@sentryplayz: You are worth every mile between us 💓 #foryoupage #missingyou #iloveyou #amrita❤️ #kushwahaji💕🙏

BrazZz Kushwaha
BrazZz Kushwaha
Open In TikTok:
Region: NP
Sunday 31 August 2025 04:55:47 GMT
124
24
3
0

Music

Download

Comments

livinglegend0.7
python0.7 :
💞💞💞
2025-08-31 05:15:40
1
ravikirisana2
Ravi :
🥰🥰🥰
2025-08-31 05:13:58
1
shuvitra.kushwaha567
Shuvitra Kushwaha :
💓💓💓
2025-09-04 09:01:00
0
To see more videos from user @sentryplayz, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Pagi itu di ruang pertemuan Dragon Altar, suasana terasa tegang. Para prajurit berkumpul, dan di tengah mereka, berdiri seorang pemuda gagah dengan rambut panjang terikat tinggi. Zilong, sang Son of Dragon, anak dari Great Dragon, tengah memimpin rapat taktis. “Serangan terhadap Yu Zhong tidak bisa dilakukan sembarangan,” ucap Zilong serius. “Aku sudah menyiapkan strategi yang terkoordinasi dengan baik, jadi...” Tatapannya mengarah pada satu sosok yang duduk dengan malas di kursinya. Ling. Sang Cyan Finch yang terkenal akan sikap dinginnya. Namun, hanya Zilong yang tahu betapa hangatnya hati Ling saat mereka hanya berdua. “Ling, kau tidak boleh bertindak sembrono dan menyerang sendiri lagi. Kau mendengarkanku?” Ling tidak menjawab. Matanya mengarah ke jendela, angin menerpa rambut peraknya yang halus. Seolah tak peduli, ia hanya menghela napas pelan. Zilong mengerutkan dahi. “Ling, kau dengar tidak?” Masih tanpa jawaban. Zilong mulai kehilangan kesabaran, namun sebelum ia sempat memarahi lebih lanjut, Ling menoleh perlahan. Matanya yang ungu berkilat penuh pesona, dan bibirnya mengerucut dalam sebuah... pout. Wajah Zilong langsung memerah. Hatinya yang penuh disiplin itu goyah seketika. Namun, sebagai pemimpin yang tegas, Zilong mengalihkan wajah dan menyilangkan tangan di dada. “Tch... ekspresi itu tidak mempan lagi padaku, Ling. Sudah tidak.” Ling hanya memalingkan wajah dengan cemberut yang makin dalam. “Hmph.” Zilong masih berusaha mempertahankan wajah seriusnya. Ia tahu bahwa sebagai pemimpin, ia tidak boleh lemah hanya karena satu ekspresi manja dari kekasihnya sendiri. Tapi sayangnya, ini adalah Ling — satu-satunya orang yang bisa membuat hatinya goyah hanya dengan satu lirikan mata. “Pout itu tidak akan berhasil,” ulang Zilong dengan nada yang lebih pelan, nyaris seperti menyakinkan dirinya sendiri ketimbang menegur. Ling mengangkat bahu, masih tidak berkata apa-apa. Tapi dari gerak tubuhnya, dari caranya menghela napas pelan, Zilong bisa tahu — Ling kesal bukan karena dimarahi, tapi karena merasa diabaikan. Lagi-lagi. Zilong menghela napas dan mengisyaratkan kepada para prajurit lain untuk meninggalkan ruangan. “Rapat selesai. Sisanya kubicarakan nanti.” Begitu pintu tertutup dan mereka hanya berdua, suasana berubah. Zilong mendekat perlahan, suaranya melembut. “Ling…” panggilnya, “kau marah, ya?” Ling tetap menatap ke samping, pura-pura tidak peduli. Zilong menyentuh dagu Ling dengan lembut, membalik wajahnya agar mata mereka bertemu. “Aku bukan marah karena kau bertindak sendiri... aku khawatir. Kau bisa terluka. Aku tidak mau kehilanganmu hanya karena kau ingin terlihat kuat di medan perang.” Tatapan ungu itu mulai melembut, dan akhirnya... Ling bicara pelan. “Aku hanya tidak suka ketika kau terlalu sibuk memimpin dan lupa padaku.” Zilong tersenyum kecil. “Aku tidak pernah lupa padamu. Bahkan di tengah rapat sekalipun, kau selalu ada di pikiranku.” Ling memalingkan wajah, pipinya sedikit merona. Tapi kali ini bukan karena kesal — melainkan malu. “...bohong,” gumamnya pelan. Zilong tertawa lirih, lalu mengecup lembut kening Ling. “Kalau aku bohong, kenapa setiap kali kau melakukan itu—” Zilong menirukan ekspresi pout Ling dengan kocak, “—aku selalu kalah?” Ling mendesis pelan, lalu tak tahan ikut tertawa kecil. Ia menunduk, lalu membenamkan wajahnya di dada Zilong. “Aku hanya ingin mendapatkan perhatianmu.…” Zilong memeluknya erat. “Kau selalu dapat perhatianku, Cyan Finch-ku yang manja.” Dan di ruang pertemuan yang kini sepi, dua kekasih itu berdiri dalam pelukan hangat. Dunia luar mungkin melihat mereka sebagai pahlawan dan pelindung, tapi di balik semua itu, mereka hanya dua pemuda yang saling mencintai, saling menguatkan... dan saling membutuhkan. #zilongxling #zilongmlbb #lingmlbb  cr @umeiiru
Pagi itu di ruang pertemuan Dragon Altar, suasana terasa tegang. Para prajurit berkumpul, dan di tengah mereka, berdiri seorang pemuda gagah dengan rambut panjang terikat tinggi. Zilong, sang Son of Dragon, anak dari Great Dragon, tengah memimpin rapat taktis. “Serangan terhadap Yu Zhong tidak bisa dilakukan sembarangan,” ucap Zilong serius. “Aku sudah menyiapkan strategi yang terkoordinasi dengan baik, jadi...” Tatapannya mengarah pada satu sosok yang duduk dengan malas di kursinya. Ling. Sang Cyan Finch yang terkenal akan sikap dinginnya. Namun, hanya Zilong yang tahu betapa hangatnya hati Ling saat mereka hanya berdua. “Ling, kau tidak boleh bertindak sembrono dan menyerang sendiri lagi. Kau mendengarkanku?” Ling tidak menjawab. Matanya mengarah ke jendela, angin menerpa rambut peraknya yang halus. Seolah tak peduli, ia hanya menghela napas pelan. Zilong mengerutkan dahi. “Ling, kau dengar tidak?” Masih tanpa jawaban. Zilong mulai kehilangan kesabaran, namun sebelum ia sempat memarahi lebih lanjut, Ling menoleh perlahan. Matanya yang ungu berkilat penuh pesona, dan bibirnya mengerucut dalam sebuah... pout. Wajah Zilong langsung memerah. Hatinya yang penuh disiplin itu goyah seketika. Namun, sebagai pemimpin yang tegas, Zilong mengalihkan wajah dan menyilangkan tangan di dada. “Tch... ekspresi itu tidak mempan lagi padaku, Ling. Sudah tidak.” Ling hanya memalingkan wajah dengan cemberut yang makin dalam. “Hmph.” Zilong masih berusaha mempertahankan wajah seriusnya. Ia tahu bahwa sebagai pemimpin, ia tidak boleh lemah hanya karena satu ekspresi manja dari kekasihnya sendiri. Tapi sayangnya, ini adalah Ling — satu-satunya orang yang bisa membuat hatinya goyah hanya dengan satu lirikan mata. “Pout itu tidak akan berhasil,” ulang Zilong dengan nada yang lebih pelan, nyaris seperti menyakinkan dirinya sendiri ketimbang menegur. Ling mengangkat bahu, masih tidak berkata apa-apa. Tapi dari gerak tubuhnya, dari caranya menghela napas pelan, Zilong bisa tahu — Ling kesal bukan karena dimarahi, tapi karena merasa diabaikan. Lagi-lagi. Zilong menghela napas dan mengisyaratkan kepada para prajurit lain untuk meninggalkan ruangan. “Rapat selesai. Sisanya kubicarakan nanti.” Begitu pintu tertutup dan mereka hanya berdua, suasana berubah. Zilong mendekat perlahan, suaranya melembut. “Ling…” panggilnya, “kau marah, ya?” Ling tetap menatap ke samping, pura-pura tidak peduli. Zilong menyentuh dagu Ling dengan lembut, membalik wajahnya agar mata mereka bertemu. “Aku bukan marah karena kau bertindak sendiri... aku khawatir. Kau bisa terluka. Aku tidak mau kehilanganmu hanya karena kau ingin terlihat kuat di medan perang.” Tatapan ungu itu mulai melembut, dan akhirnya... Ling bicara pelan. “Aku hanya tidak suka ketika kau terlalu sibuk memimpin dan lupa padaku.” Zilong tersenyum kecil. “Aku tidak pernah lupa padamu. Bahkan di tengah rapat sekalipun, kau selalu ada di pikiranku.” Ling memalingkan wajah, pipinya sedikit merona. Tapi kali ini bukan karena kesal — melainkan malu. “...bohong,” gumamnya pelan. Zilong tertawa lirih, lalu mengecup lembut kening Ling. “Kalau aku bohong, kenapa setiap kali kau melakukan itu—” Zilong menirukan ekspresi pout Ling dengan kocak, “—aku selalu kalah?” Ling mendesis pelan, lalu tak tahan ikut tertawa kecil. Ia menunduk, lalu membenamkan wajahnya di dada Zilong. “Aku hanya ingin mendapatkan perhatianmu.…” Zilong memeluknya erat. “Kau selalu dapat perhatianku, Cyan Finch-ku yang manja.” Dan di ruang pertemuan yang kini sepi, dua kekasih itu berdiri dalam pelukan hangat. Dunia luar mungkin melihat mereka sebagai pahlawan dan pelindung, tapi di balik semua itu, mereka hanya dua pemuda yang saling mencintai, saling menguatkan... dan saling membutuhkan. #zilongxling #zilongmlbb #lingmlbb cr @umeiiru

About