bahwa pendidikan seharusnya membebaskan dan membangkitkan kesadaran kritis (conscientization). Perspektif Filsafat: Api sebagai Lambang Jiwa Dalam filsafat Yunani Kuno, api sering dipandang sebagai simbol jiwa dan pengetahuan. Herakleitos, misalnya, memandang api sebagai unsur kosmik yang melambangkan perubahan dan kehidupan. Bila dikaitkan dengan pendidikan, api adalah metafora bagi proses dialektis yang membakar, menggerakkan, dan menerangi jalan menuju kebijaksanaan. John Dewey (1916) dalam Democracy and Education menekankan bahwa pendidikan harus berbasis pengalaman, bukan sekadar transmisi informasi, agar manusia dapat hidup aktif dan reflektif dalam masyarakat. Tinjauan Psikologi: Motivasi dan Kreativitas Dari perspektif psikologi pendidikan, gagasan “menyalakan api” dapat dikaitkan dengan teori motivasi intrinsik. Menurut Edward Deci dan Richard Ryan (1985) dalam Self-Determination Theory, pembelajaran yang baik harus menumbuhkan otonomi, kompetensi, dan keterhubungan. Anak-anak yang hanya dijejali informasi cenderung pasif, sedangkan anak-anak yang diberi ruang eksplorasi akan lebih kreatif dan bersemangat. Hal ini juga sejalan dengan pemikiran Lev Vygotsky (1978) dalam Mind in Society tentang pentingnya zone of proximal development, yaitu ruang di mana siswa didukung untuk mengembangkan potensi mereka secara aktif. Pendidikan dalam Praktik Sosial Menyalakan api berarti membuat siswa mampu merasakan relevansi ilmu dengan kehidupan nyata. Misalnya, pendidikan tentang lingkungan tidak berhenti pada data tentang polusi, tetapi juga menyalakan kepedulian terhadap alam. Demikian pula pendidikan sejarah tidak berhenti pada kronologi, melainkan menginspirasi siswa untuk belajar dari masa lalu dan membangun masa depan yang lebih baik. Kesimpulan Pendidikan sejati bukanlah gudang pengetahuan, melainkan jalan menuju pencerahan batin dan kebebasan berpikir. Ia tidak sekadar mengisi ember, tetapi menyalakan api yang akan terus menyala dalam diri peserta didik, membimbing mereka menemukan makna, kreativitas, dan tanggung jawab sebagai manusia.@ps #akademik

About