@skintelligencia: OH MY GLORY! They BODIED BOTH fragrances!!! 💯✨️ @tabandchance Fridays with Tab & Chance are BOTH 10 out of 10 fragrances 💯✨️ The bottles are such a gorgeous ode to Black love, I didn't get it but now I do! My blazer STILL SMELLS like them! This is a luxury fragrance duo designed to inter-collide, not clash. 😍✨️💯 Imagine your man wearing a fragrance that plays so beautifully with yours. This is the perfect scent union. ✨️🙏🏾😍 💕 Get into Their Business now! #fragrancetiktok #fragrancetok #ttsbeautybesties #fragrancerecommendations #creatorsearchinsights

Skia Bia | Skintelligencia ✨️
Skia Bia | Skintelligencia ✨️
Open In TikTok:
Region: US
Wednesday 15 October 2025 21:34:49 GMT
2480
121
1
2

Music

Download

Comments

k3vinleparfum
Kevin :
I wore his business today
2025-10-16 01:41:23
0
To see more videos from user @skintelligencia, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Banyak orang berpikir kebebasan berarti bisa melakukan apa pun yang diinginkan. Padahal, itu bukan kebebasan — itu pelarian. Kebebasan sejati bukan tentang tidak ada batas, tapi tentang kemampuan mengendalikan diri di tengah godaan, rasa malas, dan keraguan yang terus membisik. Saat kamu tidak lagi diperintah oleh dorongan sesaat, di situlah kamu benar-benar bebas. Setiap hari, banyak orang kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Mereka tahu apa yang harus dilakukan, tapi menunda. Mereka punya mimpi besar, tapi takut melangkah. Akhirnya hidup mereka dikendalikan oleh dua musuh tak kasat mata: malas dan ragu. Dan dua hal itulah yang paling banyak mencuri potensi manusia. 1. Malas Adalah Bentuk Penjara yang Diciptakan Sendiri Malas terlihat sepele — “nanti aja deh,” “nggak mood,” atau “belum siap.” Tapi kalimat-kalimat kecil itulah yang perlahan membuat hidupmu kehilangan arah. Rasa malas tidak menghancurkan dalam sekejap; ia menggerogoti pelan-pelan sampai kamu terbiasa tidak melakukan apa-apa. Kebebasan sejati muncul ketika kamu bisa melawan rasa malas, bukan membenarkannya. Disiplin itu menyakitkan di awal, tapi membebaskan di akhir. Sementara rasa malas itu menyenangkan di awal, tapi menyiksa seumur hidup. 2. Rasa Ragu Adalah Dinding Tak Terlihat yang Mengurung Potensimu Keraguan membuatmu jalan di tempat. Ia membuat langkah kecil terasa berat dan setiap keputusan terasa salah. Orang yang ragu bukan karena tidak mampu, tapi karena terlalu sibuk menimbang “bagaimana kalau gagal.” Kebebasan berarti percaya diri melangkah meski belum tahu hasilnya. Kamu tidak akan pernah tahu seberapa kuat dirimu kalau kamu terus berdiri di titik aman. Ragu bukan untuk dihilangkan — tapi untuk dilangkahi. 3. Kendalikan Pikiran, Maka Hidup Akan Mengikuti Pikiranmu adalah kemudi hidupmu. Kalau kamu biarkan rasa malas dan ragu menguasai pikiran, maka hidupmu akan terseret ke arah yang mereka mau: arah stagnan dan penuh penyesalan. Tapi kalau kamu mulai mengarahkan pikiran ke tindakan, maka kamu sedang mengambil kembali kendali hidupmu. Kebebasan sejati bukan tentang dunia di luar sana — tapi dunia di dalam kepala. Orang yang pikirannya terlatih tidak butuh motivasi besar; cukup niat kecil yang dilakukan konsisten setiap hari. 4. Jadikan Disiplin Sebagai Bentuk Kebebasan, Bukan Hukuman Orang yang tidak disiplin sering merasa hidupnya bebas. Tapi sebenarnya, mereka sedang diperbudak oleh impuls, mood, dan keinginan instan. Sebaliknya, orang yang disiplin terlihat “terikat”, tapi justru merekalah yang paling merdeka — karena mereka bisa memerintah diri sendiri untuk melakukan hal yang seharusnya. Disiplin bukan penjara, tapi pintu keluar dari hidup yang berantakan. Kamu tidak bisa mengendalikan dunia, tapi kamu bisa mengendalikan jam bangunmu, cara berpikirmu, dan bagaimana kamu bertindak hari ini. 5. Keberanian Bertindak Adalah Kunci Membuka Gerbang Kebebasan Malas membuatmu diam. Ragu membuatmu menunda. Tapi keberanian, sekecil apa pun, memecah keduanya. Satu langkah kecil hari ini jauh lebih berharga daripada seribu rencana besar yang tidak pernah dijalankan. Kamu tidak perlu menunggu yakin untuk mulai. Keyakinan datang setelah kamu bertindak, bukan sebelum. Dan hanya orang yang berani melangkah di tengah ketakutanlah yang akhirnya menemukan makna kebebasan sejati. ⸻ Kebebasan sejati bukan tentang tidak punya atasan, tidak diatur orang lain, atau hidup sesuka hati. Kebebasan sejati adalah ketika kamu menjadi tuan bagi dirimu sendiri. Ketika kamu mampu berkata “tidak” pada rasa malas dan “ya” pada langkah yang menakutkan. Mulailah dari hal kecil: bangun tepat waktu, selesaikan tugas tanpa menunda, ambil keputusan tanpa overthinking. Karena setiap kali kamu memilih tindakan daripada keraguan, kamu sedang meruntuhkan dinding penjara yang kamu bangun sendiri. Dan ketika semua dinding itu runtuh, kamu tidak hanya hidup — kamu merdeka.
Banyak orang berpikir kebebasan berarti bisa melakukan apa pun yang diinginkan. Padahal, itu bukan kebebasan — itu pelarian. Kebebasan sejati bukan tentang tidak ada batas, tapi tentang kemampuan mengendalikan diri di tengah godaan, rasa malas, dan keraguan yang terus membisik. Saat kamu tidak lagi diperintah oleh dorongan sesaat, di situlah kamu benar-benar bebas. Setiap hari, banyak orang kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Mereka tahu apa yang harus dilakukan, tapi menunda. Mereka punya mimpi besar, tapi takut melangkah. Akhirnya hidup mereka dikendalikan oleh dua musuh tak kasat mata: malas dan ragu. Dan dua hal itulah yang paling banyak mencuri potensi manusia. 1. Malas Adalah Bentuk Penjara yang Diciptakan Sendiri Malas terlihat sepele — “nanti aja deh,” “nggak mood,” atau “belum siap.” Tapi kalimat-kalimat kecil itulah yang perlahan membuat hidupmu kehilangan arah. Rasa malas tidak menghancurkan dalam sekejap; ia menggerogoti pelan-pelan sampai kamu terbiasa tidak melakukan apa-apa. Kebebasan sejati muncul ketika kamu bisa melawan rasa malas, bukan membenarkannya. Disiplin itu menyakitkan di awal, tapi membebaskan di akhir. Sementara rasa malas itu menyenangkan di awal, tapi menyiksa seumur hidup. 2. Rasa Ragu Adalah Dinding Tak Terlihat yang Mengurung Potensimu Keraguan membuatmu jalan di tempat. Ia membuat langkah kecil terasa berat dan setiap keputusan terasa salah. Orang yang ragu bukan karena tidak mampu, tapi karena terlalu sibuk menimbang “bagaimana kalau gagal.” Kebebasan berarti percaya diri melangkah meski belum tahu hasilnya. Kamu tidak akan pernah tahu seberapa kuat dirimu kalau kamu terus berdiri di titik aman. Ragu bukan untuk dihilangkan — tapi untuk dilangkahi. 3. Kendalikan Pikiran, Maka Hidup Akan Mengikuti Pikiranmu adalah kemudi hidupmu. Kalau kamu biarkan rasa malas dan ragu menguasai pikiran, maka hidupmu akan terseret ke arah yang mereka mau: arah stagnan dan penuh penyesalan. Tapi kalau kamu mulai mengarahkan pikiran ke tindakan, maka kamu sedang mengambil kembali kendali hidupmu. Kebebasan sejati bukan tentang dunia di luar sana — tapi dunia di dalam kepala. Orang yang pikirannya terlatih tidak butuh motivasi besar; cukup niat kecil yang dilakukan konsisten setiap hari. 4. Jadikan Disiplin Sebagai Bentuk Kebebasan, Bukan Hukuman Orang yang tidak disiplin sering merasa hidupnya bebas. Tapi sebenarnya, mereka sedang diperbudak oleh impuls, mood, dan keinginan instan. Sebaliknya, orang yang disiplin terlihat “terikat”, tapi justru merekalah yang paling merdeka — karena mereka bisa memerintah diri sendiri untuk melakukan hal yang seharusnya. Disiplin bukan penjara, tapi pintu keluar dari hidup yang berantakan. Kamu tidak bisa mengendalikan dunia, tapi kamu bisa mengendalikan jam bangunmu, cara berpikirmu, dan bagaimana kamu bertindak hari ini. 5. Keberanian Bertindak Adalah Kunci Membuka Gerbang Kebebasan Malas membuatmu diam. Ragu membuatmu menunda. Tapi keberanian, sekecil apa pun, memecah keduanya. Satu langkah kecil hari ini jauh lebih berharga daripada seribu rencana besar yang tidak pernah dijalankan. Kamu tidak perlu menunggu yakin untuk mulai. Keyakinan datang setelah kamu bertindak, bukan sebelum. Dan hanya orang yang berani melangkah di tengah ketakutanlah yang akhirnya menemukan makna kebebasan sejati. ⸻ Kebebasan sejati bukan tentang tidak punya atasan, tidak diatur orang lain, atau hidup sesuka hati. Kebebasan sejati adalah ketika kamu menjadi tuan bagi dirimu sendiri. Ketika kamu mampu berkata “tidak” pada rasa malas dan “ya” pada langkah yang menakutkan. Mulailah dari hal kecil: bangun tepat waktu, selesaikan tugas tanpa menunda, ambil keputusan tanpa overthinking. Karena setiap kali kamu memilih tindakan daripada keraguan, kamu sedang meruntuhkan dinding penjara yang kamu bangun sendiri. Dan ketika semua dinding itu runtuh, kamu tidak hanya hidup — kamu merdeka.

About