@es.r.1: #💔#مالي_خلق_احط_هاشتاقات

🖤
🖤
Open In TikTok:
Region: SA
Tuesday 30 September 2025 11:44:53 GMT
1274
59
0
22

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @es.r.1, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Abuya KH. Tubagus Abdul Karim, seorang ulama karismatik asal Banten, dikenal sebagai tokoh yang berkontribusi besar dalam penyebaran Islam dan pendidikan di wilayah Pandeglang. Ia sering dikaitkan dengan Kampung Bengkung, Pandeglang, meskipun lahir di wilayah lain di Kabupaten yang sama. Berikut adalah ringkasan biografi singkatnya berdasarkan catatan sejarah dan arsip lokal yang alfaqir dapatkan. Latar Belakang dan Kelahiran Abuya Abdul Karim lahir pada tahun 1914 di Kampung Rocek (sekarang dikenal sebagai Desa Bojong Huni), Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang, Banten. Ayahnya adalah KH. Tb. Ismail, seorang ulama yang berasal dari Kampung Leuwi Kondang, Desa Kadubumbang, Kecamatan Cimanuk. Ibunya bernama Siti Sarah, asal Desa Pasir Angin, Pandeglang. Dari garis keturunan ayahnya, silsilah Abuya Abdul Karim terhubung hingga ke Syekh Syarif Hidayatullah, pendiri Kesultanan Banten, menjadikannya bagian dari garis keturunan ulama dan bangsawan Banten yang agamis. Keluarga ini tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan tradisi keilmuan Islam, di mana Pandeglang sendiri dijuluki
Abuya KH. Tubagus Abdul Karim, seorang ulama karismatik asal Banten, dikenal sebagai tokoh yang berkontribusi besar dalam penyebaran Islam dan pendidikan di wilayah Pandeglang. Ia sering dikaitkan dengan Kampung Bengkung, Pandeglang, meskipun lahir di wilayah lain di Kabupaten yang sama. Berikut adalah ringkasan biografi singkatnya berdasarkan catatan sejarah dan arsip lokal yang alfaqir dapatkan. Latar Belakang dan Kelahiran Abuya Abdul Karim lahir pada tahun 1914 di Kampung Rocek (sekarang dikenal sebagai Desa Bojong Huni), Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang, Banten. Ayahnya adalah KH. Tb. Ismail, seorang ulama yang berasal dari Kampung Leuwi Kondang, Desa Kadubumbang, Kecamatan Cimanuk. Ibunya bernama Siti Sarah, asal Desa Pasir Angin, Pandeglang. Dari garis keturunan ayahnya, silsilah Abuya Abdul Karim terhubung hingga ke Syekh Syarif Hidayatullah, pendiri Kesultanan Banten, menjadikannya bagian dari garis keturunan ulama dan bangsawan Banten yang agamis. Keluarga ini tumbuh dalam lingkungan yang kental dengan tradisi keilmuan Islam, di mana Pandeglang sendiri dijuluki "Kota Seribu Ulama Sejuta Santri". Rihlah Keilmuan: Sejak muda, Abuya Abdul Karim dididik dalam ilmu agama secara intensif. Ia menempuh pendidikan di berbagai pondok pesantren di Banten dan sekitarnya, mengikuti jejak ayahnya yang juga ulama terkemuka. Pada tahun 1943, setelah menyelesaikan pendidikannya di pondok pesantren, ia menikah untuk kedua kalinya dengan Siti Tarwiyah (dikenal sebagai Ibu Iyot) dari Kampung Bengkung, Pandeglang. Pernikahan ini dikaruniai dua anak: 1. Ratu Nawiroh dan 2. Tubagus (detail lengkap anak kedua tidak tercatat secara lengkap di sumber). Pendidikannya menekankan pada fikih, tasawuf, dan dakwah, yang menjadi fondasi kiprahnya sebagai ulama. Kiprah dan Kontribusi: Abuya Abdul Karim dikenal sebagai salah satu dari banyak "Abuya" di Banten yang berperan aktif dalam kehidupan masyarakat. Pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia (pasca-1945), ia terlibat dalam upaya mendukung pemerintahan baru. Saat itu, banyak jabatan administratif dari tingkat lurah hingga bupati dipegang oleh ulama, mengingat pengaruh besar mereka di masyarakat. Abuya Abdul Karim pernah diangkat menjadi Lurah Desa Kupahandap, Pandeglang, oleh Residen Banten KH. (nama lengkap residen tidak disebutkan secara spesifik, tapi konteksnya adalah KH. Ahmad Chatib atau rekan ulama lainnya). Peran ini menunjukkan bagaimana ia menggabungkan keilmuan agama dengan birokrasi untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat Banten, termasuk dalam perlawanan terhadap Belanda. Selain itu, ia aktif dalam dakwah dan pendidikan Islam di wilayah Bengkung dan sekitarnya. Sebagai ulama, Abuya Abdul Karim menjadi panutan bagi santri dan masyarakat Pandeglang, yang dikenal religius. Ia termasuk dalam daftar ulama terkemuka Banten, seperti yang tercatat dalam berbagai dokumen sejarah provinsi, di mana namanya disejajarkan dengan Abuya lain seperti Abuya Abdul Manan (Muncung) atau Abuya Abdul Malik (Rocek Barat). Wafat dan Warisan: Informasi mengenai tahun wafatnya tidak tercatat secara detail di sumber-sumber umum, tetapi pengaruhnya tetap hidup melalui keturunannya dan tradisi pesantren di Pandeglang. Makamnya berada di wilayah Bengkung Pandeglang Banten, dan sering menjadi tempat ziarah bagi masyarakat setempat. Warisannya terletak pada kontribusi dalam memperkuat identitas religius Banten, di mana ulama seperti dirinya tidak hanya mengajar agama tapi juga memimpin masyarakat dalam transisi pasca-kolonial. Abuya Abdul Karim mewakili generasi ulama Banten yang sederhana namun berpengaruh, mirip dengan tokoh-tokoh seperti Abuya Tb. Abdul Halim (Bupati Pandeglang pertama dari kalangan ulama). Jika dulur mempunyai detail lebih lanjut, seperti silsilah lengkap atau kisah karomahnya, alfaqir tunggu demi untuk kesempurnaan biografi.  #abuya #pandeglang #banten #ulamaindonesia #ulamanusantara

About