@africanthegeneral:

African
African
Open In TikTok:
Region: BB
Sunday 14 September 2025 18:12:41 GMT
46889
2748
0
158

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @africanthegeneral, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Kita sering heran melihat seseorang yang terus bertahan dalam hubungan yang jelas-jelas menyakitkan. Diselingkuhi, dimarahi, ditinggalkan lalu kembali, bahkan diperlakukan seperti pilihan cadangan. Tapi anehnya, mereka tetap bertahan. Lebih aneh lagi: mereka bahkan rela menjadi tempat pelampiasan. Rela menampung amarah, menerima sikap dingin, memaafkan berulang kali. Seolah-olah lebih baik disakiti daripada ditinggalkan. Kenapa banyak orang seperti ini? Apakah itu cinta? Atau sebenarnya luka lama yang sedang berbicara? ⸻ Luka Batin di Balik Kerelaan Kebanyakan orang yang rela jadi pelampiasan sebenarnya membawa luka batin yang dalam. Mereka tumbuh dengan keyakinan tidak sadar: 	•	“Kalau aku ditinggalkan, berarti aku tidak berharga.” 	•	“Lebih baik aku disakiti, asal dia tetap tinggal.” 	•	“Cinta berarti bertahan, walau sakit.” Luka ini biasanya berakar dari pengalaman masa lalu: 	•	Orang tua yang sering pergi atau abai. 	•	Rasa takut ditolak sejak kecil. 	•	Pengalaman ditinggalkan orang terdekat. Ketika dewasa, luka itu menjelma menjadi pola berulang: lebih memilih rasa sakit yang familiar daripada rasa sepi yang menakutkan. ⸻ Psikologi Orang yang Jadi “Pelampiasan” 	1.	Takut Kesepian Lebih dari Takut Disakiti. Bagi mereka, kesepian adalah hukuman paling berat. Jadi, meski diperlakukan buruk, setidaknya masih ada seseorang di sana. 	2.	Mencari Validasi Lewat Penderitaan. Ada kepercayaan bawah sadar: “Kalau aku cukup sabar menanggung sakit, suatu hari dia akan sadar betapa aku berharga.” 	3.	Adiksi Emosional. Hubungan toxic sering seperti obat. Sakit saat ditelan, tapi bikin candu. Rasa sakit dan rekonsiliasi menciptakan roller coaster emosi yang sulit dilepaskan. 	4.	Identitas yang Melebur. Orang yang rela jadi pelampiasan biasanya sudah kehilangan dirinya sendiri. Hidupnya berpusat pada orang lain, bukan dirinya. ⸻ Kenapa Ini Terus Terjadi? Karena di level terdalam, ada keyakinan: “Aku tidak cukup baik untuk dicintai tanpa syarat.” Keyakinan ini membuat orang membiarkan dirinya dimanfaatkan, asal ada seseorang yang bertahan di sisinya. Mereka lebih memilih luka yang terasa “akrab” daripada kebebasan yang terasa “asing.” ⸻ Sisi Manipulatif dari Lawan Pasangan Ironisnya, banyak pasangan yang sadar akan hal ini. Mereka tahu: “Orang ini akan selalu kembali, seberapa pun aku menyakitinya.” Dan tanpa sadar (atau sengaja), mereka memanfaatkan itu. Mereka menjadikan pasangannya tempat buang emosi, tempat kembali setelah berselingkuh, atau sekadar cadangan saat sepi. Dengan kata lain: rela jadi pelampiasan itu bukan bukti cinta. Itu bukti bahwa luka batinmu sedang dieksploitasi. ⸻ Kalau kamu merasa selalu menjadi tempat pelampiasan, tanyakan ini pada dirimu: 	•	Apakah ini benar-benar cinta? 	•	Atau ini hanya rasa takut ditinggalkan yang menyamar sebagai cinta? 	•	Apakah aku bertahan karena dia istimewa? 	•	Atau karena aku tidak tahu cara hidup tanpanya? Karena terkadang, yang kita sebut cinta hanyalah kecanduan akan orang yang membuat kita merasa tidak cukup. ⸻ Banyak orang suka jadi pelampiasan bukan karena mereka lemah. Tapi karena luka batin yang tidak pernah mereka sadari membuat mereka rela menukar harga diri demi ilusi kehadiran. Namun ingat satu hal: Lebih baik sendiri dengan luka yang bisa disembuhkan, daripada bersama seseorang yang terus menambahkan luka baru. ⸻ Jadi, menurutmu… apakah bertahan dalam hubungan yang menyakitkan itu benar-benar bentuk cinta, atau hanya ketakutan yang diberi nama indah? Tulis pandanganmu di komentar. Jika kamu merasa relate, terbantu, dan suka dengan pembahasan seperti ini silahkan beri support lewat link di bio sebagai bentuk penghargaan dan  rasa terima kasihmu. ⸻ Save kalau kamu butuh waktu untuk mencerna ini. Follow untuk insight yang lebih dalam setiap hari. Apa hal paling membingungkan yang pernah orang lakukan padamu? Tulis di komentar — aku baca semuanya.” Dan kalau kamu butuh ruang aman untuk curhat, DM aku langsung. ⸻ #MindScript #ToxicRelationship #PsikologiCinta #TraumaHealing #EmotionalAddiction
Kita sering heran melihat seseorang yang terus bertahan dalam hubungan yang jelas-jelas menyakitkan. Diselingkuhi, dimarahi, ditinggalkan lalu kembali, bahkan diperlakukan seperti pilihan cadangan. Tapi anehnya, mereka tetap bertahan. Lebih aneh lagi: mereka bahkan rela menjadi tempat pelampiasan. Rela menampung amarah, menerima sikap dingin, memaafkan berulang kali. Seolah-olah lebih baik disakiti daripada ditinggalkan. Kenapa banyak orang seperti ini? Apakah itu cinta? Atau sebenarnya luka lama yang sedang berbicara? ⸻ Luka Batin di Balik Kerelaan Kebanyakan orang yang rela jadi pelampiasan sebenarnya membawa luka batin yang dalam. Mereka tumbuh dengan keyakinan tidak sadar: • “Kalau aku ditinggalkan, berarti aku tidak berharga.” • “Lebih baik aku disakiti, asal dia tetap tinggal.” • “Cinta berarti bertahan, walau sakit.” Luka ini biasanya berakar dari pengalaman masa lalu: • Orang tua yang sering pergi atau abai. • Rasa takut ditolak sejak kecil. • Pengalaman ditinggalkan orang terdekat. Ketika dewasa, luka itu menjelma menjadi pola berulang: lebih memilih rasa sakit yang familiar daripada rasa sepi yang menakutkan. ⸻ Psikologi Orang yang Jadi “Pelampiasan” 1. Takut Kesepian Lebih dari Takut Disakiti. Bagi mereka, kesepian adalah hukuman paling berat. Jadi, meski diperlakukan buruk, setidaknya masih ada seseorang di sana. 2. Mencari Validasi Lewat Penderitaan. Ada kepercayaan bawah sadar: “Kalau aku cukup sabar menanggung sakit, suatu hari dia akan sadar betapa aku berharga.” 3. Adiksi Emosional. Hubungan toxic sering seperti obat. Sakit saat ditelan, tapi bikin candu. Rasa sakit dan rekonsiliasi menciptakan roller coaster emosi yang sulit dilepaskan. 4. Identitas yang Melebur. Orang yang rela jadi pelampiasan biasanya sudah kehilangan dirinya sendiri. Hidupnya berpusat pada orang lain, bukan dirinya. ⸻ Kenapa Ini Terus Terjadi? Karena di level terdalam, ada keyakinan: “Aku tidak cukup baik untuk dicintai tanpa syarat.” Keyakinan ini membuat orang membiarkan dirinya dimanfaatkan, asal ada seseorang yang bertahan di sisinya. Mereka lebih memilih luka yang terasa “akrab” daripada kebebasan yang terasa “asing.” ⸻ Sisi Manipulatif dari Lawan Pasangan Ironisnya, banyak pasangan yang sadar akan hal ini. Mereka tahu: “Orang ini akan selalu kembali, seberapa pun aku menyakitinya.” Dan tanpa sadar (atau sengaja), mereka memanfaatkan itu. Mereka menjadikan pasangannya tempat buang emosi, tempat kembali setelah berselingkuh, atau sekadar cadangan saat sepi. Dengan kata lain: rela jadi pelampiasan itu bukan bukti cinta. Itu bukti bahwa luka batinmu sedang dieksploitasi. ⸻ Kalau kamu merasa selalu menjadi tempat pelampiasan, tanyakan ini pada dirimu: • Apakah ini benar-benar cinta? • Atau ini hanya rasa takut ditinggalkan yang menyamar sebagai cinta? • Apakah aku bertahan karena dia istimewa? • Atau karena aku tidak tahu cara hidup tanpanya? Karena terkadang, yang kita sebut cinta hanyalah kecanduan akan orang yang membuat kita merasa tidak cukup. ⸻ Banyak orang suka jadi pelampiasan bukan karena mereka lemah. Tapi karena luka batin yang tidak pernah mereka sadari membuat mereka rela menukar harga diri demi ilusi kehadiran. Namun ingat satu hal: Lebih baik sendiri dengan luka yang bisa disembuhkan, daripada bersama seseorang yang terus menambahkan luka baru. ⸻ Jadi, menurutmu… apakah bertahan dalam hubungan yang menyakitkan itu benar-benar bentuk cinta, atau hanya ketakutan yang diberi nama indah? Tulis pandanganmu di komentar. Jika kamu merasa relate, terbantu, dan suka dengan pembahasan seperti ini silahkan beri support lewat link di bio sebagai bentuk penghargaan dan rasa terima kasihmu. ⸻ Save kalau kamu butuh waktu untuk mencerna ini. Follow untuk insight yang lebih dalam setiap hari. Apa hal paling membingungkan yang pernah orang lakukan padamu? Tulis di komentar — aku baca semuanya.” Dan kalau kamu butuh ruang aman untuk curhat, DM aku langsung. ⸻ #MindScript #ToxicRelationship #PsikologiCinta #TraumaHealing #EmotionalAddiction

About