R :
Sering kali yang benar-benar melelahkan bukanlah hidup itu sendiri, melainkan cara kita menafsirkan hidup. Kita terjebak dalam labirin pikiran, menanamkan ketakutan pada hal-hal yang belum terjadi, menumpuk prasangka pada sesuatu yang bahkan masih samar. Padahal, hidup tidak seburuk yang dibayangkan pikiran kita. Ia hanya hadir sebagai guru, membimbing kita untuk perlahan belajar tenang, melatih diri agar percaya, dan mengajarkan bahwa banyak hal akan menemukan jalannya tanpa harus kita kendalikan seluruhnya.
Pikiran kita sering kali seperti awan gelap—membesar, menutup cahaya, lalu menakut-nakuti diri sendiri dengan bayangan badai yang sebenarnya belum tentu turun. Kita lupa bahwa di balik awan, matahari tetap bersinar, menunggu saatnya untuk kembali menembus langit. Begitu juga hidup: ia tidak selalu tentang luka atau kegagalan, tapi juga tentang keberanian untuk melihat harapan meski di tengah kekacauan.
Maka, barangkali yang perlu kita lakukan bukanlah menghapus semua rasa takut, tapi belajar berdamai dengannya. Berhenti menyiksa diri dengan pikiran yang tak selalu benar, dan memberi ruang bagi hati untuk merasa ringan. Hidup bukan tentang berlari menghindari beban, melainkan tentang melangkah dengan percaya bahwa setiap langkah, betapapun kecil, tetap membawa kita lebih dekat pada ketenangan yang kita cari.
2025-09-10 01:38:34