@fitswa5524: Just a calm fit #fitinspo #fitcheck #OOTD #streetwear #Soccer

𝕒𝕛🌵
𝕒𝕛🌵
Open In TikTok:
Region: US
Wednesday 15 October 2025 14:43:30 GMT
357
33
2
3

Music

Download

Comments

fabian.805
Fabian.805 :
So Tufff bro🙏🏻
2025-10-15 14:53:47
1
To see more videos from user @fitswa5524, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

P̶O̶V: The Silence, Call You. Sore itu, Taman Kota diselimuti cahaya senja yang jingga dan lembut, kontras sekali dengan gemuruh badai yang bergolak di hati seorang pemuda. Jake duduk sendirian di bangku taman yang dingin. Ia memeluk lututnya, seolah ingin menghilang ditelan bumi. Di antara dedaunan yang berguguran, bayangan traumanya terus menghantui. Rasa sakit, ketakutan, dan rasa tidak berharga, semua adalah kenangan pahit dari rumah yang seharusnya menjadi tempat teramannya. Ayahnya, dengan tangan yang kasar dan suara yang membentak, telah menorehkan luka tak hanya di fisik  tetapi juga di jiwanya, dari masa kecil bahkn hingga saat ini. Tubuhnya bergetar hebat, bukan karena udara sore yang mulai dingin, melainkan karena getaran ketakutan yang tak pernah pergi. Ia menunduk, menyembunyikan wajahnya. Di balik jaketnya yang sedikit longgar, tersembunyi memar ungu dan biru tua, sisa-sisa perlakuan kejam yang sudah menjadi rutinitas. Bahkan, ada luka robek di lengannya yang terasa perih sekali—luka baru dari amukan tadi pagi. Jake tahu ia tidak seharusnya berada di sini, terlihat rentan. Tapi ia tidak punya tempat lain. Rumah adalah neraka, dan dunia luar adalah tempat di mana ia harus berpura-pura baik-baik saja, namun tubuhnya mengkhianatinya. --- Di kejauhan, Y/N sedang berjalan santai, menikmati keindahan senja yang membuai. Namun, langkahnya terhenti. Matanya menangkap siluet Jake. Awalnya, Y/N hanya melihat pemuda yang terlihat sedih, tetapi saat ia semakin mendekat—entah dorongan apa yang membuatnya melangkah—ia melihat hal yang lebih jelas. Postur Jake yang sangat defensif, bahunya yang naik menahan getaran, dan yang paling menyesakkan, adalah pandangan sekilas ke pergelangan tangan Jake. Ada memar yang samar terlihat di sana, di antara ujung lengan jaket dan kulitnya. Lalu, Y/N melihat air mata yang menetes pelan dari pipi Jake dan jatuh ke tanah. Hati Y/N mencelos. Rasanya seperti melihat burung kecil yang sayapnya patah. Tanpa pikir panjang, ia melangkah maju. “Hei?” Suara Y/N lembut, hampir seperti bisikan. Jake terperanjat, buru-buru menyeka air matanya dan menarik lengan jaketnya. Ia mendongak, matanya yang indah tampak lelah dan penuh rasa cemas. “Maaf, aku tidak bermaksud mengagetkanmu,” kata Y/N, mengambil jarak agar Jake tidak merasa terancam. “Aku hanya... melihatmu sendirian dan kau terlihat tidak baik-baik saja.” Jake tidak menjawab. Ia hanya menatap Y/N dengan pandangan kosong. Wajah Y/N tampak tulus, tanpa penghakiman. Ada kehangatan yang memancar, seolah Y/N adalah satu-satunya cahaya dalam kegelapan yang selama ini menaunginya. “Aku Y/N. Aku sering ke taman ini,” Y/N tersenyum tipis. “Siapa namamu?” “J-Jake,” jawabnya, suaranya serak. Ia ragu, takut. Takut jika Y/N akan lari setelah melihat keadaannya, seperti yang orang lain lakukan. “Senang berkenalan denganmu, Jake,” Y/N duduk di sisi bangku dan sedikit menjaga jarak dengannya. Ia tidak memaksa, hanya menunggu. Keheningan menyelimuti mereka, ditemani suara jangkrik yang mulai berbunyi. Kemudian, Y/N mengambil keberanian. “Bisakah aku... melihat lukamu?” Pertanyaan itu menusuk langsung ke inti ketakutan Jake. Ia menciut, menggeleng cepat. “Tidak! Aku—aku tidak apa-apa.” “Jake,” Y/N mencondongkan tubuh sedikit, menatap mata Jake dengan penuh kepedulian. “Aku tidak akan menghakimimu. Aku sudah melihatnya, dan itu tidak terlihat seperti luka yang kau dapat dari terjatuh atau semacamnya.” Air mata Jake kembali jatuh. Ia tidak sanggup lagi berpura-pura. Tekanan di dadanya terasa begitu berat hingga ia hampir tidak bisa bernapas. Ia membiarkan kepalanya jatuh ke pelukannya, menangis tanpa suara. Y/N bergeser, dan dengan gerakan yang sangat hati-hati, Y/N menyentuh punggung Jake. Sentuhan itu tidak kasar, tidak menghakimi, melainkan menenangkan. “Tidak apa-apa, Jake. Kau aman. Menangislah. Aku di sini.” (lanjut di komen) ⚠JUST POV⚠ #POV #JAKE
P̶O̶V: The Silence, Call You. Sore itu, Taman Kota diselimuti cahaya senja yang jingga dan lembut, kontras sekali dengan gemuruh badai yang bergolak di hati seorang pemuda. Jake duduk sendirian di bangku taman yang dingin. Ia memeluk lututnya, seolah ingin menghilang ditelan bumi. Di antara dedaunan yang berguguran, bayangan traumanya terus menghantui. Rasa sakit, ketakutan, dan rasa tidak berharga, semua adalah kenangan pahit dari rumah yang seharusnya menjadi tempat teramannya. Ayahnya, dengan tangan yang kasar dan suara yang membentak, telah menorehkan luka tak hanya di fisik tetapi juga di jiwanya, dari masa kecil bahkn hingga saat ini. Tubuhnya bergetar hebat, bukan karena udara sore yang mulai dingin, melainkan karena getaran ketakutan yang tak pernah pergi. Ia menunduk, menyembunyikan wajahnya. Di balik jaketnya yang sedikit longgar, tersembunyi memar ungu dan biru tua, sisa-sisa perlakuan kejam yang sudah menjadi rutinitas. Bahkan, ada luka robek di lengannya yang terasa perih sekali—luka baru dari amukan tadi pagi. Jake tahu ia tidak seharusnya berada di sini, terlihat rentan. Tapi ia tidak punya tempat lain. Rumah adalah neraka, dan dunia luar adalah tempat di mana ia harus berpura-pura baik-baik saja, namun tubuhnya mengkhianatinya. --- Di kejauhan, Y/N sedang berjalan santai, menikmati keindahan senja yang membuai. Namun, langkahnya terhenti. Matanya menangkap siluet Jake. Awalnya, Y/N hanya melihat pemuda yang terlihat sedih, tetapi saat ia semakin mendekat—entah dorongan apa yang membuatnya melangkah—ia melihat hal yang lebih jelas. Postur Jake yang sangat defensif, bahunya yang naik menahan getaran, dan yang paling menyesakkan, adalah pandangan sekilas ke pergelangan tangan Jake. Ada memar yang samar terlihat di sana, di antara ujung lengan jaket dan kulitnya. Lalu, Y/N melihat air mata yang menetes pelan dari pipi Jake dan jatuh ke tanah. Hati Y/N mencelos. Rasanya seperti melihat burung kecil yang sayapnya patah. Tanpa pikir panjang, ia melangkah maju. “Hei?” Suara Y/N lembut, hampir seperti bisikan. Jake terperanjat, buru-buru menyeka air matanya dan menarik lengan jaketnya. Ia mendongak, matanya yang indah tampak lelah dan penuh rasa cemas. “Maaf, aku tidak bermaksud mengagetkanmu,” kata Y/N, mengambil jarak agar Jake tidak merasa terancam. “Aku hanya... melihatmu sendirian dan kau terlihat tidak baik-baik saja.” Jake tidak menjawab. Ia hanya menatap Y/N dengan pandangan kosong. Wajah Y/N tampak tulus, tanpa penghakiman. Ada kehangatan yang memancar, seolah Y/N adalah satu-satunya cahaya dalam kegelapan yang selama ini menaunginya. “Aku Y/N. Aku sering ke taman ini,” Y/N tersenyum tipis. “Siapa namamu?” “J-Jake,” jawabnya, suaranya serak. Ia ragu, takut. Takut jika Y/N akan lari setelah melihat keadaannya, seperti yang orang lain lakukan. “Senang berkenalan denganmu, Jake,” Y/N duduk di sisi bangku dan sedikit menjaga jarak dengannya. Ia tidak memaksa, hanya menunggu. Keheningan menyelimuti mereka, ditemani suara jangkrik yang mulai berbunyi. Kemudian, Y/N mengambil keberanian. “Bisakah aku... melihat lukamu?” Pertanyaan itu menusuk langsung ke inti ketakutan Jake. Ia menciut, menggeleng cepat. “Tidak! Aku—aku tidak apa-apa.” “Jake,” Y/N mencondongkan tubuh sedikit, menatap mata Jake dengan penuh kepedulian. “Aku tidak akan menghakimimu. Aku sudah melihatnya, dan itu tidak terlihat seperti luka yang kau dapat dari terjatuh atau semacamnya.” Air mata Jake kembali jatuh. Ia tidak sanggup lagi berpura-pura. Tekanan di dadanya terasa begitu berat hingga ia hampir tidak bisa bernapas. Ia membiarkan kepalanya jatuh ke pelukannya, menangis tanpa suara. Y/N bergeser, dan dengan gerakan yang sangat hati-hati, Y/N menyentuh punggung Jake. Sentuhan itu tidak kasar, tidak menghakimi, melainkan menenangkan. “Tidak apa-apa, Jake. Kau aman. Menangislah. Aku di sini.” (lanjut di komen) ⚠JUST POV⚠ #POV #JAKE

About