@mishelle_meza_:

Mishelle🌷
Mishelle🌷
Open In TikTok:
Region: EC
Saturday 23 August 2025 20:57:17 GMT
13214
1845
28
57

Music

Download

Comments

jacielalexiscorne
Alex 06 :
muy bella
2025-08-23 23:47:33
0
johnboy2111
johnboy2111 :
Cutie💋
2025-08-23 21:38:42
0
antonio60505
antonio :
super!!maravilhosa mesmo 🥰
2025-08-24 00:20:26
0
albert_g_e
Albert Glez :
qué hermosa princesa
2025-08-23 21:23:25
0
jess_cardenas9015
️ :
2025-09-20 23:09:11
0
dips6789
dips6789 :
🔥🔥🔥
2025-09-17 20:15:57
0
mdluano5
Antonio 🇵🇪 :
😻
2025-09-09 00:09:55
0
user1239603211087
Hope :
😍😍😍
2025-09-05 06:58:53
0
user1239603211087
Hope :
🔥🔥🔥
2025-09-05 06:58:55
0
rene.lerma7
Rene Lerma :
🥰
2025-09-01 09:35:18
0
justin89921
Justin :
🤤🤤🤤
2025-08-28 04:44:20
0
danny.delgado30
Dafnne Delgado 🇪🇨 :
🥰🥰🥰
2025-08-26 03:35:37
0
mdluano5
Antonio 🇵🇪 :
😻
2025-08-25 15:20:38
0
eduardogaleano111
GEORGE EDUARD :
🥰
2025-08-25 12:39:10
0
antonio60505
antonio :
🥰
2025-08-24 00:19:28
0
jacielalexiscorne
Alex 06 :
🥰
2025-08-23 23:47:20
0
lindalikesstarot55
Linda Like Tarot :
😚
2025-08-23 21:56:45
0
lindalikesstarot55
Linda Like Tarot :
🥰
2025-08-23 21:56:46
0
edgarar96
EdgarAR96 :
🥰
2025-08-23 21:42:10
0
armando.salazar758
Armando Salazar :
✨✨✨
2025-08-23 21:05:53
0
rogerio.cesar87
rogerio Cesar :
❤️
2025-08-23 20:59:26
0
polar.407
David :
:Y Dios dijo: «Hágase lo más hermoso del universo» y nació la hermosura que está leyendo esto.🌹🥰
2025-10-12 14:17:36
0
hiloborn808
hiloborn808 :
peak content 😁
2025-08-24 13:37:18
0
leosparow
Leo :
😳😳😍
2025-08-25 10:07:23
0
javierbonoso
J 🫀Eduardo 🐣 :
😍😍😍
2025-08-24 01:22:12
0
To see more videos from user @mishelle_meza_, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Pada masa awal pandemi, hidupmu berputar dalam ritme yang monoton, bangun tidur, masuk Zoom, mengerjakan tugas, lalu kembali terlelap.  Kamu tidak benar-benar mengenal teman-temanmu, rasanya semua hanya berupa kotak-kotak kecil di layar laptop, dengan nama yang kadang muncul,. Hingga suatu sore, sebuah notifikasi muncul di layar. Jeongwoo: “Maaf, boleh tanya? Tugas ekonomi maksudnya yang bagian mana ya? Kamu udah coba ngerjain?” Nama itu sudah tidak asing. Tapi baru kali ini ia menyapamu secara langsung. Kamu membalas secukupnya.  Namun percakapan itu tidak berhenti pada satu pesan. Dari obrolan sederhana soal tugas, diskusi kalian merambat ke hal-hal kecil lain—hingga kamu sadar, hari-harimu tidak sepenuhnya datar lagi. Waktu berlalu. Kini, kamu sudah berada di kelas 12. Setelah dua tahun melihat semuanya melalui layar, pertemuan pertama dengan teman sekelas terasa janggal. Termasuk pertemuan pertamamu dengan Jeongwoo. Ia memasuki kelas sambil membawa tas di bahu, langkahnya santai tetapi pasti. Kamu sedang merapikan buku ketika bayangannya muncul di depan meja, diikuti suara rendah yang sudah kamu kenal dari ratusan menit panggilan Zoom. “Jadi ini kamu? Akhirnya lihat versi 3D-nya juga.” Kamu menatapnya, hampir tidak percaya wajah yang selama ini datar di layar kini berdiri beberapa senti di hadapanmu. “Maksudnya apa tuh?” Jeongwoo terkekeh kecil. “Gak papa. Kaget aja ternyata kamu beneran nyata.” Jeongwoo sering muncul di mejamu, terkadang ketika kamu tampak kebingungan, terkadang tanpa alasan sama sekali.  Ia selalu punya cara membantumu memahami materi tanpa membuatmu merasa bodoh. Penjelasannya runtut, suaranya tenang, dan tatapannya fokus seakan dunia di sekitarnya berhenti sejenak. “Coba lihat sini,” katanya dengan mencondongkan tubuh untuk membantu. “Bagian ini sebenarnya simpel. Kamu cuma perlu balik cara mikirnya.” Kontak fisik kecil pun menjadi kebiasaan. Ia mengetuk ringan puncak kepalamu saat kamu berhasil memahami soal.  Ia menggenggam tanganmu saat menjelaskan langkah-langkah di pelajaran digital. “Bukan yang ini. Nah!. Ya, gitu.” Nada suaranya lembut, tidak tergesa, dan selalu membuatmu merasa dihargai. Pada jam istirahat, ketika kamu sedang menonton konten Treasure, Jeongwoo mendadak muncul dari belakang. “Sampai kapan kamu nonton mereka? Ganteng sih… tapi itu kan make up semua.” Kamu spontan menoleh. “Ya ampun, kamu tuh ya… ngeselin, heran.” Ia tertawa. “Kalau itu bikin kamu marah, kenapa berhenti?” Perdebatan kecil itu menjadi rutinitas yang mulai kamu tunggu. Dan perlahan, tanpa kamu sadari, perasaanmu tumbuh melampaui batas pertemanan. Suatu malam, kamu memutuskan untuk mengatakan perasaanmu. Tidak dengan cara dramatis, hanya pesan yang jujur. Jawabannya datang beberapa menit kemudian. Jeongwoo: “Aku gak yakin bisa jawab sekarang. Kamu penting… tapi ya, semuanya rumit.” Kalimat itu menggantung. Tidak menolak, tidak menerima. Waktu berjalan. Perlahan Jeongwoo berubah. Ia tidak benar-benar menjauh, tetapi terasa seperti menjaga jarak. Senyumnya tetap ada, tetapi tidak selekat dulu. Tatapannya masih hangat, namun cepat dialihkan. Perhatiannya tetap muncul, tapi terasa setengah hati. Hingga suatu hari, sahabatmu menyampaikan sesuatu. “Aku dengar kabar soal Jeongwoo.” “Apa?” “Katanya… he still has a crushing someone. Dan dia masih nunggu.” Kamu terdiam. Tidak marah, tidak menangis, rasanya sesak. Setiap perhatian yang pernah ia berikan bergema kembali di kepalamu. Apakah semua itu tulus? Saat hari-hari menjelang kelulusan, kalian duduk bersebelahan dalam diam yang anehnya tidak membuatmu ingin pergi. “Kamu orang yang baik.” Suaranya rendah, hampir pelan. “Kadang… terlalu baik.” Kamu menelan napas. “Karena kamu gak suka aku? Atau karena kamu masih nunggu dia?” Ia terdiam lama, seperti sedang menimbang sesuatu yang berat. “…Aku gak mau kamu berharap sama orang yang bahkan belum selesai sama masa lalunya.” Jawabannya bukan penolakan, tetapi juga bukan penerimaan. Hanya sebuah kenyataan yang tidak bisa kamu sangkal lagi. #jeongwoo #oneshoot #pov #beranda #fyp
Pada masa awal pandemi, hidupmu berputar dalam ritme yang monoton, bangun tidur, masuk Zoom, mengerjakan tugas, lalu kembali terlelap. Kamu tidak benar-benar mengenal teman-temanmu, rasanya semua hanya berupa kotak-kotak kecil di layar laptop, dengan nama yang kadang muncul,. Hingga suatu sore, sebuah notifikasi muncul di layar. Jeongwoo: “Maaf, boleh tanya? Tugas ekonomi maksudnya yang bagian mana ya? Kamu udah coba ngerjain?” Nama itu sudah tidak asing. Tapi baru kali ini ia menyapamu secara langsung. Kamu membalas secukupnya. Namun percakapan itu tidak berhenti pada satu pesan. Dari obrolan sederhana soal tugas, diskusi kalian merambat ke hal-hal kecil lain—hingga kamu sadar, hari-harimu tidak sepenuhnya datar lagi. Waktu berlalu. Kini, kamu sudah berada di kelas 12. Setelah dua tahun melihat semuanya melalui layar, pertemuan pertama dengan teman sekelas terasa janggal. Termasuk pertemuan pertamamu dengan Jeongwoo. Ia memasuki kelas sambil membawa tas di bahu, langkahnya santai tetapi pasti. Kamu sedang merapikan buku ketika bayangannya muncul di depan meja, diikuti suara rendah yang sudah kamu kenal dari ratusan menit panggilan Zoom. “Jadi ini kamu? Akhirnya lihat versi 3D-nya juga.” Kamu menatapnya, hampir tidak percaya wajah yang selama ini datar di layar kini berdiri beberapa senti di hadapanmu. “Maksudnya apa tuh?” Jeongwoo terkekeh kecil. “Gak papa. Kaget aja ternyata kamu beneran nyata.” Jeongwoo sering muncul di mejamu, terkadang ketika kamu tampak kebingungan, terkadang tanpa alasan sama sekali. Ia selalu punya cara membantumu memahami materi tanpa membuatmu merasa bodoh. Penjelasannya runtut, suaranya tenang, dan tatapannya fokus seakan dunia di sekitarnya berhenti sejenak. “Coba lihat sini,” katanya dengan mencondongkan tubuh untuk membantu. “Bagian ini sebenarnya simpel. Kamu cuma perlu balik cara mikirnya.” Kontak fisik kecil pun menjadi kebiasaan. Ia mengetuk ringan puncak kepalamu saat kamu berhasil memahami soal. Ia menggenggam tanganmu saat menjelaskan langkah-langkah di pelajaran digital. “Bukan yang ini. Nah!. Ya, gitu.” Nada suaranya lembut, tidak tergesa, dan selalu membuatmu merasa dihargai. Pada jam istirahat, ketika kamu sedang menonton konten Treasure, Jeongwoo mendadak muncul dari belakang. “Sampai kapan kamu nonton mereka? Ganteng sih… tapi itu kan make up semua.” Kamu spontan menoleh. “Ya ampun, kamu tuh ya… ngeselin, heran.” Ia tertawa. “Kalau itu bikin kamu marah, kenapa berhenti?” Perdebatan kecil itu menjadi rutinitas yang mulai kamu tunggu. Dan perlahan, tanpa kamu sadari, perasaanmu tumbuh melampaui batas pertemanan. Suatu malam, kamu memutuskan untuk mengatakan perasaanmu. Tidak dengan cara dramatis, hanya pesan yang jujur. Jawabannya datang beberapa menit kemudian. Jeongwoo: “Aku gak yakin bisa jawab sekarang. Kamu penting… tapi ya, semuanya rumit.” Kalimat itu menggantung. Tidak menolak, tidak menerima. Waktu berjalan. Perlahan Jeongwoo berubah. Ia tidak benar-benar menjauh, tetapi terasa seperti menjaga jarak. Senyumnya tetap ada, tetapi tidak selekat dulu. Tatapannya masih hangat, namun cepat dialihkan. Perhatiannya tetap muncul, tapi terasa setengah hati. Hingga suatu hari, sahabatmu menyampaikan sesuatu. “Aku dengar kabar soal Jeongwoo.” “Apa?” “Katanya… he still has a crushing someone. Dan dia masih nunggu.” Kamu terdiam. Tidak marah, tidak menangis, rasanya sesak. Setiap perhatian yang pernah ia berikan bergema kembali di kepalamu. Apakah semua itu tulus? Saat hari-hari menjelang kelulusan, kalian duduk bersebelahan dalam diam yang anehnya tidak membuatmu ingin pergi. “Kamu orang yang baik.” Suaranya rendah, hampir pelan. “Kadang… terlalu baik.” Kamu menelan napas. “Karena kamu gak suka aku? Atau karena kamu masih nunggu dia?” Ia terdiam lama, seperti sedang menimbang sesuatu yang berat. “…Aku gak mau kamu berharap sama orang yang bahkan belum selesai sama masa lalunya.” Jawabannya bukan penolakan, tetapi juga bukan penerimaan. Hanya sebuah kenyataan yang tidak bisa kamu sangkal lagi. #jeongwoo #oneshoot #pov #beranda #fyp

About