user7329 :
Dari Surabaya dengan cinta, 3 tahun lalu tim kebanggaan kami Persebaya berhasil mengalahkan rivalnya di kandang mereka sendiri. Tidak bisa terucap dan terdefinisikan, euforia kemenangan yang tertunda. 23 Tahun belum pernah menang di atas lapangan Stadion Kanjuruhan, malam itu 1 Oktober 2022 menjadi malam panjang untuk merayakan sebuah perjuangan serta pengorbanan para punggawa di lapangan. Namun, kemenangan yang seharusnya menjadi sebuah kebahagiaan sendiri bagi kami Bonek dan Bonita di Surabaya harus dibumbui menjadi saksi bisu tragedi ini. Ya, memang sepakbola sepatutnya menjadi sebuah hiburan untuk semua kalangan, mulai dari anak kecil, remaja, bapak-bapak serta keluarga. Malam itu kami menunda dengan sangat amat berduka atas kejadian mengenaskan di atas langit malam Kota Malang, tepatnya di Stadion Kanjuruhan.
Atas dasar kemanusiaan, kami yang sudah menanti para punggawa tim kebanggaan kami pulang dari kota rival harus terpaksa dengan rasa ikhlas membubarkan diri dari barisan, sebagai bentuk kepedulian juga iringan bunga serta do'a yang terus mengalir kami kirim dengan cinta untuk para korban dan keluarga yang ditinggalkan.
Hari itu menjadi kisah kelam sepakbola Indonesia bahkan dunia, semua mata tertuju pada satu titik, Stadion Kanjuruhan. Tidak bisa dipungkiri kami yang mereka anggap sebagai rival, sebagai sampah dan sebagai pengaruh negatif yang ada membantu dengan datang dan galang dana untuk tragedi ini. Ingat, kami memang benci akan rivalitas tapi kami masih mempunyai hati nurani serta rasa kemanusiaan yang begitu dalam. Tragedi ini menjadi sebuah pelajaran, untuk kita dan mereka bahwa kemanusiaan diatas segalanya.
Salam hangat dari kami, yang kalian anggap sebagai rival.
2025-10-01 01:40:35