@m.alyaseer: تصويري للمسيرة العسكرية في #اليوم_الوطني_95 من أبها 🇸🇦✨ #المسيرة_العسكرية #اليوم_الوطني_95 #ابها #عسير

مرام الأسمري 📸
مرام الأسمري 📸
Open In TikTok:
Region: SA
Tuesday 23 September 2025 20:30:22 GMT
18362
394
29
101

Music

Download

Comments

joj_7189
joj_7189 :
ماشفت العرض اغمى علي 😢
2025-09-24 10:39:02
0
saleh.fit
صالح القحطاني :
اشكر نقلك لهذا الابداع اللي تعبنا فيه
2025-09-23 23:59:04
5
.car273
الكنج عــــيــــاش الـحذيفي🫡⛎ :
والله افضل تصوير هذا 🌹
2025-09-24 10:14:05
1
xm_u505
خـالـد⭐️ :
اشكر على نقلك لهذا الابداع وابدعتي بتصويرنا
2025-09-24 13:13:56
3
ff29m
سـالم بن سعيد 🇸🇦 :
الدفاع المدني 🫡
2025-09-25 07:26:38
0
reehamtr1999
ريهام الـشهراني :
الله على ابداعك يا مررررام مبدعه دايم 🇸🇦🔥🤍🤍🤍🤍🤍
2025-09-23 20:46:53
2
i_jxxx
Ibra :
مبدعه
2025-09-25 10:11:30
0
ahamed00ali
الشموخ والعز2020 :
دام عزك ياوطن الله يديم الامن والامان والتقدم والازدهار لهذا الوطن المعطا 👍👍👍🇸🇦🇸🇦🇸🇦
2025-09-25 06:41:37
0
fa1922_
١٩٢٢. :
ابدعتتي🤍💚
2025-09-24 10:51:52
1
saadasdsaad
saad :
كان الأفضل يكون العرض في ملعب المحالة لكي يجد الناس مكان يجلسون فيه بطريقة منظمة
2025-09-23 20:36:10
4
kath2011ali
Only Coffee :
صحت يمناك .. ودام عزك يا وطن 🌷❤
2025-09-23 20:37:17
1
julnar2022
julnar2022 :
يارب تحفظهم🤲..
2025-09-24 02:35:08
2
alasir339
العسيري :
دام عزك يا وطن 💚💚💚💚💚🇸🇦🇸🇦🇸🇦🇸🇦🇸🇦🇸🇦🇸🇦🇸🇦🇸🇦🇸🇦🇸🇦🇸🇦🇸🇦🇸🇦🇸🇦🇸🇦🇸🇦
2025-09-23 20:43:07
1
saeedq30
saeed، :
افضل واوضح تصوير
2025-09-23 22:20:27
1
user8938320936503
user8938320936503 :
💞
2025-09-24 05:10:35
1
w3l__7
✌️ابومشبب ✌️ :
🥰🥰🥰
2025-09-23 20:36:49
1
tti.d
ₐₗQₕₜₐₙᵢ🎶 :
بيض الله وجههك على التصميم
2025-09-24 00:23:03
1
To see more videos from user @m.alyaseer, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Ketika Dalang Jadi Pahlawan dan Hasutan Disebut Kepedulian Betapa mengagumkan negeri ini! Kita hidup di masa ketika seorang guru yang membenci kepala sekolah bisa menjadi pahlawan moral. Ia tak perlu berdiri di depan kelas, cukup berbisik di belakang meja guru: “Sudah saatnya siswa bersuara!” Dan lihatlah — 630 siswa langsung mogok belajar, seolah keadilan bisa diperjuangkan lewat absen massal dan status WhatsApp. Luar biasa! Di tangan sang provokator, sekolah berubah menjadi panggung drama, bukan tempat belajar. Ia bukan lagi pendidik, tapi sutradara emosi remaja, yang dengan lihainya menulis naskah pemberontakan di tengah jam pelajaran. Sungguh, jika ada lomba “Menghasut dengan Elegan”, pialanya sudah jelas jatuh padanya. Dan alasan di balik aksinya pun begitu mulia — katanya demi membela siswa yang ditampar. Sungguh, betapa luhur hatinya! Padahal, di balik kalimat peduli itu terselip aroma ambisi yang tak kalah harum dari asap rokok siswa yang dibelanya. Sebab siapa tahu, bila kepala sekolah tumbang, kursi itu bisa hangat diisi oleh tangan yang lebih haus kekuasaan. Bukankah itu bentuk cinta terhadap sekolah — cinta yang ingin mengganti pimpinan, bukan memperbaiki keadaan? Dan ajaibnya, dunia pun bersorak memujanya. Ia disebut pembela kebenaran, bukan penghasut; penggerak aspirasi, bukan penyulut anarki.  Padahal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Pasal 160 KUHP) sudah lama menulis: “Barang siapa di muka umum menghasut supaya melawan penguasa yang sah, dapat dipidana.” Tapi siapa peduli? Bukankah hukum kini bisa ditafsir sesuai kepentingan, dan niat jahat bisa disulap menjadi solidaritas? Kini semua pihak sudah berdamai — siswa, orang tua, kepala sekolah, bahkan yang ditampar pun mungkin sudah tersenyum. Tinggallah sang dalang yang melenggang bebas, langkahnya ringan, wajahnya bersinar penuh bangga. Ia berhasil membuat sekolah berhenti belajar, guru berhenti mengajar, dan media sibuk mencari siapa yang salah. Sungguh karya yang pantas diabadikan dalam sejarah pendidikan: “Bagaimana Menggoyang Otoritas Sekolah Tanpa Menyentuh Papan Tulis.” Maka mari kita beri penghargaan tertinggi: Duta Inspiratif Si-Paling Dalang. Penggerak mogok, pengarah opini, pemilik visi besar: melengserkan kepala sekolah dengan metode emosi massal. Sungguh visioner — karena ia tahu, di negeri yang sibuk mencari sensasi, provokasi jauh lebih laku dari prestasi. Dan kepada para pejabat yang masih pura-pura tak tahu, tenanglah, dalang itu kini mungkin sedang tersenyum di ruang guru, menyusun rencana baru sambil menyesap kopi, menunggu drama berikutnya, ketika disiplin kembali dianggap kekerasan, dan kesalahan kembali berhak mendapat pembelaan. Dan guru Provokator itupun luput dari pantauan hukum, karena hukum dan Pejabat-pejabat itu pun berada dipihak provokator itu sendiri. Selamat Datang di Indonesia Kawan #siswamogok  #mogokbelajar  #630siswa
Ketika Dalang Jadi Pahlawan dan Hasutan Disebut Kepedulian Betapa mengagumkan negeri ini! Kita hidup di masa ketika seorang guru yang membenci kepala sekolah bisa menjadi pahlawan moral. Ia tak perlu berdiri di depan kelas, cukup berbisik di belakang meja guru: “Sudah saatnya siswa bersuara!” Dan lihatlah — 630 siswa langsung mogok belajar, seolah keadilan bisa diperjuangkan lewat absen massal dan status WhatsApp. Luar biasa! Di tangan sang provokator, sekolah berubah menjadi panggung drama, bukan tempat belajar. Ia bukan lagi pendidik, tapi sutradara emosi remaja, yang dengan lihainya menulis naskah pemberontakan di tengah jam pelajaran. Sungguh, jika ada lomba “Menghasut dengan Elegan”, pialanya sudah jelas jatuh padanya. Dan alasan di balik aksinya pun begitu mulia — katanya demi membela siswa yang ditampar. Sungguh, betapa luhur hatinya! Padahal, di balik kalimat peduli itu terselip aroma ambisi yang tak kalah harum dari asap rokok siswa yang dibelanya. Sebab siapa tahu, bila kepala sekolah tumbang, kursi itu bisa hangat diisi oleh tangan yang lebih haus kekuasaan. Bukankah itu bentuk cinta terhadap sekolah — cinta yang ingin mengganti pimpinan, bukan memperbaiki keadaan? Dan ajaibnya, dunia pun bersorak memujanya. Ia disebut pembela kebenaran, bukan penghasut; penggerak aspirasi, bukan penyulut anarki. Padahal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Pasal 160 KUHP) sudah lama menulis: “Barang siapa di muka umum menghasut supaya melawan penguasa yang sah, dapat dipidana.” Tapi siapa peduli? Bukankah hukum kini bisa ditafsir sesuai kepentingan, dan niat jahat bisa disulap menjadi solidaritas? Kini semua pihak sudah berdamai — siswa, orang tua, kepala sekolah, bahkan yang ditampar pun mungkin sudah tersenyum. Tinggallah sang dalang yang melenggang bebas, langkahnya ringan, wajahnya bersinar penuh bangga. Ia berhasil membuat sekolah berhenti belajar, guru berhenti mengajar, dan media sibuk mencari siapa yang salah. Sungguh karya yang pantas diabadikan dalam sejarah pendidikan: “Bagaimana Menggoyang Otoritas Sekolah Tanpa Menyentuh Papan Tulis.” Maka mari kita beri penghargaan tertinggi: Duta Inspiratif Si-Paling Dalang. Penggerak mogok, pengarah opini, pemilik visi besar: melengserkan kepala sekolah dengan metode emosi massal. Sungguh visioner — karena ia tahu, di negeri yang sibuk mencari sensasi, provokasi jauh lebih laku dari prestasi. Dan kepada para pejabat yang masih pura-pura tak tahu, tenanglah, dalang itu kini mungkin sedang tersenyum di ruang guru, menyusun rencana baru sambil menyesap kopi, menunggu drama berikutnya, ketika disiplin kembali dianggap kekerasan, dan kesalahan kembali berhak mendapat pembelaan. Dan guru Provokator itupun luput dari pantauan hukum, karena hukum dan Pejabat-pejabat itu pun berada dipihak provokator itu sendiri. Selamat Datang di Indonesia Kawan #siswamogok #mogokbelajar #630siswa

About