@senudaindeewara: ජීවිතේට පුලුවන් තරම් අත්දැකීම් එකතු කර ගන්න.🫂😍 #senudaindeewara #tradinglifestyle #Kurunegala #foryou #kurungala_අපි

𝐒𝐄𝐍𝐔𝐃𝐀 🇱🇰🧠
𝐒𝐄𝐍𝐔𝐃𝐀 🇱🇰🧠
Open In TikTok:
Region: LK
Thursday 09 October 2025 04:19:43 GMT
3934
561
29
18

Music

Download

Comments

tom_isi
I'Mㅤ TᴏMㅤ  :
Aiya 😌❤
2025-10-09 15:53:14
1
m_a_l_i_t_h_9
𝓜alith Hirusha 🔱 :
💗💗💗
2025-10-12 11:55:58
1
pasinducharukax
Pasindu Charuka :
❤😎
2025-10-12 08:16:50
1
pasindulakmal934
Laka 💨❤️😎 :
💗😎
2025-10-11 03:11:04
1
deshan_cryptox33
ヅDᴇSHᴀN_CʀʏᴘᴛᴏX :
2025-10-09 17:21:54
1
sithum__x.x_
S 🦕" :
❤️✨
2025-10-09 13:41:25
1
itz.locha
itz.locha :
🔥
2025-10-09 06:16:04
1
_threesha_07
_Threesha_🧿 :
🔥🔥🔥
2025-10-09 04:55:51
1
lasnitharanga
Lasni Tharanga :
❤❤❤
2025-10-09 04:43:25
1
_upe_girl_
Upe🥀🍒 :
2025-10-09 04:25:11
1
salon.z0
Salon 🥰♥️ Z ♥️ :
2025-11-04 06:08:02
0
traders.kurunegal
Traders Kurunegala😎 :
🥰🥰🥰
2025-10-27 13:09:57
0
kavidukalhara123
Kaviya 🤫🤝 :
🥰🥰🥰
2025-10-14 01:40:55
0
themiyasapumal663
Themiya Sapumal :
bro full-time trading d krnne 🙂
2025-10-10 06:00:31
2
pasiyafx
𝙈𝙍 𝙋𝘼𝙎𝙄𝙔𝘼 🥷 👑 :
Karima anlys 😂
2025-10-09 04:30:41
2
To see more videos from user @senudaindeewara, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Rumah besar tempatmu tinggal setelah menikah selalu tampak hangat dari luar—lampu-lampu kuning, pagar kayu rapi, dan taman kecil yang selalu dirawat oleh tukang kebun. Namun di balik dinding yang indah itu, kehangatan tidak pernah benar-benar menjadi milikmu. Kamu—Y/N—sudah menikah dengan Jay selama enam tahun. Enam tahun yang terasa seperti tinggal bersama seseorang yang bahkan tidak pernah benar-benar menoleh ke arahmu. Di depan keluarga besar dan teman-temannya, Jay adalah suami yang sempurna: lembut, ramah, penuh humor. Tapi begitu pintu rumah tertutup, Jay berubah menjadi pria asing yang bahkan tak membiarkanmu menyentuh barang-barangnya. Kemeja kerjanya? Kamu tidak boleh melipatnya. Kopinya pagi-pagi? Harus ia buat sendiri. Sepatunya? Jangan berani memindahkan. Katanya, “Aku tidak suka barang-barangku disentuh orang lain.” Kamu ingin melayani suamimu seperti istri pada umumnya, tapi Jay tak pernah mengizinkan. Dan pada akhirnya, kamu berhenti mencoba. --- Di tengah hubungan yang dingin itu, kalian memiliki seorang putri—Embun, yang kini berusia tiga tahun. Dia bukan anak angkat. Dia benar-benar darah dagingmu dan Jay, hadir di dunia melalui proses bayi tabung. Dia lahir di usia pernikahan kalian memasuki tahun ketiga. Awalnya Jay menolak memiliki anak, dan kamu sempat berpikir hidup kalian akan berakhir tanpa kehadiran suara kecil yang memanggil “Mami”. Tapi keluarga Jay memaksa—katanya, keluarga butuh penerus. Jay akhirnya mengangguk. Tapi sikapnya tetap: dingin. Tidak pernah memegang tanganmu. Bahkan saat kamu hamil besar, punggungmu sakit, atau kamu menangis diam-diam di kamar mandi, Jay tidak pernah bertanya. Namun saat Embun lahir… Dia tetap menolak untuk menyentuhmu. Kamu adalah ibu dari anaknya, tapi baginya, kamu tak lebih dari orang asing yang kebetulan tinggal di rumahnya. --- Kadang, dalam kesendirianmu saat malam-malam panjang, kamu berpikir: Seandainya aku menolak perjodohan ini. Karena sebelum Jay, ada orang lain, dia— Jake. Jake, kekasihmu dulu. Pria yang memelukmu dengan hangat, yang selalu bilang ingin menua bersamamu. Kalian sudah merencanakan masa depan. Tapi keluarga memintamu menikahi Jay—“pilihan terbaik”, katanya. Dan kamu, karena ingin berbakti, rela meninggalkan Jake. Hanya untuk berakhir seperti ini. Menikah dengan pria yang bahkan tidak mau duduk satu sofa denganmu. --- Malam itu Embun sudah tidur sejak satu jam lalu, pelukannya masih terasa hangat di bahumu. Kamu menurunkannya perlahan ke kasur kecilnya dan menutup pintu kamar pelan-pelan. Saat kembali ke kamar utama, Jay baru pulang. Masih dengan setelan kerja rapi, rambut sedikit berantakan. Dia membuka jam tangan mahalnya, meletakkannya di meja—dan tentu saja, kamu tidak boleh mendekat. Kamu membuka mulut, ingin mengatakan sesuatu. Tentang Embun yang mulai bisa menyebut warna. Tentang hari ini yang melelahkan tapi membahagiakan. Tentang apa pun—hal kecil yang mungkin membuat jarak di antara kalian bisa sedikit saja berkurang. “Jay…” Suaramu terdengar hati-hati. Dia menoleh setengah detik, lalu kembali memusatkan perhatian pada berkas di tangannya. “Ada apa?” suaranya datar. Kamu menghela napas kecil. “Besok Embun—” “Aku sibuk.” Selalu begitu. Dari dulu begitu. Belum sempat kamu bicara dia selalu lebih dulu beralasan. Kamu mengangguk pelan, menunduk seperti biasa. Tapi malam itu, untuk pertama kalinya, Jay menghentikanmu saat kamu hendak pergi. “Y/N.” Langkahmu terhenti. Jay menatapmu—bukan dingin, bukan juga hangat. Lebih seperti seseorang yang ragu akan sesuatu yang bahkan ia sendiri tidak mengerti. “Tetap… jangan sentuh barang-barangku,” katanya singkat sebelum berjalan melewatimu. Seperti biasa. Seperti enam tahun yang kamu jalani. Tapi entah kenapa, malam itu kamu merasa dadamu lebih sakit dari biasanya. Karena untuk pertama kalinya… kamu bertanya pada dirimu sendiri— Sampai kapan kamu harus bertahan? Sampai kapan harus menjadi istri yang tidak pernah benar-benar dianggap? Sementara di suatu tempat, mungkin Jake masih menunggumu. Masih berharap kamu bahagia—meski bukan bersamanya. #jay #POV
Rumah besar tempatmu tinggal setelah menikah selalu tampak hangat dari luar—lampu-lampu kuning, pagar kayu rapi, dan taman kecil yang selalu dirawat oleh tukang kebun. Namun di balik dinding yang indah itu, kehangatan tidak pernah benar-benar menjadi milikmu. Kamu—Y/N—sudah menikah dengan Jay selama enam tahun. Enam tahun yang terasa seperti tinggal bersama seseorang yang bahkan tidak pernah benar-benar menoleh ke arahmu. Di depan keluarga besar dan teman-temannya, Jay adalah suami yang sempurna: lembut, ramah, penuh humor. Tapi begitu pintu rumah tertutup, Jay berubah menjadi pria asing yang bahkan tak membiarkanmu menyentuh barang-barangnya. Kemeja kerjanya? Kamu tidak boleh melipatnya. Kopinya pagi-pagi? Harus ia buat sendiri. Sepatunya? Jangan berani memindahkan. Katanya, “Aku tidak suka barang-barangku disentuh orang lain.” Kamu ingin melayani suamimu seperti istri pada umumnya, tapi Jay tak pernah mengizinkan. Dan pada akhirnya, kamu berhenti mencoba. --- Di tengah hubungan yang dingin itu, kalian memiliki seorang putri—Embun, yang kini berusia tiga tahun. Dia bukan anak angkat. Dia benar-benar darah dagingmu dan Jay, hadir di dunia melalui proses bayi tabung. Dia lahir di usia pernikahan kalian memasuki tahun ketiga. Awalnya Jay menolak memiliki anak, dan kamu sempat berpikir hidup kalian akan berakhir tanpa kehadiran suara kecil yang memanggil “Mami”. Tapi keluarga Jay memaksa—katanya, keluarga butuh penerus. Jay akhirnya mengangguk. Tapi sikapnya tetap: dingin. Tidak pernah memegang tanganmu. Bahkan saat kamu hamil besar, punggungmu sakit, atau kamu menangis diam-diam di kamar mandi, Jay tidak pernah bertanya. Namun saat Embun lahir… Dia tetap menolak untuk menyentuhmu. Kamu adalah ibu dari anaknya, tapi baginya, kamu tak lebih dari orang asing yang kebetulan tinggal di rumahnya. --- Kadang, dalam kesendirianmu saat malam-malam panjang, kamu berpikir: Seandainya aku menolak perjodohan ini. Karena sebelum Jay, ada orang lain, dia— Jake. Jake, kekasihmu dulu. Pria yang memelukmu dengan hangat, yang selalu bilang ingin menua bersamamu. Kalian sudah merencanakan masa depan. Tapi keluarga memintamu menikahi Jay—“pilihan terbaik”, katanya. Dan kamu, karena ingin berbakti, rela meninggalkan Jake. Hanya untuk berakhir seperti ini. Menikah dengan pria yang bahkan tidak mau duduk satu sofa denganmu. --- Malam itu Embun sudah tidur sejak satu jam lalu, pelukannya masih terasa hangat di bahumu. Kamu menurunkannya perlahan ke kasur kecilnya dan menutup pintu kamar pelan-pelan. Saat kembali ke kamar utama, Jay baru pulang. Masih dengan setelan kerja rapi, rambut sedikit berantakan. Dia membuka jam tangan mahalnya, meletakkannya di meja—dan tentu saja, kamu tidak boleh mendekat. Kamu membuka mulut, ingin mengatakan sesuatu. Tentang Embun yang mulai bisa menyebut warna. Tentang hari ini yang melelahkan tapi membahagiakan. Tentang apa pun—hal kecil yang mungkin membuat jarak di antara kalian bisa sedikit saja berkurang. “Jay…” Suaramu terdengar hati-hati. Dia menoleh setengah detik, lalu kembali memusatkan perhatian pada berkas di tangannya. “Ada apa?” suaranya datar. Kamu menghela napas kecil. “Besok Embun—” “Aku sibuk.” Selalu begitu. Dari dulu begitu. Belum sempat kamu bicara dia selalu lebih dulu beralasan. Kamu mengangguk pelan, menunduk seperti biasa. Tapi malam itu, untuk pertama kalinya, Jay menghentikanmu saat kamu hendak pergi. “Y/N.” Langkahmu terhenti. Jay menatapmu—bukan dingin, bukan juga hangat. Lebih seperti seseorang yang ragu akan sesuatu yang bahkan ia sendiri tidak mengerti. “Tetap… jangan sentuh barang-barangku,” katanya singkat sebelum berjalan melewatimu. Seperti biasa. Seperti enam tahun yang kamu jalani. Tapi entah kenapa, malam itu kamu merasa dadamu lebih sakit dari biasanya. Karena untuk pertama kalinya… kamu bertanya pada dirimu sendiri— Sampai kapan kamu harus bertahan? Sampai kapan harus menjadi istri yang tidak pernah benar-benar dianggap? Sementara di suatu tempat, mungkin Jake masih menunggumu. Masih berharap kamu bahagia—meski bukan bersamanya. #jay #POV

About