@djatesonline: Usta sanatçımız rahmetli Ferdi TAYFUR'un unutulmaz eseri Bırak Şu Gurbeti isimli çalışmasını kendi tarzımda seslendirdim. Kayıt tamamen bitmiş olup yakında yayında olacaktır. Ferdi TAYFUR benim için çok farklı bir isim ve bu çalışma benim için en özellerin arasında yer alacak. Sizlerle paylaşmak için sabırsızlanıyorum 🥰 #djates #ferditayfur #arabesk #arabeskrap #keşfet

DJ ATEŞ CGS 🔥
DJ ATEŞ CGS 🔥
Open In TikTok:
Region: TR
Wednesday 15 October 2025 19:12:10 GMT
15733
715
18
31

Music

Download

Comments

ozdemir..27
özdemir2568 :
tutar bu şarkı
2025-10-21 10:29:20
0
ferat.93
Ferat :
ne zaman yayınlıyacan
2025-10-15 19:45:36
1
mehmetboztilki270
mehmetboztilki270 :
dj 🔥 super
2025-11-02 05:30:19
0
ahmetcann3442
😎AHMET😎 :
Ne zaman çıkıyor çabuk gelsin parça kralsın
2025-10-16 00:24:11
0
ugur_7941
Uğur79 :
Valla çok güzel olmuş parça çıksa da dinlesek
2025-10-20 10:02:12
1
piyanist60601
(_-_PİYANİST_-_) :
cıksın be usta çok özledik eskileri
2025-10-16 20:23:21
0
tomris3839
Tamirci :
varollllllll
2025-10-17 13:37:24
0
ismailaldemir1
Ismail Aldemir :
@Cemil gln
2025-10-25 17:52:05
1
nurcan52_
Nurcan52.... :
❤❤❤
2025-10-31 18:34:24
0
.firdevs16_16
FİRDEVS16🦂 :
❤️❤️❤️❤️👏👏👏👏
2025-10-20 21:42:38
0
kazimtrk60
KAZIM TÜRK :
2025-10-16 21:33:48
0
naimnacar46
Naimnacar46 :
👏👏👏👏
2025-10-16 04:20:04
0
hakang94
hakan yanık🌙✨ :
🔥🔥🔥
2025-10-15 21:21:54
0
berk.itak
Berk İTAK :
🔥🔥🔥
2025-10-15 21:02:05
0
yasin_akkaya
Yasin :
🥰
2025-10-15 19:57:26
0
konakli5
konakli :
çikar artık
2025-10-16 10:44:07
0
To see more videos from user @djatesonline, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

pov : l Suasana ruang makan keluarga terasa tegang. Y/N hanya bisa menatap kedua orang tuanya yang terlihat serius. “Ayah dan Ibu sudah sepakat dengan keluarga Yang. Mulai bulan depan, kamu resmi dijodohkan dengan anak mereka,” ujar ayah Y/N dengan nada tenang. “M-Maksudnya?!” Y/N hampir menjatuhkan sendok di tangannya. “Jodoh? Dengan siapa?” Ibunya tersenyum tipis. “Dengan Yang Jungwon. Kamu tahu kan, anak CEO sekaligus ketua OSIS di sekolahmu.” Mata Y/N melebar. Jungwon? Yang dingin itu? Yang bahkan jarang bicara di kelas? Apalagi… mereka hampir tak pernah berinteraksi. --- Keesokan harinya di sekolah, Y/N sudah merasa jantungnya tak karuan. Apalagi ketika melihat sosok Jungwon melangkah melewati koridor. Seperti biasa, aura dingin mengelilinginya. Semua murid menyingkir memberi jalan. Saat mata mereka bertemu, Y/N memberanikan diri untuk tersenyum kecil. Namun Jungwon hanya menatap sebentar lalu melangkah pergi tanpa ekspresi. Cuek banget… Y/N menghela napas. --- Siang hari, ruang OSIS dipenuhi kesibukan. Jake bercanda dengan Ni-ki, Sunoo sibuk menulis, sementara Jay merapikan berkas. Jungwon duduk di kursinya, memberi arahan dengan nada tegas. “Jake, jangan asal buat jadwal. Jay, pastikan laporan ini rapi. Sunoo, tolong catat yang benar.” Pintu diketuk pelan. Y/N masuk membawa dokumen tambahan. “Ini… titipan dari guru untuk OSIS,” katanya hati-hati. Sejenak ruangan terdiam. Semua mata menoleh ke arah Y/N, lalu ke Jungwon. Ketua OSIS itu hanya mengangguk singkat tanpa mengangkat wajah. “Taruh di meja.” Suaranya datar, dingin, seakan mereka hanyalah orang asing. Y/N menelan ludah, lalu meletakkan dokumen di atas meja. “Baik…” jawabnya pelan sebelum berbalik pergi. Jake melirik curiga. “Hmm… kalian kelihatan aneh.” Ni-ki ikut menyahut, “Iya, kenapa Ketua nggak biasanya kayak gitu?” Jungwon hanya menghela napas. “Fokus ke kerjaan. Jangan banyak bicara.” Namun, di balik wajah dinginnya, jantung Jungwon sebenarnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Ia tahu, cepat atau lambat, semua orang akan tahu kalau gadis yang barusan keluar ruangan itu adalah tunangan—dan calon istrinya. Tapi untuk sekarang, yang bisa ia lakukan hanyalah menjaga jarak. Karena bagi Jungwon, menunjukkan perasaan terlalu cepat hanya akan membuat segalanya semakin rumit. Dan Y/N pun pulang dengan perasaan campur aduk, bertanya-tanya… apakah perjodohan ini benar-benar akan berhasil jika suaminya nanti bahkan tidak mau menoleh padanya? ------- Hari-hari setelah kabar perjodohan itu terasa panjang bagi Y/N. Meski orang tua mereka sudah sering mengatur pertemuan keluarga, sikap Jungwon sama sekali tidak berubah. Ia tetap bersikap formal, dingin, seolah-olah Y/N hanyalah orang asing. --- Hari Sabtu sore, keluarga Y/N diundang makan malam di restoran mewah milik keluarga Jungwon. Suasana meja dipenuhi percakapan antara orang tua mereka. “Aku senang sekali anak-anak kita akhirnya dipertemukan dengan cara ini,” kata ibu Jungwon sambil tersenyum ke arah Y/N. Ayah Y/N menambahkan, “Ya, semoga mereka bisa saling mendukung. Lagipula, mereka akan mewarisi tanggung jawab besar suatu hari nanti.” Sementara itu, Y/N duduk canggung di samping Jungwon. Berulang kali ia melirik, berharap Jungwon akan membuka percakapan. Tapi Jungwon hanya sibuk dengan makanannya, wajahnya tenang, tanpa sedikit pun menoleh. Y/N akhirnya memberanikan diri berbisik, “Apa kamu… beneran nggak keberatan soal ini?” Jungwon berhenti sejenak, lalu menatap Y/N dengan sorot mata datar. “Aku tidak punya pilihan.” Jawaban singkat itu menusuk, membuat Y/N hanya bisa menunduk. --- Keesokan harinya di sekolah, kabar mulai menyebar samar-samar. Beberapa murid berbisik saat Y/N dan Jungwon kebetulan lewat di koridor yang sama. “Eh, katanya mereka dijodohin, ya?” “Masa sih? Ketua OSIS sama dia?” “Nggak mungkin deh, ketua kan nggak pernah dekat sama siapa-siapa.” Y/N berusaha menahan diri untuk tidak mendengar, tapi semua terasa berat. Apalagi, saat Jake dan Sunoo melihat interaksi mereka. “Ketua, kenapa mukamu kaku banget tiap sama Y/N? #jungwon
pov : l Suasana ruang makan keluarga terasa tegang. Y/N hanya bisa menatap kedua orang tuanya yang terlihat serius. “Ayah dan Ibu sudah sepakat dengan keluarga Yang. Mulai bulan depan, kamu resmi dijodohkan dengan anak mereka,” ujar ayah Y/N dengan nada tenang. “M-Maksudnya?!” Y/N hampir menjatuhkan sendok di tangannya. “Jodoh? Dengan siapa?” Ibunya tersenyum tipis. “Dengan Yang Jungwon. Kamu tahu kan, anak CEO sekaligus ketua OSIS di sekolahmu.” Mata Y/N melebar. Jungwon? Yang dingin itu? Yang bahkan jarang bicara di kelas? Apalagi… mereka hampir tak pernah berinteraksi. --- Keesokan harinya di sekolah, Y/N sudah merasa jantungnya tak karuan. Apalagi ketika melihat sosok Jungwon melangkah melewati koridor. Seperti biasa, aura dingin mengelilinginya. Semua murid menyingkir memberi jalan. Saat mata mereka bertemu, Y/N memberanikan diri untuk tersenyum kecil. Namun Jungwon hanya menatap sebentar lalu melangkah pergi tanpa ekspresi. Cuek banget… Y/N menghela napas. --- Siang hari, ruang OSIS dipenuhi kesibukan. Jake bercanda dengan Ni-ki, Sunoo sibuk menulis, sementara Jay merapikan berkas. Jungwon duduk di kursinya, memberi arahan dengan nada tegas. “Jake, jangan asal buat jadwal. Jay, pastikan laporan ini rapi. Sunoo, tolong catat yang benar.” Pintu diketuk pelan. Y/N masuk membawa dokumen tambahan. “Ini… titipan dari guru untuk OSIS,” katanya hati-hati. Sejenak ruangan terdiam. Semua mata menoleh ke arah Y/N, lalu ke Jungwon. Ketua OSIS itu hanya mengangguk singkat tanpa mengangkat wajah. “Taruh di meja.” Suaranya datar, dingin, seakan mereka hanyalah orang asing. Y/N menelan ludah, lalu meletakkan dokumen di atas meja. “Baik…” jawabnya pelan sebelum berbalik pergi. Jake melirik curiga. “Hmm… kalian kelihatan aneh.” Ni-ki ikut menyahut, “Iya, kenapa Ketua nggak biasanya kayak gitu?” Jungwon hanya menghela napas. “Fokus ke kerjaan. Jangan banyak bicara.” Namun, di balik wajah dinginnya, jantung Jungwon sebenarnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Ia tahu, cepat atau lambat, semua orang akan tahu kalau gadis yang barusan keluar ruangan itu adalah tunangan—dan calon istrinya. Tapi untuk sekarang, yang bisa ia lakukan hanyalah menjaga jarak. Karena bagi Jungwon, menunjukkan perasaan terlalu cepat hanya akan membuat segalanya semakin rumit. Dan Y/N pun pulang dengan perasaan campur aduk, bertanya-tanya… apakah perjodohan ini benar-benar akan berhasil jika suaminya nanti bahkan tidak mau menoleh padanya? ------- Hari-hari setelah kabar perjodohan itu terasa panjang bagi Y/N. Meski orang tua mereka sudah sering mengatur pertemuan keluarga, sikap Jungwon sama sekali tidak berubah. Ia tetap bersikap formal, dingin, seolah-olah Y/N hanyalah orang asing. --- Hari Sabtu sore, keluarga Y/N diundang makan malam di restoran mewah milik keluarga Jungwon. Suasana meja dipenuhi percakapan antara orang tua mereka. “Aku senang sekali anak-anak kita akhirnya dipertemukan dengan cara ini,” kata ibu Jungwon sambil tersenyum ke arah Y/N. Ayah Y/N menambahkan, “Ya, semoga mereka bisa saling mendukung. Lagipula, mereka akan mewarisi tanggung jawab besar suatu hari nanti.” Sementara itu, Y/N duduk canggung di samping Jungwon. Berulang kali ia melirik, berharap Jungwon akan membuka percakapan. Tapi Jungwon hanya sibuk dengan makanannya, wajahnya tenang, tanpa sedikit pun menoleh. Y/N akhirnya memberanikan diri berbisik, “Apa kamu… beneran nggak keberatan soal ini?” Jungwon berhenti sejenak, lalu menatap Y/N dengan sorot mata datar. “Aku tidak punya pilihan.” Jawaban singkat itu menusuk, membuat Y/N hanya bisa menunduk. --- Keesokan harinya di sekolah, kabar mulai menyebar samar-samar. Beberapa murid berbisik saat Y/N dan Jungwon kebetulan lewat di koridor yang sama. “Eh, katanya mereka dijodohin, ya?” “Masa sih? Ketua OSIS sama dia?” “Nggak mungkin deh, ketua kan nggak pernah dekat sama siapa-siapa.” Y/N berusaha menahan diri untuk tidak mendengar, tapi semua terasa berat. Apalagi, saat Jake dan Sunoo melihat interaksi mereka. “Ketua, kenapa mukamu kaku banget tiap sama Y/N? #jungwon

About