@latexs27: Fakta menariknya, penelitian dari University of Waterloo menemukan bahwa orang yang membaca sambil merenungkan isi teks mampu mengingat hingga 50 persen lebih lama dibanding mereka yang hanya membaca sekadar lewat. Artinya, bukan seberapa banyak buku yang kita habiskan, tetapi bagaimana kita memperlakukan bacaan itu yang menentukan apakah pengetahuan tersebut akan tinggal lama dalam memori. Berikut tujuh trik yang bisa membuat setiap halaman buku menempel lebih lama dalam pikiran. 1. Membaca dengan tujuan yang jelas Banyak orang membaca tanpa arah, hanya sekadar mengikuti alur halaman demi halaman. Padahal, otak manusia lebih mudah menyimpan informasi jika ada kerangka tujuan. Misalnya, ketika membaca buku filsafat, tentukan dulu apa yang ingin dicari: apakah pemahaman konsep kebebasan, atau sekadar menambah wawasan tentang cara berpikir kritis. Dengan tujuan itu, otak secara otomatis akan memfilter informasi yang relevan dan mengabaikan hal yang tidak penting 2. Membuat catatan aktif, bukan pasif Sekadar menandai kalimat dengan stabilo sering memberi ilusi bahwa kita sudah menguasai isi buku. Padahal, otak cenderung mengingat lebih kuat ketika kita memproses ulang informasi dengan bahasa kita sendiri. Menulis catatan dengan gaya pribadi, pertanyaan kritis, atau bahkan menentang argumen penulis, memberi ruang bagi otak untuk bekerja lebih dalam. 3. Menggunakan teknik mengajar ulang Salah satu cara paling efektif mengingat adalah dengan mencoba menjelaskan kembali isi buku kepada orang lain. Dalam psikologi, ini dikenal sebagai the protégé effect. Ketika kita mengajar, otak dipaksa menyusun ulang informasi secara logis sehingga lebih mudah diingat. 4. Menerapkan metode spaced repetition Otak kita memiliki kecenderungan lupa yang disebut forgetting curve, ditemukan oleh Hermann Ebbinghaus pada abad ke-19. Informasi baru akan cepat hilang jika tidak diulang secara berkala. Namun, dengan teknik pengulangan yang diberi jarak waktu, memori bisa bertahan jauh lebih lama. 5. Mengaitkan bacaan dengan pengalaman pribadi Pengetahuan yang terhubung dengan kehidupan nyata cenderung lebih tahan lama dalam ingatan. Jika kita membaca buku tentang etika Aristoteles, lalu mencoba menerapkannya ketika menghadapi konflik moral sehari-hari, maka teori itu akan lebih melekat. Otak tidak menyukai informasi yang berdiri sendiri, ia lebih suka jaringan yang saling terhubung. Sebagai ilustrasi, seseorang yang membaca buku tentang manajemen waktu lalu mencoba mengatur jadwal tidurnya berdasarkan teori itu, akan lebih mudah mengingat konsepnya karena sudah merasakannya dalam praktik. Sebaliknya, jika hanya dibaca tanpa tindakan nyata, memori akan cepat memudar. 6. Membatasi jumlah bacaan sekaligus Ironisnya, terlalu banyak membaca justru membuat otak kewalahan. Membaca lima buku dalam seminggu seringkali hanya menyisakan serpihan informasi yang tercecer. Otak membutuhkan ruang untuk mencerna, bukan banjir informasi. Contoh sehari-hari, orang yang menonton banyak film sekaligus sering lupa detail ceritanya. Hal serupa terjadi pada membaca. Jika kita memforsir diri membaca terlalu cepat, otak akan menolak menyimpan informasi secara mendalam. Membatasi jumlah bacaan membuat setiap ide memiliki waktu untuk dipikirkan dan direnungkan. Kebiasaan ini bukan berarti membaca sedikit, melainkan membaca dengan kedalaman. Dengan memilih satu atau dua buku lalu mendalaminya, kita memberi kesempatan pada otak untuk menyerap dengan lebih stabil. 7. Membiasakan refleksi setelah membaca Selesai membaca bukan berarti selesai proses. Justru tahap paling penting adalah refleksi. Duduk sejenak, menuliskan apa yang kita pahami, apa yang kita setujui atau sangkal, serta bagaimana bacaan itu bisa diterapkan dalam hidup. Refleksi adalah jembatan antara teks dan diri kita sendiri.

Latexs
Latexs
Open In TikTok:
Region: ID
Tuesday 02 September 2025 14:15:21 GMT
162749
11902
0
2010

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @latexs27, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos


About