@karterkissel: Come along with me to accessorize my @canonusa G7X 📸 All of these accessories will be linked in my Amazon Storefront, linked in bio! 🔗 #fyp #viral #canong7x #amazonstorefront #unboxing

Karter Kissel | UGC Creator
Karter Kissel | UGC Creator
Open In TikTok:
Region: US
Friday 22 August 2025 12:25:53 GMT
975
60
4
3

Music

Download

Comments

funkybree
funkybree :
Considering making money off my barely used G7X Cam,lmk if anyone to wants to purchase off me
2025-08-24 00:26:39
2
dontaehairston2
Dontae Hairston :
My G7x mark ii has served me well i’m actually selling my G7x mark ii because recently I got canon Eos r5 it does have 4k! and it comes with a sc protector,2 batteries,the charger and camera case for serious buyer only ✨💫💕
2025-08-24 02:40:45
0
To see more videos from user @karterkissel, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV: Kamu menempatkan motor di halaman rumah terburu-buru. Pikiranmu terlampau fokus pada satu hal, bahkan keringat dingin telah mengucur keluar. “Budhe, budhe! (Y/N) habis ini balik nggeh. Mau nyore di tamcer, ini (Y/N) pengen pup dulu!” Tungkaimu melesat masuk ke ruang tamu setelah melepas sepatu gusar. “Eh! Astaga.. nuwun sewu,” ucapmu mendapati budhe sedang menemui tamunya. Matamu tak sengaja menangkap satu pria dengan batik mega mendung yang melekat di tubuhnya. Rahangnya tegas serta hidung tingginya begitu memukau. “Sini dulu, (Y/N).” “Budhe tapi aku kebelet–“ “Ini (Y/N), Jeng. Cucu terakhir trah prawirosudadya yang aku ceritain kemarin. Dia mahasiswa di sebelas maret juga, loh.” Kamu melirik sepintas pria muda yang duduk di sofa ujung. Ia tersenyum saat mata kalian bertemu, buru-buru kamu mengalihkan perhatian.  Budhe menarik tanganmu cepat yang mana membuatmu ikut duduk bersama. “Cantik, ya? Mirip sama mamahnya,” puji seorang wanita paruh baya itu. “Iya, dong. Wong Lastri cantik, ya nurun ke (Y/N). Eh, nak kenalin ini Tante Laksmi teman mamahmu pas kuliah dulu. Adik tingkatnya budhe.”  Kamu menggerakkan mulut membentuk huruf O, lalu melakukan salim pada tante Laksmi dan satu pria muda di seberangnya. “Gimana, Evan?” Pria itu tersenyum manis lalu mengangguk kecil. “Boleh, Mah.” ujarnya tepat tanganmu menjabat tangannya. Kamu bingung.  “Yo wis, gek diajak jalan-jalan tho nak (Y/N)nya. Biar makin raket kalian.” Matamu membulat kecil. Eh? Apa-apaan ini? “Saya tunggu di luar ya, (Y/N). Kamu bisa pup dulu,” ucap Evan padamu. Pipimu terasa panas. Apasih pakai bawa-bawa urusan alamnya segala.  Mereka pun tergelak gemas. Menutupi rasa malu, kamu langsung masuk ke dalam rumah dan menuntaskan panggilan alam. ——— Pertemuan pertama itu awal perjodohan kalian. Meski keluargamu jauh di provinsi sebelah, mereka yakin menitipkan semua urusanmu pada budhe. Mulanya kamu menolak agenda kolot itu, tetapi Evan ternyata tidak seburuk itu. Bahkan, lelaki yang kini mengemban tugas sebagai wakil dekan bidang akademik termuda di fakultasmu itu mampu meluluhkan hatimu. Bunyi klakson membuyarkan fokusmu dari gawai. Evan membuka kaca mobil tersenyum menyapa. Kamu memberi perlakuan sama, lalu masuk tuk duduk di bangku sampingnya. “Mas Evan mau ajak aku ke mana?”  Evan memicingkan mata memikirkan tempat yang pas mengingat selama beberapa bulan terakhir kalian sudah menghabiskan waktu bersama menjelajah Kota Surakarta. Mulai dari kuliner di Pasar Rakyat Sekaten, museum date di Lokananta, pertunjukkan wayang di Taman Sriwedari, jalan-jalan di Taman Balekambang, bersepeda sepanjang Jalan Slamet Riyadi, sampai duduk santai di Alun-Alun Kidul pun telah kalian lewati. Kamu sudah bosan dengan kota ini. “Mau pulang?” tawar Evan. Bibirmu mengerucut sebal.  “Katanya mau ajak jalan-jalan. Gimana sih kamu, Mas.” Evan terkekeh sejenak melihatmu yang pundung. Ia mengecup singkat pipimu. “Surabaya gimana? Mas sempat lihat tempat bagus di jalan tunjungan,” tawar Evan. Matamu berbinar terang.  “Mau! Mau! Beneran loh, ya?” Kamu mengguncang sebelah bahunya antusias membuat Evan tak henti tertawa gemas.  “Inggih cah ayu, kan besok mas libur. Kita bisa mampir pulang ke rumah kamu. Mas juga udah nelpon keluarga sidoarjo buat berkunjung sekalian,” balas Evan penuh senyum. Kamu memekik keras terlampau senang. Tanganmu refleks memeluknya lalu mencium pipi Evan berulang.  Senangnya kamu bisa pulang ke rumah.  “Mas Evan,” panggilmu manja. “Dalem sayang,” balasnya dengan senyum yang selalu menjadi favoritmu di tiap pertemuan.  “Mampir pom bensin bentar ya, aku kebelet pup sekarang.” Astaga. Evan hanya menggeleng heran. Setiap hendak bepergian, kamu selalu saja perlu menuntaskan panggilan alam. Evan mendaratkan kecupan di bibir begitu kilat. “Iya, sayang.”  “Makanya jangan kebanyakan minum yakult,” ujar Evan mengingatkanmu yang dalam sehari mampu menghabiskan lima botol yakult. “Hehehe. Ayo, Mas.” #pov #heeseung #enhypen #foryourpage #fyp
POV: Kamu menempatkan motor di halaman rumah terburu-buru. Pikiranmu terlampau fokus pada satu hal, bahkan keringat dingin telah mengucur keluar. “Budhe, budhe! (Y/N) habis ini balik nggeh. Mau nyore di tamcer, ini (Y/N) pengen pup dulu!” Tungkaimu melesat masuk ke ruang tamu setelah melepas sepatu gusar. “Eh! Astaga.. nuwun sewu,” ucapmu mendapati budhe sedang menemui tamunya. Matamu tak sengaja menangkap satu pria dengan batik mega mendung yang melekat di tubuhnya. Rahangnya tegas serta hidung tingginya begitu memukau. “Sini dulu, (Y/N).” “Budhe tapi aku kebelet–“ “Ini (Y/N), Jeng. Cucu terakhir trah prawirosudadya yang aku ceritain kemarin. Dia mahasiswa di sebelas maret juga, loh.” Kamu melirik sepintas pria muda yang duduk di sofa ujung. Ia tersenyum saat mata kalian bertemu, buru-buru kamu mengalihkan perhatian. Budhe menarik tanganmu cepat yang mana membuatmu ikut duduk bersama. “Cantik, ya? Mirip sama mamahnya,” puji seorang wanita paruh baya itu. “Iya, dong. Wong Lastri cantik, ya nurun ke (Y/N). Eh, nak kenalin ini Tante Laksmi teman mamahmu pas kuliah dulu. Adik tingkatnya budhe.” Kamu menggerakkan mulut membentuk huruf O, lalu melakukan salim pada tante Laksmi dan satu pria muda di seberangnya. “Gimana, Evan?” Pria itu tersenyum manis lalu mengangguk kecil. “Boleh, Mah.” ujarnya tepat tanganmu menjabat tangannya. Kamu bingung. “Yo wis, gek diajak jalan-jalan tho nak (Y/N)nya. Biar makin raket kalian.” Matamu membulat kecil. Eh? Apa-apaan ini? “Saya tunggu di luar ya, (Y/N). Kamu bisa pup dulu,” ucap Evan padamu. Pipimu terasa panas. Apasih pakai bawa-bawa urusan alamnya segala. Mereka pun tergelak gemas. Menutupi rasa malu, kamu langsung masuk ke dalam rumah dan menuntaskan panggilan alam. ——— Pertemuan pertama itu awal perjodohan kalian. Meski keluargamu jauh di provinsi sebelah, mereka yakin menitipkan semua urusanmu pada budhe. Mulanya kamu menolak agenda kolot itu, tetapi Evan ternyata tidak seburuk itu. Bahkan, lelaki yang kini mengemban tugas sebagai wakil dekan bidang akademik termuda di fakultasmu itu mampu meluluhkan hatimu. Bunyi klakson membuyarkan fokusmu dari gawai. Evan membuka kaca mobil tersenyum menyapa. Kamu memberi perlakuan sama, lalu masuk tuk duduk di bangku sampingnya. “Mas Evan mau ajak aku ke mana?” Evan memicingkan mata memikirkan tempat yang pas mengingat selama beberapa bulan terakhir kalian sudah menghabiskan waktu bersama menjelajah Kota Surakarta. Mulai dari kuliner di Pasar Rakyat Sekaten, museum date di Lokananta, pertunjukkan wayang di Taman Sriwedari, jalan-jalan di Taman Balekambang, bersepeda sepanjang Jalan Slamet Riyadi, sampai duduk santai di Alun-Alun Kidul pun telah kalian lewati. Kamu sudah bosan dengan kota ini. “Mau pulang?” tawar Evan. Bibirmu mengerucut sebal. “Katanya mau ajak jalan-jalan. Gimana sih kamu, Mas.” Evan terkekeh sejenak melihatmu yang pundung. Ia mengecup singkat pipimu. “Surabaya gimana? Mas sempat lihat tempat bagus di jalan tunjungan,” tawar Evan. Matamu berbinar terang. “Mau! Mau! Beneran loh, ya?” Kamu mengguncang sebelah bahunya antusias membuat Evan tak henti tertawa gemas. “Inggih cah ayu, kan besok mas libur. Kita bisa mampir pulang ke rumah kamu. Mas juga udah nelpon keluarga sidoarjo buat berkunjung sekalian,” balas Evan penuh senyum. Kamu memekik keras terlampau senang. Tanganmu refleks memeluknya lalu mencium pipi Evan berulang. Senangnya kamu bisa pulang ke rumah. “Mas Evan,” panggilmu manja. “Dalem sayang,” balasnya dengan senyum yang selalu menjadi favoritmu di tiap pertemuan. “Mampir pom bensin bentar ya, aku kebelet pup sekarang.” Astaga. Evan hanya menggeleng heran. Setiap hendak bepergian, kamu selalu saja perlu menuntaskan panggilan alam. Evan mendaratkan kecupan di bibir begitu kilat. “Iya, sayang.” “Makanya jangan kebanyakan minum yakult,” ujar Evan mengingatkanmu yang dalam sehari mampu menghabiskan lima botol yakult. “Hehehe. Ayo, Mas.” #pov #heeseung #enhypen #foryourpage #fyp

About