@yk_mikki: Cousin's goals🤌🏻🎀🌷#fypシ゚viral🖤tiktok☆♡🦋 #foryoupage

ط و ب یٰ🌷
ط و ب یٰ🌷
Open In TikTok:
Region: PK
Wednesday 17 September 2025 14:25:10 GMT
21201
607
21
22

Music

Download

Comments

scorpion._786
️ :
May You Live Long 🫶
2025-10-04 09:45:52
0
user2438153457617
tanha girl ❤️ :
nice
2025-10-02 14:20:18
0
waqs871
waqs871 :
happy birthday ❣️❣️❣️❣
2025-09-24 10:46:41
2
dr.noman.ismail
Dr.NoMaN😘😎 :
birthday 6g 😘😘😘
2025-09-23 13:19:54
1
hamzakalru
Mr حمزہ ✨❤️😘 :
Happy birthday 🥳😍💫
2025-09-17 19:19:19
2
habibkhanat4
habit khan :
Happy birthday
2025-09-19 10:02:02
2
sameerahama
my life happy ❤️ :
Nice 😔
2025-09-17 16:06:01
3
saraike.11
saraike 11 :
nice
2025-09-17 14:28:45
3
sarmadkareem37
Sarmad Kareem :
Nice 🥰
2025-09-18 04:15:44
2
..m.m.76
🖤..M.M..🖤🫀 :
🖤🖤🖤
2025-09-17 17:03:14
3
amirsaen1
AmiR SaeN :
❤️❤️❤
2025-09-17 16:37:29
3
tahseen.jamali8
꧁✨❤️𝑇ₐҺ𝔰ℯɇȵ❤️✨꧂ :
❤️❤️❤
2025-09-17 15:40:13
3
waqas_soomro_7
Mr Crypto :
❤️❤️❤
2025-09-17 14:34:38
3
rajpootrajpoot3744
꧁༒☬𝓒𝓾𝓽𝓮 𝓫𝓸𝔂☬༒꧂ :
🤩🤩🤩
2025-09-18 03:05:48
2
itxzaman65
زم ان🫀 :
😇😇😇
2025-09-18 01:28:41
2
umar.khan4990
Umar khan :
🥰🥰🥰
2025-09-25 02:58:04
1
muaviakhokhar804
Ameer Muavia K H O کھر 💎 :
❣❣❣
2025-09-18 07:45:56
1
arslan.balouch78
Arslan Balouch :
🥰🥰🥰
2025-09-18 03:13:49
1
duaasheikh8
Duaa Sheikh skin, Consulter :
🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2025-10-06 09:27:02
0
yamlajutt313
چوہدری شہویز حیدر بسراء :
❤️❤️❤
2025-10-01 22:32:52
0
m._.junaid0
️ :
💙💙💙
2025-09-28 10:02:04
0
To see more videos from user @yk_mikki, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

PART 2 | Heeseung ngebut bawa kamu ke rumah sakit. Anak buahnya nutup jalan, bikin jalur kosong. Begitu sampai, dokter langsung bawa kamu masuk. Heeseung nunggu di luar, mondar-mandir kayak orang kehilangan arah. Tangannya berlumuran darahmu, tapi dia nggak peduli. Pintu kebuka. Dokter keluar dengan wajah muram. “Maaf, Tuan Lee. Istri anda… selamat. Tapi kandungannya nggak bisa dipertahankan. Tapi sekarang nyonya Lee dalam kondisi koma.” Darah Heeseung serasa berhenti ngalir. Matanya kosong. Suaranya pecah, hampir nggak keluar, “K… koma?” Dia masuk ke ruang rawatmu. Liat kamu terbaring pucat dengan selang infus. Pelan-pelan dia duduk, genggam tanganmu erat. Air matanya jatuh, pertama kalinya dalam hidup. “Aku gagal jagain kamu. Aku gagal jagain anak kita. Tapi aku janji, sayang… mereka semua bakal bayar. Satu. Per. Satu.” ------ Seminggu kamu koma, Heeseung nggak pernah lepas dari sisi ranjangmu. Tiap malam dia bisik di telingamu: “Bangun sayang… aku butuh kamu. Aku bakal habisin mereka semua. Jangan tinggalin aku sendiri.” Tapi begitu dia tau siapa dalang serangan itu—mantan sekutu lamanya—api di matanya nyala lagi. “Persiapin semuanya. Malam ini… kita berburu.” ----- Malam itu ia berdiri di depan anak buahnya. “Mereka pikir bisa ambil kebahagiaanku? Aku akan tunjukkan pada mereka arti kehilangan.” Satu per satu markas musuh dihancurkan. Darah di mana-mana, jeritan memenuhi udara. Hingga akhirnya, pemimpin musuh ditangkap hidup-hidup. Di hutan terbesar negeri itu, pria itu diikat ke pohon. Tubuhnya bergetar ketakutan. “Heeseung! Kau gila! Jangan lakukan ini!” teriaknya. “Kau akan menyeret seluruh negara ke neraka!” Heeseung mendekat, menatapnya tajam. “Negara ini? Dunia ini? Tidak ada artinya bagiku.” Ia menunduk, wajahnya basah oleh air mata. “Yang berharga sudah mereka hancurkan. Jadi biar semua ikut hancur.” Ia memberi isyarat. Dari udara, helikopter mulai menjatuhkan bom api. Api melahap pepohonan. Suara ledakan dan panas menyambar. Asap pekat membumbung tinggi. Musuh itu menjerit histeris. “Tolong! Jangan! Aku mohon!” Tapi Heeseung hanya berdiri tegak, menatap kobaran api. -------- Di kota, listrik padam. Gelap gulita meliputi segalanya, hanya langit merah yang menyala oleh api di kejauhan. Heeseung berdiri di atas gedung tinggi, jas hitamnya berkibar oleh angin malam. Dari sini, ia bisa melihat neraka yang ia ciptakan. Seorang anak buahnya berkata dengan ragu, “Bos… dunia sedang melihat ini. Semua berita… semua mata tertuju ke sini.” Heeseung mengepalkan tangan, air mata jatuh di pipinya. “Bagus.” Suaranya bergetar. “Biarkan mereka tahu… konsekuensi menyentuh apa yang jadi milikku.” ------- Jam 3 pagi, koridor rumah sakit sepi. Heeseung masuk ke kamar, masih berlumuran darah. Dia duduk di samping ranjangmu, kepalanya jatuh di atas tanganmu. “Sayang…” suaranya pecah. “Aku udah bunuh banyak orang buat kamu. Tapi kenapa sakit di sini nggak ilang?” Tangannya nekan dadanya sendiri. Air matanya jatuh lagi. “Aku nggak peduli tanganku makin kotor. Aku cuma mau kamu buka mata. Sekali aja. Liat aku. Marahin aku pun nggak apa-apa. Asal jangan ninggalin aku kayak gini…” Suara mesin monitor jantungmu jadi satu-satunya yang bikin dia waras malam itu. “Bangun, sayang… kalau nggak, aku beneran gila.
PART 2 | Heeseung ngebut bawa kamu ke rumah sakit. Anak buahnya nutup jalan, bikin jalur kosong. Begitu sampai, dokter langsung bawa kamu masuk. Heeseung nunggu di luar, mondar-mandir kayak orang kehilangan arah. Tangannya berlumuran darahmu, tapi dia nggak peduli. Pintu kebuka. Dokter keluar dengan wajah muram. “Maaf, Tuan Lee. Istri anda… selamat. Tapi kandungannya nggak bisa dipertahankan. Tapi sekarang nyonya Lee dalam kondisi koma.” Darah Heeseung serasa berhenti ngalir. Matanya kosong. Suaranya pecah, hampir nggak keluar, “K… koma?” Dia masuk ke ruang rawatmu. Liat kamu terbaring pucat dengan selang infus. Pelan-pelan dia duduk, genggam tanganmu erat. Air matanya jatuh, pertama kalinya dalam hidup. “Aku gagal jagain kamu. Aku gagal jagain anak kita. Tapi aku janji, sayang… mereka semua bakal bayar. Satu. Per. Satu.” ------ Seminggu kamu koma, Heeseung nggak pernah lepas dari sisi ranjangmu. Tiap malam dia bisik di telingamu: “Bangun sayang… aku butuh kamu. Aku bakal habisin mereka semua. Jangan tinggalin aku sendiri.” Tapi begitu dia tau siapa dalang serangan itu—mantan sekutu lamanya—api di matanya nyala lagi. “Persiapin semuanya. Malam ini… kita berburu.” ----- Malam itu ia berdiri di depan anak buahnya. “Mereka pikir bisa ambil kebahagiaanku? Aku akan tunjukkan pada mereka arti kehilangan.” Satu per satu markas musuh dihancurkan. Darah di mana-mana, jeritan memenuhi udara. Hingga akhirnya, pemimpin musuh ditangkap hidup-hidup. Di hutan terbesar negeri itu, pria itu diikat ke pohon. Tubuhnya bergetar ketakutan. “Heeseung! Kau gila! Jangan lakukan ini!” teriaknya. “Kau akan menyeret seluruh negara ke neraka!” Heeseung mendekat, menatapnya tajam. “Negara ini? Dunia ini? Tidak ada artinya bagiku.” Ia menunduk, wajahnya basah oleh air mata. “Yang berharga sudah mereka hancurkan. Jadi biar semua ikut hancur.” Ia memberi isyarat. Dari udara, helikopter mulai menjatuhkan bom api. Api melahap pepohonan. Suara ledakan dan panas menyambar. Asap pekat membumbung tinggi. Musuh itu menjerit histeris. “Tolong! Jangan! Aku mohon!” Tapi Heeseung hanya berdiri tegak, menatap kobaran api. -------- Di kota, listrik padam. Gelap gulita meliputi segalanya, hanya langit merah yang menyala oleh api di kejauhan. Heeseung berdiri di atas gedung tinggi, jas hitamnya berkibar oleh angin malam. Dari sini, ia bisa melihat neraka yang ia ciptakan. Seorang anak buahnya berkata dengan ragu, “Bos… dunia sedang melihat ini. Semua berita… semua mata tertuju ke sini.” Heeseung mengepalkan tangan, air mata jatuh di pipinya. “Bagus.” Suaranya bergetar. “Biarkan mereka tahu… konsekuensi menyentuh apa yang jadi milikku.” ------- Jam 3 pagi, koridor rumah sakit sepi. Heeseung masuk ke kamar, masih berlumuran darah. Dia duduk di samping ranjangmu, kepalanya jatuh di atas tanganmu. “Sayang…” suaranya pecah. “Aku udah bunuh banyak orang buat kamu. Tapi kenapa sakit di sini nggak ilang?” Tangannya nekan dadanya sendiri. Air matanya jatuh lagi. “Aku nggak peduli tanganku makin kotor. Aku cuma mau kamu buka mata. Sekali aja. Liat aku. Marahin aku pun nggak apa-apa. Asal jangan ninggalin aku kayak gini…” Suara mesin monitor jantungmu jadi satu-satunya yang bikin dia waras malam itu. “Bangun, sayang… kalau nggak, aku beneran gila." ----- Tak lama kemudian kelopak matamu bergetar. Bibirmu kering, tapi mencoba terbuka. Suara serak nyaris tak terdengar keluar, “Hee…seung…” Detik itu, dunia yang hancur di luar sana seolah berhenti. Nafas Heeseung tercekat. Ia buru-buru pencet bel perawat, tapi tangannya kembali menggenggam tanganmu erat, seakan takut kehilangan lagi. “Aku di sini, sayang. Aku di sini,” katanya terburu-buru, suaranya pecah. “Jangan pergi lagi, kumohon. Aku nggak kuat kalau kamu ninggalin aku.” Kelopak matamu masih berat, dunia terasa kabur, tapi di balik semua itu kamu bisa lihat wajah yang paling kamu kenal—penuh air mata, pucat, kacau, tapi tetap Heeseung. #heeseung #enhypen #pov #foryou #fyp

About