Pov: Semua orang tahu bagaimana hubunganmu dengan Heeseung. Sahabat yang begitu akrab sampai dikira orang asing kalian adalah sepasang kekasih. Bagaimana tidak? Setiap saat dia selalu mengikuti kemanapun kamu pergi, terkadang menggoda dengan candaan kuno dan juga memperlakukan lebih dari itu. Bahkan bukan aneh lagi ketika di akhir kalimat selalu ada kata "Sayang" atau "Baby". Dia membuatnya semakin runyam untukmu. Namun, yang tidak seorang pun tahu adalah bagaimana dirimu menempatkan posisi Heeseung dalam hati. Dia bukan sekedar sahabat, melainkan orang yang telah kamu sukai selama sepuluh tahun lamanya. Semua semakin tak karuan ketika perlakuannya menjadi-jadi. Membawakan tasmu, membelikan kopi—seolah menjadi rutinitas pagi, dan tidak lupa ada saat keadaan genting. Dia memang suka bercanda, jadi ketika Heeseung mulai melontarkan gombalan romantis, kamu selalu menganggap itu hanya omong kosong. Setiap pagi dia akan menyambutmu di pintu gerbang dengan senyuman bodoh, dan di tangan pasti selalu ada sarapan untukmu. Jadi katakan, bagaimana kamu tidak jatuh cinta? Ketika di kelas kamu tertidur akibat stres dengan tugas yang terus menumpuk, dan juga beberapa penelitian belum terselesaikan. Tiba-tiba ada sentuhan lembut di pipi. Jemari itu seolah bermain di sana, menyelipkan sehelai rambut ke belakang telinga, lalu ada sapuan angin lembut di kulit. Kelopak mata terbuka pelan saat menyadari bahwa Heeseung sedari tadi menatapmu lekat. Tatapannya kali ini berbeda dari biasanya. Terlalu dalam dan juga ada sesuatu yang terselip di sana. Nafasmu enggan keluar, tertahankan di tenggorokan ketika melihat wajahnya begitu dekat saat ini. Buru-buru kamu meletakkan telapak tanganmu di wajahnya lalu mendorong jauh. "Sana ih!" ketusmu berusaha terlihat risih, namun nyatanya degup jantung mulai berpacu laju. "Kamu semalam nggak tidur? Mata kamu udah kayak dipakein mascara sepuluh lapis," katanya diiringi tawa ejekan. "Kamu lupa ya, tadi malam tugas kamu siapa yang kerjain?" Lidahmu berdecak kesal lalu memutar malas bola mata. Dia hanya cengengesan lalu tangannya terangkat mengacak-acak rambutmu. "Makasih, Sayang..." Lagi dan lagi tubuhmu hampir dibuat melayang ke udara. Lelaki ini tahu betul kelemahanmu. Dan seharian penuh Heeseung tidak pernah menjauh darimu. Kamu tak punya ruang untuk diam. Heeseung menempel seperti bayangan—menemanimu ke segala tempat, menunggu di kantin, sampai ikut ke perpustakaan. Setiap kali kamu protes, dia cuma tersenyum dan beralasan, "Aku bosan nggak ada kegiatan lain, jadi ngintilin kamu aja." Dan entah kenapa, meski awalnya menyebalkan, satu hari itu terasa hangat. Pada malam harinya, kamu dihadapkan dengan laptop menuntaskan tugas yang belum mencapai akhir. Jemari begitu lincah menari di atas keyboard. Di tengah seriusnya kamu, tiba-tiba gelap. Lampu padam yang mengharuskanmu mau tidak mau berhenti sejenak. Tiba-tiba pemberitahuan pada ponsel bahwa di daerahmu akan terjadi pemadaman listrik selama satu malam penuh. Gawat. Besok deadline. Dengan cepat kamu mengambil ponsel menelpon Heeseung untuk mengantarmu ke warnet terdekat. "Hee, kamu lagi di rumah?" "Iya, kenapa?" jawabnya santai dengan suara serak. "Lampu di daerah aku padam. Besok pagi baru nyala...aku harus nug—" "On the way, tunggu depan aku jemput ke rumah." Panggilan diputuskan. Secepat itu responnya, bahkan kamu belum bersiap. Tanpa berpikir panjang lebar, laptop kamu masukan dalam ransel dan beberapa kebutuhan selama berada di sana. Namun, di tengah-tengah sibuknya tanganmu malah terlintas bahwa kamu akan pergi ke rumahnya. Rumah lelaki yang kamu suka. "Nggak apa-apa, Y/N. Ingat cuma numpang kerja tugas," gumammu, dengan tekad kuat tak ingin goyah. Dan sekarang kamu berada di rumah Heeseung—lebih tepat di kamarnya. Dia terlihat begitu santai berjalan masuk kemudian membanting diri di atas kasur. "Kamu kerja aja tugasnya, aku mau main game," ucapnya tanpa menoleh. ( Lanjut di komentar ) #pov #heeseung #enhypen #foryoupage #fyp - @iloveblub