@refanimarhamah:

Refanimarhamah
Refanimarhamah
Open In TikTok:
Region: ID
Thursday 16 October 2025 09:58:38 GMT
10917
71
1
12

Music

Download

Comments

narifah122
Narifah :
🥰
2025-11-06 22:16:32
0
To see more videos from user @refanimarhamah, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Dalam banyak keluarga modern, figur ayah sering hadir secara fisik—pulang tepat waktu, ada di rumah, bahkan rutin memberi nafkah—tetapi secara emosional jauh dari kehidupan anak. Fenomena ini dikenal sebagai fatherless secara emosional, yaitu ketika anak tumbuh tanpa kedekatan, arahan, dan kehangatan dari ayah, meskipun ayah sebenarnya ada di rumah. Padahal, peran ayah terhadap anak remaja memiliki dampak yang berbeda dan saling melengkapi dengan peran ibu. Ayah memberikan perspektif tentang risiko, batasan, logika, pengambilan keputusan, dan ketahanan menghadapi tekanan dunia luar. Kehadiran ayah tidak diukur dari besar kecilnya uang jajan atau seberapa keras bekerja untuk keluarga. Yang anak remaja butuhkan justru hal-hal yang jauh lebih mendasar. Berikut 3 kebutuhan utama remaja dari sosok ayah, yang jika dipenuhi, akan membangun dasar karakter yang kuat, percaya diri, dan stabil secara emosional. --- 1️⃣ Waktu Interaksi Terstruktur: Bukan sekadar ada, tetapi terlibat. Remaja sering dianggap “sudah besar” sehingga tidak lagi membutuhkan bonding seperti waktu kecil. Padahal, remaja justru membutuhkan momen interaksi yang terarah bersama ayah. Ini bisa berupa: ▪️olahraga bareng ▪️main game bersama ▪️memperbaiki motor/sepeda ▪️memasak bareng ▪️nonton film lalu ngobrol santai tentang alurnya 📌Aktivitas seperti ini membuka ruang percakapan yang natural, tidak mengintimidasi, dan membantu anak merasa dihargai. Bagi ayah, ini juga menjadi kesempatan mengenal dunia anak: musiknya, pertemanannya, minatnya, hingga hal-hal yang sedang ia khawatirkan. Sering kali, percakapan terbaik terjadi justru ketika tangan sibuk mengerjakan sesuatu. --- 2️⃣ Pelajaran Batasan & Ketegasan: Konsisten, bukan galak. Ayah biasanya lebih tegas dalam menetapkan batas dan aturan. Ini bukan karena ayah lebih keras, tetapi karena perannya memang mengajarkan anak tentang struktur dan konsekuensi. Remaja yang tumbuh tanpa ketegasan ayah cenderung: ▪️bingung membedakan mana batas yang masih aman dan mana yang berbahaya ▪️lebih mudah terpengaruh lingkungan ▪️sulit mengelola impuls ▪️merasa tidak pernah cukup karena tidak ada figur yang memberi “rem dan arah” 📌Ayah yang konsisten memberikan batasan sederhana seperti jam tidur, tanggung jawab rumah, atau durasi penggunaan gadget, sebenarnya sedang mengajarkan anak bagaimana dunia nyata bekerja: ada aturan, ada konsekuensi, dan ada tanggung jawab pribadi. --- 3️⃣ Model Hubungan Laki-Laki yang Sehat. Anak, baik laki-laki maupun perempuan, belajar tentang bagaimana laki-laki seharusnya bersikap dengan melihat contoh harian dari ayahnya. Dari ayah mereka belajar: ▪️cara memperlakukan pasangan dengan hormat ▪️bagaimana mengelola emosi tanpa kekerasan ▪️bagaimana meminta maaf ▪️bagaimana memimpin tanpa mendominasi ▪️bagaimana memperhatikan kebutuhan orang lain 📌Ayah yang hadir secara emosional menciptakan standar: “Oh, begini cara pria menghargai orang.” Ini sangat menentukan kualitas hubungan anak kelak, baik hubungan percintaan, pertemanan, maupun saat mereka sendiri menjadi orang tua. --- ✉️ Pesan untuk Para Ayah: Konsistensi kecil lebih berharga dari hadiah mahal. Tidak perlu jadi ayah sempurna, cukup ayah yang hadir dan mau belajar. Anak remaja tidak menuntut perjalanan mahal, gadget baru, atau uang saku besar. Mereka hanya butuh kehadiran yang terasa—hubungan yang dibangun dari hal-hal kecil yang dilakukan berulang. Lima belas menit ngobrol sambil minum teh, satu film yang ditonton bareng, satu kali membantu mengerjakan tugas prakarya—hal-hal sederhana seperti ini menciptakan ingatan emosional yang tidak bisa dibeli dengan hadiah apa pun. Karena pada akhirnya, yang anak remaja ingat bukan seberapa besar uang yang diberikan, tetapi seberapa besar hati ayah hadir untuk mereka. Ayah bunda apakah kalian sudah hadir secara emosional dalam kehidupan anak? yuk sharing di kolom komentar🤭
Dalam banyak keluarga modern, figur ayah sering hadir secara fisik—pulang tepat waktu, ada di rumah, bahkan rutin memberi nafkah—tetapi secara emosional jauh dari kehidupan anak. Fenomena ini dikenal sebagai fatherless secara emosional, yaitu ketika anak tumbuh tanpa kedekatan, arahan, dan kehangatan dari ayah, meskipun ayah sebenarnya ada di rumah. Padahal, peran ayah terhadap anak remaja memiliki dampak yang berbeda dan saling melengkapi dengan peran ibu. Ayah memberikan perspektif tentang risiko, batasan, logika, pengambilan keputusan, dan ketahanan menghadapi tekanan dunia luar. Kehadiran ayah tidak diukur dari besar kecilnya uang jajan atau seberapa keras bekerja untuk keluarga. Yang anak remaja butuhkan justru hal-hal yang jauh lebih mendasar. Berikut 3 kebutuhan utama remaja dari sosok ayah, yang jika dipenuhi, akan membangun dasar karakter yang kuat, percaya diri, dan stabil secara emosional. --- 1️⃣ Waktu Interaksi Terstruktur: Bukan sekadar ada, tetapi terlibat. Remaja sering dianggap “sudah besar” sehingga tidak lagi membutuhkan bonding seperti waktu kecil. Padahal, remaja justru membutuhkan momen interaksi yang terarah bersama ayah. Ini bisa berupa: ▪️olahraga bareng ▪️main game bersama ▪️memperbaiki motor/sepeda ▪️memasak bareng ▪️nonton film lalu ngobrol santai tentang alurnya 📌Aktivitas seperti ini membuka ruang percakapan yang natural, tidak mengintimidasi, dan membantu anak merasa dihargai. Bagi ayah, ini juga menjadi kesempatan mengenal dunia anak: musiknya, pertemanannya, minatnya, hingga hal-hal yang sedang ia khawatirkan. Sering kali, percakapan terbaik terjadi justru ketika tangan sibuk mengerjakan sesuatu. --- 2️⃣ Pelajaran Batasan & Ketegasan: Konsisten, bukan galak. Ayah biasanya lebih tegas dalam menetapkan batas dan aturan. Ini bukan karena ayah lebih keras, tetapi karena perannya memang mengajarkan anak tentang struktur dan konsekuensi. Remaja yang tumbuh tanpa ketegasan ayah cenderung: ▪️bingung membedakan mana batas yang masih aman dan mana yang berbahaya ▪️lebih mudah terpengaruh lingkungan ▪️sulit mengelola impuls ▪️merasa tidak pernah cukup karena tidak ada figur yang memberi “rem dan arah” 📌Ayah yang konsisten memberikan batasan sederhana seperti jam tidur, tanggung jawab rumah, atau durasi penggunaan gadget, sebenarnya sedang mengajarkan anak bagaimana dunia nyata bekerja: ada aturan, ada konsekuensi, dan ada tanggung jawab pribadi. --- 3️⃣ Model Hubungan Laki-Laki yang Sehat. Anak, baik laki-laki maupun perempuan, belajar tentang bagaimana laki-laki seharusnya bersikap dengan melihat contoh harian dari ayahnya. Dari ayah mereka belajar: ▪️cara memperlakukan pasangan dengan hormat ▪️bagaimana mengelola emosi tanpa kekerasan ▪️bagaimana meminta maaf ▪️bagaimana memimpin tanpa mendominasi ▪️bagaimana memperhatikan kebutuhan orang lain 📌Ayah yang hadir secara emosional menciptakan standar: “Oh, begini cara pria menghargai orang.” Ini sangat menentukan kualitas hubungan anak kelak, baik hubungan percintaan, pertemanan, maupun saat mereka sendiri menjadi orang tua. --- ✉️ Pesan untuk Para Ayah: Konsistensi kecil lebih berharga dari hadiah mahal. Tidak perlu jadi ayah sempurna, cukup ayah yang hadir dan mau belajar. Anak remaja tidak menuntut perjalanan mahal, gadget baru, atau uang saku besar. Mereka hanya butuh kehadiran yang terasa—hubungan yang dibangun dari hal-hal kecil yang dilakukan berulang. Lima belas menit ngobrol sambil minum teh, satu film yang ditonton bareng, satu kali membantu mengerjakan tugas prakarya—hal-hal sederhana seperti ini menciptakan ingatan emosional yang tidak bisa dibeli dengan hadiah apa pun. Karena pada akhirnya, yang anak remaja ingat bukan seberapa besar uang yang diberikan, tetapi seberapa besar hati ayah hadir untuk mereka. Ayah bunda apakah kalian sudah hadir secara emosional dalam kehidupan anak? yuk sharing di kolom komentar🤭

About