@ericcrackschina: Bullet Train vs. Airplane: Why I Always Choose the Train in China #ChinaInsights #lifeinchina🇨🇳 #UnbiasedChina #chinaunfiltered #chinatravels #businessinchina #chinaexposed

Eric Cracks China
Eric Cracks China
Open In TikTok:
Region: US
Tuesday 16 September 2025 14:00:31 GMT
214852
18894
585
1777

Music

Download

Comments

lifegoal2030
Lifegoal2030 :
Canada has just announced that we’re building one too. We’ll definitely be enjoying it by 2075. I’m so excited.
2025-09-22 23:39:03
492
romeo1boxer
Romeo :
Took it last week from Shenzhen to Guangzhou. What an amazing experience!
2025-10-18 06:59:38
1
poofpoofpoof4
user5574698197804 :
High speed rail is extremely expensive in china
2025-09-22 15:23:54
6
2icyyy
2icy :
God I long for high speed rail
2025-09-17 23:01:22
895
jason.carter__
Jason Carter :
What’s the price difference?
2025-09-18 22:18:54
6
mrgreysson
Mrgreysson :
And you can order takeaway directly to your seat 👌
2025-09-21 21:03:40
514
hannahtjie88
HANNAH :
meanwhile it take merica 3~5 yrs to build one extra exit for the public transport🤣😂
2025-10-17 22:09:17
0
pli1010
pli10 :
planes dont derail 😏🙏🏼
2025-09-23 10:50:05
0
treasure_catalog
treasure_catalog :
I’ll always be jealous of China’s trains ❤
2025-09-16 15:36:19
1547
eris_sama_
⚡️Eris⚡️ :
for trips 1000km or more, it's usually better to take the plane since they're both gonna be the same price but plane will be l a few hours faster
2025-09-22 17:25:45
1
chandlerbing2021
Chandler Bing :
Its true but japan trains are better and faster…
2025-09-23 14:56:53
1
lapaniam
LaPan :
He didn’t mention cost.
2025-09-16 23:46:17
5
justin.liu435
Justin Liu :
Last month I was delayed 6 Hours on my flight because Donald Trump flew into the airport to watch tennis😂
2025-10-14 02:28:05
0
skyblue3388
skyblue3388 :
How long is the ride from Beijing to Shanghai?
2025-09-16 15:07:32
2
romeo.manciu
Tai-Pan :
i will choose the car if it is posiible. it is about the trip... and admiring scenety
2025-10-08 23:09:53
0
axfxking
af🍉king :
I’m excited to go to China in October. Please reply and tell me how the toilets/restrooms are on the rail. TIA
2025-09-23 05:07:02
3
fredy_wsl
fredyw :
Lol, the most important things is i dont to think about planecrash🤣
2025-09-22 16:28:13
33
stclaredavery
StClare D Avery :
What the time duration?
2025-09-16 19:50:47
0
theebbemonster
theebbemonster :
Watching the documentary "Zeitgeist" in 2007 they said high speed rails were the future, not planes as trains are more efficient and more scalable. China listened, the USA failed. Also, while Europe has trains we lack the high speed ones.
2025-09-22 12:55:46
23
drsadiamughalk
Dr Sadiamughal :
I am in Beijing
2025-10-11 04:25:39
0
worst.goy
Worst Goy :
Our German trains are unreliable, slow, often no air con and no outlets, with the wifi barely working at the bigger stations, much less in between. Jealous of chinas great system
2025-09-22 10:27:34
94
gabedababe24
Gabriel Martinez :
Not to mention the environmental impact is significantly less
2025-09-17 01:11:24
1022
manleb24
manleb24 :
I gotta ask my girl, but she went from Shenzhen to Wuhan to visit family and we couldn’t call because there was no WiFi and then she went from Wuhan to hangzhou also no WiFi. We couldn’t face time at all due to the signal. And it was high speed train
2025-09-17 18:43:19
1
ryrytravelstheworld
Ryan :
And price?
2025-09-16 17:27:27
1
keiarafox
keiara 可丽 :
Also, when you’re about to miss your train, you can just quickly book a new ticket
2025-09-16 16:35:49
222
To see more videos from user @ericcrackschina, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV: Malam itu, kamu berakhir di studio seni dengan mata sembab dan hati remuk. Akhir semester selalu berat, tapi kali ini terasa seperti akhir dari segalanya. Kamu yang memutuskan Sunghoon di tengah amarah dan rasa takutmu sendiri, tak pernah menyangka bahwa dia akan mengiyakan dengan mudah. Seharusnya sunghoon menahanmu. Tapi tidak. Dia hanya diam, lalu berkata lirih, “Baiklah, Kalau itu yang kamu mau.” Kalimat itu menjadi gema paling menyakitkan dalam hidupmu. Dan kini, dari jendela fakultas seni, kamu bisa melihat gedung teknik di seberang sana ramai, penuh tawa. Di tengah keramaian itu, Sunghoon. Senyum di wajahnya begitu damai, sementara gadis yang sudah lama menyukainya kini memegang kue ulang tahun untuknya. Seolah kamu tak pernah ada. Kritik dosen tentang karya tugas akhirmu seolah menusuk luka yang sama. “Karyamu tidak layak dipajang,” kata mereka dingin. Tapi kamu menolak menyerah. Kamu ingin membuktikan bahwa kamu masih bisa berdiri, meski dengan hati hancur. Dan di antara deretan karya-karyamu yang gagal, kamu melihat patung itu. Patung dengan lekuk halus, sorot lembut di wajahnya, dan senyum samar yang begitu kamu kenal. Sunghoon. Tanpa sadar, kamu telah menciptakan duplikat sunghoon dari marmer dingin. Bentuk cinta yang kamu torehkan dalam kesunyian, yang tak pernah sempat kamu tunjukkan. Itu satu-satunya karya yang tersisa untuk diajukan. Kamu gelisah takut dibilang gila, takut dianggap masih terobsesi pada mantan. Tapi entah dorongan dari mana, kamu menyerahkan proposal patung tersebut. Dan dosenmu justru menyukainya. Ironis. Saat kamu ingin melupakan, dunia justru memaksa namanya hidup di depanmu. Malam itu, kamu menenggelamkan diri dalam alkohol, mencoba melupakan semuanya. Tapi saat kamu pulang dan membuka pintu apartemen, langkahmu terhenti. Di antara cahaya remang, patung itu tampak... hidup. Sorot matanya seolah menatapmu. Kamu tertawa getir, mendekat, dan menyentuh dadanya yang keras. “Kenapa kamu mengiyakan hubungan kita berakhir?” suaramu bergetar. “Kamu tahu aku mencintaimu... bahkan sampai membuat duplikat dirimu.” Suaramu pecah, dan dalam setengah sadar, kamu menatap bibir marmer itu. Kamu mencium patung itu entah karena rindu, atau karena gila. Namun saat bibir dingin itu membalas ciumanmu, darahmu berhenti mengalir. --- Dengan kepala berat kamu menatap sekeliling, ini bukan kamarmu. Ini kamar tetangga apartemenmu, yang sudah kamu anggap seperti teman.
POV: Malam itu, kamu berakhir di studio seni dengan mata sembab dan hati remuk. Akhir semester selalu berat, tapi kali ini terasa seperti akhir dari segalanya. Kamu yang memutuskan Sunghoon di tengah amarah dan rasa takutmu sendiri, tak pernah menyangka bahwa dia akan mengiyakan dengan mudah. Seharusnya sunghoon menahanmu. Tapi tidak. Dia hanya diam, lalu berkata lirih, “Baiklah, Kalau itu yang kamu mau.” Kalimat itu menjadi gema paling menyakitkan dalam hidupmu. Dan kini, dari jendela fakultas seni, kamu bisa melihat gedung teknik di seberang sana ramai, penuh tawa. Di tengah keramaian itu, Sunghoon. Senyum di wajahnya begitu damai, sementara gadis yang sudah lama menyukainya kini memegang kue ulang tahun untuknya. Seolah kamu tak pernah ada. Kritik dosen tentang karya tugas akhirmu seolah menusuk luka yang sama. “Karyamu tidak layak dipajang,” kata mereka dingin. Tapi kamu menolak menyerah. Kamu ingin membuktikan bahwa kamu masih bisa berdiri, meski dengan hati hancur. Dan di antara deretan karya-karyamu yang gagal, kamu melihat patung itu. Patung dengan lekuk halus, sorot lembut di wajahnya, dan senyum samar yang begitu kamu kenal. Sunghoon. Tanpa sadar, kamu telah menciptakan duplikat sunghoon dari marmer dingin. Bentuk cinta yang kamu torehkan dalam kesunyian, yang tak pernah sempat kamu tunjukkan. Itu satu-satunya karya yang tersisa untuk diajukan. Kamu gelisah takut dibilang gila, takut dianggap masih terobsesi pada mantan. Tapi entah dorongan dari mana, kamu menyerahkan proposal patung tersebut. Dan dosenmu justru menyukainya. Ironis. Saat kamu ingin melupakan, dunia justru memaksa namanya hidup di depanmu. Malam itu, kamu menenggelamkan diri dalam alkohol, mencoba melupakan semuanya. Tapi saat kamu pulang dan membuka pintu apartemen, langkahmu terhenti. Di antara cahaya remang, patung itu tampak... hidup. Sorot matanya seolah menatapmu. Kamu tertawa getir, mendekat, dan menyentuh dadanya yang keras. “Kenapa kamu mengiyakan hubungan kita berakhir?” suaramu bergetar. “Kamu tahu aku mencintaimu... bahkan sampai membuat duplikat dirimu.” Suaramu pecah, dan dalam setengah sadar, kamu menatap bibir marmer itu. Kamu mencium patung itu entah karena rindu, atau karena gila. Namun saat bibir dingin itu membalas ciumanmu, darahmu berhenti mengalir. --- Dengan kepala berat kamu menatap sekeliling, ini bukan kamarmu. Ini kamar tetangga apartemenmu, yang sudah kamu anggap seperti teman. "Oh kamu sudah bangun". Ucap temanmu. Diantara kebingunganmu, kamu meminum pereda pengar yang diberikannya. “Bagaimana aku bisa di sini?” tanyamu bingung. “Kamu mabuk dan memaksa masuk ke apartemenku semalam,” jawabnya ringan. Kamu mengerutkan kening. “Tapi bukankah kau ke luar kota?” “Benar. Yang ada di apartemenku semalam... sepupuku.” “Oh Tuhan...maafkan aku” kamu menutup wajah, malu bukan main. “Tenang saja,” katanya sambil meneguk kopi, “Aku akan sampaikan maafmu pada Sunghoon.” Tubuhmu kaku, jadi mimpi semalam nyata? --- Pameran tiba. Kegelisahanmu berlipat. Kamu sudah menyiapkan surat klarifikasi jika ada yang menyadari patung itu terlalu mirip Sunghoon. Tapi patung itu tak ada di galeri. Pemilik galeri tersenyum lebar saat melihatmu. “Karyamu sudah terjual bahkan sebelum kami sempat memajangnya.” Seketika, dada kamu terasa sesak. Patung itu telah berpindah tangan seperti halnya Sunghoon. Namun keberhasilan karyamu membuatmu lulus dengan nilai terbaik. Kamu pergi ke luar negeri untuk melanjutkan S2, meninggalkan negeri ini, meninggalkan kenangan. Atau setidaknya mencoba melupakan sunghoon. --- Lima tahun kemudian. Namamu kini dikenal sebagai seniman patung muda dengan gaya realisme emosional. Tapi cinta itu belum pernah benar-benar mati. Suatu hari, kamu mendapat tawaran tinggi untuk membuat ulang patung yang sama yang dulu pernah terjual. Kamu menolak, tapi asisten klienmu terus memaksa. Akhirnya kamu menyetujui. (+++comsec) #sunghoon #enhypen #pov #enhypenpov #fyp

About