@bike_lavar07: #bike_lavar07

BIKE__LOVER__R¹⁵V³
BIKE__LOVER__R¹⁵V³
Open In TikTok:
Region: BD
Friday 15 August 2025 11:48:45 GMT
50434
5405
153
384

Music

Download

Comments

kim.suborna6
kim suborna :
মেয়ে হয়ে ও বাইকের প্রতি আসক্ত আমি, bike my emotions 🏍️🏍️🏍️
2025-08-25 10:53:11
7
assalamualaikum2580
~𝑩.𝑫 👮‍♀️ 𝑷𝒐𝒍𝒊𝒄𝒆 :
gxr bike Laver
2025-09-01 00:44:03
0
bd.sadqueen4
🥰মিষ্টি রানী 🥰 :
আল্লাহ আমার স্বপ্নটাকে পূরণ করে দাও আল্লাহ 🥰🥰
2025-10-01 05:35:28
1
kimtaeteaot7
Rin..NOHARA 👰🫶 :
My Dream Bike
2025-09-17 01:39:21
0
bororpicchi1
অচেনা আমি :
মেয়ে হয়ে ও বাইকের প্রতি আসক্ত আমি I love bike 🥰
2025-09-08 19:43:59
1
tanisa.aktar662
Tanisa Aktar :
hobbe 😏
2025-09-21 16:14:52
0
eshita.akther65
"Suvra" :
My emotion 🖤
2025-09-14 11:12:10
1
quein.shity
🧃🍒QUeIN SHITY🍒🧃 :
wow.....❤️‍🩹
2025-09-21 09:51:05
0
everyday.with.nay
Everyday with Nayeem :
"Always a vibe 😎🔥"
2025-08-17 04:31:45
0
mijanurrahmanras65
mijanurrahmanras6 :
joss
2025-08-19 17:16:29
0
saramoni4177
🍒[Sky]🍒 :
my imotion
2025-08-27 03:20:46
2
ajmir.king6
👑 Ajmir King 6 👑 :
MT 15 plz🙏🙏🙏🙏
2025-08-15 11:52:40
4
sumaiyayeasmindipa5
Sumaiya Yeasmin Dipa :
একটু সাপোর্ট করবেন প্লিজ
2025-08-16 10:00:57
0
md.salfin.mahmud
Tanjim :
In sha Allah
2025-08-15 13:49:26
1
sk.shahadat847
Sk Shahadat :
সাপোর্ট করেন প্লিজ ভাইয়া প্লিজ প্লিজ প্লিজ প্লিজ প্লিজ প্লিজ প্লিজ প্লিজ প্লিজ প্লিজ প্লিজ প্লিজ প্লিজ প্লিজ প্লিজ প্লিজ প্লিজ প্লিজ ভাইয়া
2025-09-26 10:34:03
0
ommahaneommahane
omme hani :
onk sondour
2025-09-11 09:52:25
0
alphamoni.4l
Ayesha Moni :
my dream 😫😫
2025-09-16 10:19:46
0
shamiul.rahman.ey
Shamiul Rahman Eya :
My imotion 🥺🥺🥺🥺
2025-08-15 14:10:19
1
badboysj5
𝙹𝚂 1 % 𝙻𝙸𝙵𝙴 :
𝙼𝚃 𝟷𝟻 𝙼𝚈 𝙴𝙼𝙾𝚃𝙸𝙾𝙽 🥺✌️🫶
2025-08-16 01:54:39
0
tamannakhatun3221
Tamanna Khatun :
@SAGOR কিনবেন🥰🥰🥰
2025-09-20 11:08:00
0
tasmiya4173
Sabiha 9090 :
@???ASIF???
2025-08-27 14:31:49
1
ikraikra823
Offline🖤😔 :
💖💖💖
2025-08-18 09:49:52
1
mijanur.rohman090
✿✧✰M༏𝕛𝑎ꪀ✰✧✿ :
❤️❤️❤️
2025-08-16 19:28:41
1
user678167435306
Marzia@Islam@Ani🥰🥰🥰 :
😊😊😊😊
2025-08-15 12:51:07
1
To see more videos from user @bike_lavar07, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

  “Kau tahu kenapa Syaikh Siti Jenar bisa berkata Ana al-Haqq tanpa dosa… tapi kalau kita yang mengucap, justru bisa celaka?” ---    “Yang berbicara bukan Siti Jenar… tapi Yang Hidup di dalamnya. Saat ‘aku’-mu masih bicara, engkau belum lenyap dalam-Nya.” --- Suara azan subuh menggema perlahan. Di sebuah surau tua di pinggir desa, seorang murid muda duduk bersila di depan gurunya, wajahnya tampak gelisah. Murid: Guru... aku ingin bertanya sesuatu, tapi aku takut dianggap sesat. Guru: Kebenaran tidak pernah takut pada pertanyaan, nak. Katakanlah. Murid: Aku membaca kisah Syaikh Siti Jenar... juga al-Hallaj. Mereka berkata “Ana al-Haqq” — Aku adalah Yang Maha Benar. Tapi bukankah itu seperti mengaku Tuhan? Bagaimana bisa seorang hamba berkata begitu? Guru: Nak, saat engkau berkata “Aku”, siapa yang engkau maksud? Murid: Aku... ya diriku sendiri. Aku yang berbicara sekarang. Guru: Dan saat Siti Jenar berkata “Aku”, “aku”-nya sudah tidak ada. Yang berbicara bukan manusia, tapi Yang Hidup di dalam segala kehidupan. Ketika embun berkata “aku air”, itu masih dusta. Tapi ketika embun lenyap di bawah cahaya mentari, maka yang tersisa hanyalah cahaya itu sendiri. Apakah engkau bisa berkata embun menjadi matahari? Tidak. Karena embun sudah tiada. Hanya matahari yang tampak. Begitu pula Siti Jenar, ia bukan “menjadi” Allah — ia lenyap di hadapan Allah. --- Murid: Tapi guru... kalau aku berkata “Ana al-Haqq” sekarang, apakah salah? Guru: Tidak salah kalau hatimu sudah fana. Tapi bila engkau masih merasa, “akulah yang mengerti makna ini”, maka yang berkata itu bukan Allah — melainkan ego yang menyamar jadi sufi. Hati-hati, nak. Ego yang mengenakan jubah spiritual lebih berbahaya daripada iblis yang telanjang. --- Murid: Bagaimana aku tahu, guru, bahwa egoku masih ada? Guru: Selama engkau masih merasa diri sedang berusaha menuju Allah, selama engkau masih ingin menjadi suci, selama engkau masih memandang dirimu berzikir, maka di sanalah egomu berdiri diam, menatap dari balik tirai. Fana bukan berarti hilang tubuh, tapi hilangnya kesadaran bahwa engkau sedang ada. Ketika engkau sudah tidak tahu siapa yang berzikir, tidak tahu siapa yang mencinta, tidak tahu siapa yang menangis, maka yang tersisa hanyalah Dia. --- Guru: Nak, Siti Jenar tidak bicara tentang dirinya. Ia bicara tentang keadaan di mana tiada lagi “aku” yang memisahkan hamba dari Tuhan. Ketika seorang insan berkata “Aku adalah Allah” tanpa ego, itu bukan kesombongan — itu kesaksian. Tapi jika ia berkata demikian dengan rasa “aku”, itu kesalahan besar. Seperti lilin yang berkata, “Aku adalah cahaya.” Jika ia masih padat, ia bohong. Tapi ketika ia meleleh dan lenyap dalam nyala, maka benar, sebab tak ada lagi yang lain selain cahaya. --- Murid: Jadi aku belum boleh berkata “Ana al-Haqq”? Guru: Katakanlah “Anta al-Haqq” — Engkaulah Yang Maha Benar. Ucapkan sampai “Engkau”-mu pun lenyap, dan yang tersisa hanya keheningan yang bernafas dengan nama-Nya. Dan ketika suatu hari engkau sudah tidak tahu siapa yang berkata, siapa yang mendengar, maka tak perlu lagi bicara. Sebab yang berbicara hanyalah Dia. --- Murid: Guru... sekarang aku paham. Yang harus lenyap bukan kalimatnya, tapi “aku”-nya. Guru: Benar, nak. Ketika “aku” sudah tiada, barulah “Ana al-Haqq” menjadi doa, bukan dosa. ---   “Fana bukan hilang dari dunia, tapi hilang dari dirimu sendiri di hadapan Yang Satu.” --- #tasawuf #sufistik #sitisjenar #anaalhaqq #jalanrasa
“Kau tahu kenapa Syaikh Siti Jenar bisa berkata Ana al-Haqq tanpa dosa… tapi kalau kita yang mengucap, justru bisa celaka?” --- “Yang berbicara bukan Siti Jenar… tapi Yang Hidup di dalamnya. Saat ‘aku’-mu masih bicara, engkau belum lenyap dalam-Nya.” --- Suara azan subuh menggema perlahan. Di sebuah surau tua di pinggir desa, seorang murid muda duduk bersila di depan gurunya, wajahnya tampak gelisah. Murid: Guru... aku ingin bertanya sesuatu, tapi aku takut dianggap sesat. Guru: Kebenaran tidak pernah takut pada pertanyaan, nak. Katakanlah. Murid: Aku membaca kisah Syaikh Siti Jenar... juga al-Hallaj. Mereka berkata “Ana al-Haqq” — Aku adalah Yang Maha Benar. Tapi bukankah itu seperti mengaku Tuhan? Bagaimana bisa seorang hamba berkata begitu? Guru: Nak, saat engkau berkata “Aku”, siapa yang engkau maksud? Murid: Aku... ya diriku sendiri. Aku yang berbicara sekarang. Guru: Dan saat Siti Jenar berkata “Aku”, “aku”-nya sudah tidak ada. Yang berbicara bukan manusia, tapi Yang Hidup di dalam segala kehidupan. Ketika embun berkata “aku air”, itu masih dusta. Tapi ketika embun lenyap di bawah cahaya mentari, maka yang tersisa hanyalah cahaya itu sendiri. Apakah engkau bisa berkata embun menjadi matahari? Tidak. Karena embun sudah tiada. Hanya matahari yang tampak. Begitu pula Siti Jenar, ia bukan “menjadi” Allah — ia lenyap di hadapan Allah. --- Murid: Tapi guru... kalau aku berkata “Ana al-Haqq” sekarang, apakah salah? Guru: Tidak salah kalau hatimu sudah fana. Tapi bila engkau masih merasa, “akulah yang mengerti makna ini”, maka yang berkata itu bukan Allah — melainkan ego yang menyamar jadi sufi. Hati-hati, nak. Ego yang mengenakan jubah spiritual lebih berbahaya daripada iblis yang telanjang. --- Murid: Bagaimana aku tahu, guru, bahwa egoku masih ada? Guru: Selama engkau masih merasa diri sedang berusaha menuju Allah, selama engkau masih ingin menjadi suci, selama engkau masih memandang dirimu berzikir, maka di sanalah egomu berdiri diam, menatap dari balik tirai. Fana bukan berarti hilang tubuh, tapi hilangnya kesadaran bahwa engkau sedang ada. Ketika engkau sudah tidak tahu siapa yang berzikir, tidak tahu siapa yang mencinta, tidak tahu siapa yang menangis, maka yang tersisa hanyalah Dia. --- Guru: Nak, Siti Jenar tidak bicara tentang dirinya. Ia bicara tentang keadaan di mana tiada lagi “aku” yang memisahkan hamba dari Tuhan. Ketika seorang insan berkata “Aku adalah Allah” tanpa ego, itu bukan kesombongan — itu kesaksian. Tapi jika ia berkata demikian dengan rasa “aku”, itu kesalahan besar. Seperti lilin yang berkata, “Aku adalah cahaya.” Jika ia masih padat, ia bohong. Tapi ketika ia meleleh dan lenyap dalam nyala, maka benar, sebab tak ada lagi yang lain selain cahaya. --- Murid: Jadi aku belum boleh berkata “Ana al-Haqq”? Guru: Katakanlah “Anta al-Haqq” — Engkaulah Yang Maha Benar. Ucapkan sampai “Engkau”-mu pun lenyap, dan yang tersisa hanya keheningan yang bernafas dengan nama-Nya. Dan ketika suatu hari engkau sudah tidak tahu siapa yang berkata, siapa yang mendengar, maka tak perlu lagi bicara. Sebab yang berbicara hanyalah Dia. --- Murid: Guru... sekarang aku paham. Yang harus lenyap bukan kalimatnya, tapi “aku”-nya. Guru: Benar, nak. Ketika “aku” sudah tiada, barulah “Ana al-Haqq” menjadi doa, bukan dosa. --- “Fana bukan hilang dari dunia, tapi hilang dari dirimu sendiri di hadapan Yang Satu.” --- #tasawuf #sufistik #sitisjenar #anaalhaqq #jalanrasa

About