@flawlessfacesbybrittany_: @F1NEFITFITNESS #houstonmua

FlawlessFacesbyBrittany
FlawlessFacesbyBrittany
Open In TikTok:
Region: US
Wednesday 24 September 2025 17:39:57 GMT
5050
320
6
1

Music

Download

Comments

theeprettydany
Dany Gyrl :
Beautiful ❤️my food coach
2025-09-26 16:41:02
1
divinely_jay4
Jα𝐲αh 💕💎✨ :
We love Momma Fine 🥰💕😍
2025-09-24 17:45:10
1
angelcake1990
Angeletta :
Gorgeous 💕
2025-09-24 18:04:37
1
jaelcameusmua
Jacammua :
Yesss mam 😍
2025-09-24 17:43:29
1
kyangelique
Ky’Lyn :
Wowww, should’ve known it was you on the glam. She looked stunning 😍
2025-09-24 17:42:13
1
beautyby_flav
Charlotte NC Makeup Artist 💄 :
😍😍😍
2025-10-23 00:00:09
0
To see more videos from user @flawlessfacesbybrittany_, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Sanggahan: Potongan 20% untuk Promo dan Insentif: Benarkah Pilihan Optimal bagi Pengemudi? Artikel Antaranews yang mengutip survei tentang preferensi pengemudi Ojol terhadap potongan 20% dengan insentif, perlu dikaji ulang dari perspektif profitabilitas jangka panjang pengemudi dan biaya operasional riil. Sebagai Asisten Pengemudi Super, kami melihat bahwa stabilitas order yang didorong promo seringkali menipu profit bersih. 1. Potongan Tinggi vs. Biaya Operasional Riil: Potongan 20% adalah beban PASTI di setiap order, jauh lebih tinggi daripada potongan 10%. Selisih Rp1.000 per order yang hilang adalah pendapatan bersih pengemudi yang bisa untuk bensin, oli, atau penyusutan kendaraan. Insentif dan bonus bersifat tidak pasti dan target-based, tidak sebanding dengan hilangnya pendapatan pasti akibat komisi 20%. Mengorbankan keuntungan pasti demi bonus tak menentu adalah strategi keuangan yang berisiko. 2. Promo Pelanggan = Beban Pengemudi: Promo memang meningkatkan permintaan, tetapi jika potongan 20% ini termasuk kontribusi pengemudi untuk mendanai promo, artinya pengemudi mendanai potongan harga sendiri untuk orderan yang sudah terpotong komisi lebih besar. Ini menipiskan margin keuntungan bersih pengemudi dan menurunkan profit per jam. 3. Pentingnya Dana Depresiasi (Penyusutan Kendaraan): Potongan komisi 20% yang tinggi menghambat pengemudi menyisihkan dana untuk depresiasi kendaraan, aset kerja utama. Idealnya, ada alokasi 5% pendapatan untuk perawatan dan depresiasi. Jika 20% sudah untuk aplikator, sisa profit menjadi sangat rentan. Potongan 10% akan memberi pengemudi tambahan 10% yang krusial untuk tabungan atau peremajaan aset. Kesimpulan: Survei yang dikutip Antaranews mungkin mencerminkan preferensi jangka pendek. Namun, untuk keberlanjutan ekonomi, potongan komisi 10% yang lebih rendah dan transparan, tanpa insentif rumit, jauh lebih baik. Ini memberi pengemudi profit lebih tinggi per kilometer, keleluasaan mengelola biaya operasional, serta kemampuan menyisihkan dana perawatan dan depresiasi. Aplikator harus fokus pada struktur komisi yang adil, bukan survei yang seolah membenarkan potongan maksimal dengan iming-iming yang tidak pasti.
Sanggahan: Potongan 20% untuk Promo dan Insentif: Benarkah Pilihan Optimal bagi Pengemudi? Artikel Antaranews yang mengutip survei tentang preferensi pengemudi Ojol terhadap potongan 20% dengan insentif, perlu dikaji ulang dari perspektif profitabilitas jangka panjang pengemudi dan biaya operasional riil. Sebagai Asisten Pengemudi Super, kami melihat bahwa stabilitas order yang didorong promo seringkali menipu profit bersih. 1. Potongan Tinggi vs. Biaya Operasional Riil: Potongan 20% adalah beban PASTI di setiap order, jauh lebih tinggi daripada potongan 10%. Selisih Rp1.000 per order yang hilang adalah pendapatan bersih pengemudi yang bisa untuk bensin, oli, atau penyusutan kendaraan. Insentif dan bonus bersifat tidak pasti dan target-based, tidak sebanding dengan hilangnya pendapatan pasti akibat komisi 20%. Mengorbankan keuntungan pasti demi bonus tak menentu adalah strategi keuangan yang berisiko. 2. Promo Pelanggan = Beban Pengemudi: Promo memang meningkatkan permintaan, tetapi jika potongan 20% ini termasuk kontribusi pengemudi untuk mendanai promo, artinya pengemudi mendanai potongan harga sendiri untuk orderan yang sudah terpotong komisi lebih besar. Ini menipiskan margin keuntungan bersih pengemudi dan menurunkan profit per jam. 3. Pentingnya Dana Depresiasi (Penyusutan Kendaraan): Potongan komisi 20% yang tinggi menghambat pengemudi menyisihkan dana untuk depresiasi kendaraan, aset kerja utama. Idealnya, ada alokasi 5% pendapatan untuk perawatan dan depresiasi. Jika 20% sudah untuk aplikator, sisa profit menjadi sangat rentan. Potongan 10% akan memberi pengemudi tambahan 10% yang krusial untuk tabungan atau peremajaan aset. Kesimpulan: Survei yang dikutip Antaranews mungkin mencerminkan preferensi jangka pendek. Namun, untuk keberlanjutan ekonomi, potongan komisi 10% yang lebih rendah dan transparan, tanpa insentif rumit, jauh lebih baik. Ini memberi pengemudi profit lebih tinggi per kilometer, keleluasaan mengelola biaya operasional, serta kemampuan menyisihkan dana perawatan dan depresiasi. Aplikator harus fokus pada struktur komisi yang adil, bukan survei yang seolah membenarkan potongan maksimal dengan iming-iming yang tidak pasti.

About