@matiko.ae_: #sweethome #songkang #hyunsoo #kdrama

matiko
matiko
Open In TikTok:
Region: FR
Tuesday 07 October 2025 14:41:15 GMT
1966507
105833
461
4425

Music

Download

Comments

katieemayyh
katie :
SWEET HOME 🖤
2025-10-08 01:27:49
78
ch.habibalvi
ch.habibalvi :
sweet home series Netflix
2025-10-09 14:22:25
2
antor.simple
Antor :
don't know why but he and arisu from alice look so alike
2025-10-08 19:26:36
302
ivendoe..abd
Ivendoe Abdou :
name please 🙂🙂
2025-10-07 19:18:50
126
mimi_ayumi9577
Mimi_Ayumi :
1000-7?
2025-10-08 19:21:57
1353
one..eyed..king
One-Eyed King :
Sweet Home is really annoying
2025-10-08 22:06:35
10
m.edit.384
M.edit.3 :
name move please اسمه فیلم چیه
2025-10-09 09:01:00
3
lfiosxay
❥ ╰➤ ❝ Lisa ❞ 너 :
Song kang 🤭
2025-10-09 11:25:25
243
ceraiq2
tejzi.amp (he/him) :
Season?
2025-10-08 14:26:51
4
subarukunnatsuki
lucky man☺️ :
fun fact she's just using a broom
2025-10-10 05:38:03
6
maksat0958
Maksat :
drama plz
2025-10-10 02:37:57
2
bella.xzyy_5
𝐼🪽 :
nome?
2025-10-15 04:27:44
0
richardtetteh263
NBA⛓️ YoungBoy 💯 :
chale sweet home 2 be this
2025-10-16 19:08:30
1
milesmccall376
@EDITS_367 :
name please
2025-10-09 12:20:39
0
gui_tonny1
Guilherme :
Vale a pena??
2025-10-14 20:18:36
0
kathie_457
. :
Lohnt sich die serie ?
2025-10-09 11:18:29
20
viny__jr10
viny__jr10 :
nome da série???
2025-10-10 20:08:45
0
md.sadek.sd
miss mim :
move nam pls
2025-10-08 15:25:19
0
yanis_iaan
Yaan_yanis :
Nah cuz its giving my demon gives
2025-10-10 04:22:10
0
raha56t6
raha6767 :
name🥰🥰
2025-10-08 18:10:14
0
brayanvillarreal735
brayanvillarreal735 :
como de llama
2025-10-10 17:11:00
0
chijindu800
MANUEL :
Nonsense movie
2025-10-11 22:40:37
0
janelo.ray.d..sab
Janelo Ray D. Sabijon :
title;sweet home
2025-10-15 15:33:08
0
steam_spot
SpOt :
prototype
2025-10-12 07:13:55
0
To see more videos from user @matiko.ae_, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Hari itu ruang sekretariat panitia sudah penuh sejak pagi. Suara printer berdengung, tumpukan berkas berantakan di meja, dan aroma kopi sachet bercampur dengan udara AC yang dingin. Di tengah hiruk pikuk itu, kau duduk dengan wajah serius, memeriksa ulang daftar tamu undangan. “Nama pembicara udah dikonfirmasi semua?” tanyamu, tanpa mengangkat kepala. “Udah,” jawab seseorang dari ujung ruangan. Tapi sebelum kamu sempat lanjut, suara yang lebih berat terdengar dari dekat pintu. “Bagus, terus rundown revisi terakhir udah aku kirim ke grup. Cek dulu ya sebelum dicetak.” Itu suara Mingyu — ketua panitia kalian. Seisi ruangan langsung lebih tenang begitu dia datang. Postur tinggi, kemeja digulung sampai siku, dan ekspresi yang tegas tapi tenang; aura yang bikin semua orang nurut tanpa harus diomelin. Kau mengangguk kecil. “Baik, Ketua.” Mingyu sempat menoleh sekilas, matanya menatapmu sebentar sebelum ia tersenyum samar. “Nggak usah terlalu tegang, Y/N. Acara ini nggak bakal jalan kalau kamu stres duluan.” “Bukan tegang, cuma fokus,” jawabmu singkat. Dia terkekeh. “Fokus tapi dari tadi nggak nyentuh makan siang?” Kau mendongak, terkejut. Di tangannya ada kotak bekal kecil. “Ambil. Aku bawa lebih.” Kamu mematung sebentar sebelum menerimanya. “Terima kasih, Ketua.” “Kalau diulang terus, aku mulai bosen denger panggilan itu.” “Terus mau dipanggil apa?” “Coba… Mingyu aja.” Nada suaranya ringan, tapi tatapan matanya nggak. Kamu buru-buru menunduk, pura-pura sibuk buka kotak makan. “Baik… Mingyu.” Dia tertawa pelan, lalu berlalu ke meja lain. Tapi entah kenapa, dari sekian banyak suara di ruangan itu, cuma suaranya yang terus terngiang. --- Hari berganti cepat. Dan akhirnya, hari H datang. Gedung serbaguna kampus ramai. Panggung sudah siap, spanduk besar terbentang di belakangnya. Kamu berlarian kecil ke sana-sini, memastikan MC nggak lupa naskah, sound system aman, dan tim dekor nggak salah posisi banner. “Y/N,” panggil Mingyu lewat HT. “Auditorium penuh. Kamu standby di sisi kanan panggung, ya.” “Siap.” Kamu menegakkan punggung, menarik napas panjang. Dari kejauhan, kamu sempat lihat Mingyu — berdiri di depan pintu masuk, berbicara dengan dosen dan tamu undangan. Rapi, tenang, profesional. Tapi ketika pandangannya bertemu denganmu, senyum kecil muncul di wajahnya. Dan entah kenapa, itu cukup untuk bikin seluruh kecemasanmu mereda. --- Acara berjalan lancar. Sorak tepuk tangan memenuhi ruangan saat pembicara terakhir selesai. Kamu nyaris tak percaya, semua hal yang kalian rancang selama berminggu-minggu berjalan tanpa hambatan besar. Selesai beres-beres, kamu menurunkan clipboard dan duduk di anak tangga belakang panggung. Lampu mulai dipadamkan satu per satu, panitia lain sudah pulang lebih dulu. Tinggal kamu. Dan satu suara langkah kaki yang kamu sudah hafal. “Capek?” Kamu menoleh. Mingyu berdiri di belakangmu, masih dengan kemeja yang sedikit kusut dan name tag yang belum dilepas. “Lumayan,” jawabmu pelan. “Tapi lega banget.” Dia tersenyum. “Kerja bagus.” Kamu tertawa kecil. “Ketua yang kerja bagus. Aku cuma bantu.” “Nggak. Kamu yang bikin acara ini jalan.” Nada suaranya tenang, tapi serius. Kamu bisa merasakannya. Hening sebentar. Suara jangkrik di taman belakang kampus terdengar jelas. “Kamu masih ingat janji aku waktu itu?” tanya Mingyu tiba-tiba. Kamu mengerutkan dahi. “Yang mana?” “Yang aku bilang… kalau acara ini beres, aku mau ajak kamu makan.” Kamu hampir tertawa, tapi senyum di wajahnya menahanmu. Mingyu mengulurkan tangan, seolah menunggu izin. “Ayo?” Akhirnya, kamu berdiri. “Baiklah. Tapi cuma makan, kan?” Dia tersenyum samar. “Untuk sekarang, iya.” --- (+komentar) #mingyu #kimmingyu
Hari itu ruang sekretariat panitia sudah penuh sejak pagi. Suara printer berdengung, tumpukan berkas berantakan di meja, dan aroma kopi sachet bercampur dengan udara AC yang dingin. Di tengah hiruk pikuk itu, kau duduk dengan wajah serius, memeriksa ulang daftar tamu undangan. “Nama pembicara udah dikonfirmasi semua?” tanyamu, tanpa mengangkat kepala. “Udah,” jawab seseorang dari ujung ruangan. Tapi sebelum kamu sempat lanjut, suara yang lebih berat terdengar dari dekat pintu. “Bagus, terus rundown revisi terakhir udah aku kirim ke grup. Cek dulu ya sebelum dicetak.” Itu suara Mingyu — ketua panitia kalian. Seisi ruangan langsung lebih tenang begitu dia datang. Postur tinggi, kemeja digulung sampai siku, dan ekspresi yang tegas tapi tenang; aura yang bikin semua orang nurut tanpa harus diomelin. Kau mengangguk kecil. “Baik, Ketua.” Mingyu sempat menoleh sekilas, matanya menatapmu sebentar sebelum ia tersenyum samar. “Nggak usah terlalu tegang, Y/N. Acara ini nggak bakal jalan kalau kamu stres duluan.” “Bukan tegang, cuma fokus,” jawabmu singkat. Dia terkekeh. “Fokus tapi dari tadi nggak nyentuh makan siang?” Kau mendongak, terkejut. Di tangannya ada kotak bekal kecil. “Ambil. Aku bawa lebih.” Kamu mematung sebentar sebelum menerimanya. “Terima kasih, Ketua.” “Kalau diulang terus, aku mulai bosen denger panggilan itu.” “Terus mau dipanggil apa?” “Coba… Mingyu aja.” Nada suaranya ringan, tapi tatapan matanya nggak. Kamu buru-buru menunduk, pura-pura sibuk buka kotak makan. “Baik… Mingyu.” Dia tertawa pelan, lalu berlalu ke meja lain. Tapi entah kenapa, dari sekian banyak suara di ruangan itu, cuma suaranya yang terus terngiang. --- Hari berganti cepat. Dan akhirnya, hari H datang. Gedung serbaguna kampus ramai. Panggung sudah siap, spanduk besar terbentang di belakangnya. Kamu berlarian kecil ke sana-sini, memastikan MC nggak lupa naskah, sound system aman, dan tim dekor nggak salah posisi banner. “Y/N,” panggil Mingyu lewat HT. “Auditorium penuh. Kamu standby di sisi kanan panggung, ya.” “Siap.” Kamu menegakkan punggung, menarik napas panjang. Dari kejauhan, kamu sempat lihat Mingyu — berdiri di depan pintu masuk, berbicara dengan dosen dan tamu undangan. Rapi, tenang, profesional. Tapi ketika pandangannya bertemu denganmu, senyum kecil muncul di wajahnya. Dan entah kenapa, itu cukup untuk bikin seluruh kecemasanmu mereda. --- Acara berjalan lancar. Sorak tepuk tangan memenuhi ruangan saat pembicara terakhir selesai. Kamu nyaris tak percaya, semua hal yang kalian rancang selama berminggu-minggu berjalan tanpa hambatan besar. Selesai beres-beres, kamu menurunkan clipboard dan duduk di anak tangga belakang panggung. Lampu mulai dipadamkan satu per satu, panitia lain sudah pulang lebih dulu. Tinggal kamu. Dan satu suara langkah kaki yang kamu sudah hafal. “Capek?” Kamu menoleh. Mingyu berdiri di belakangmu, masih dengan kemeja yang sedikit kusut dan name tag yang belum dilepas. “Lumayan,” jawabmu pelan. “Tapi lega banget.” Dia tersenyum. “Kerja bagus.” Kamu tertawa kecil. “Ketua yang kerja bagus. Aku cuma bantu.” “Nggak. Kamu yang bikin acara ini jalan.” Nada suaranya tenang, tapi serius. Kamu bisa merasakannya. Hening sebentar. Suara jangkrik di taman belakang kampus terdengar jelas. “Kamu masih ingat janji aku waktu itu?” tanya Mingyu tiba-tiba. Kamu mengerutkan dahi. “Yang mana?” “Yang aku bilang… kalau acara ini beres, aku mau ajak kamu makan.” Kamu hampir tertawa, tapi senyum di wajahnya menahanmu. Mingyu mengulurkan tangan, seolah menunggu izin. “Ayo?” Akhirnya, kamu berdiri. “Baiklah. Tapi cuma makan, kan?” Dia tersenyum samar. “Untuk sekarang, iya.” --- (+komentar) #mingyu #kimmingyu

About