@ugood.ucooly: It’s not just about the finish line — it’s about loving every step that gets you there. Enjoy the grind. #inspiration #grind #hustling #hiphop #success #skolo @skolo

heardneverseen
heardneverseen
Open In TikTok:
Region: PH
Thursday 23 October 2025 20:00:00 GMT
112
2
0
0

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @ugood.ucooly, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Ruang rapat terasa terlalu sempit. Bukan karena puluhan kertas laporan atau layar monitor yang menampilkan grafik penjualan—tapi karena Mingyu duduk tepat di seberang mu. Dia mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku, dasinya sedikit longgar seperti baru saja keluar dari meeting panjang. Wangi parfumnya samar, tapi cukup untuk bikin otakmu hilang fokus tiap beberapa detik. “Kamu udah baca file ini?” tanya Mingyu, suaranya dalam tapi tenang. Ia mendorong satu map ke arahmu. Kamu mengangguk, berusaha terlihat profesional—meski jantungmu seperti habis naik tangga lima lantai.  “Sudah. Aku cuma mau pastikan angkanya nggak meleset,” Mingyu tersenyum tipis—senyum kecil yang cuma muncul kalau dia sedang menahan komentar jahilnya. “Kalau Kamu yang cek, Aku tenang,” Kamu berpura-pura sibuk melihat layar. Pikiranmu cuma satu—kenapa dia harus ngomong kayak gitu? Meeting hari itu sebenarnya biasa saja. Tapi Mingyu selalu punya cara membuat hal sederhana terasa—menegangkan. Entah sengaja atau tidak, lututnya sempat menyentuh lututmu di bawah meja. Kecil, cepat, tapi cukup bikin Kamu langsung kaku. “Aku ada revisi sedikit,” Mingyu berkata sambil berdiri, menghampiri sisi mejamu. Ia mencondongkan tubuh untuk melihat layar laptopmu. Terlalu dekat. Nafasnya terasa di bahumu. “K–kenapa harus melihat dari sini? Dari sana juga kelihatan,” protesmu, berusaha santai. “Karena dari sini Aku juga bisa lihat Kamu,” jawabnya tanpa ragu. “Mingyu,” Kamu langsung menelan ludah. “Hm?” “Ini kantor.” “Aku tahu,” katanya sambil melirikmu dengan mata jenaka. “Makanya Aku cuma lihat, bukan ngapa-ngapain,” tangan besarnya mulai mengetik beberapa hal di laptopmu—profesional, jelas. Tapi jarak di antara kalian bukan hal profesional sama sekali. Saat ia selesai, Mingyu merapikan kemejanya dan berbalik. “Nanti sore, mau pulang bareng?” “Untuk apa?” tanyamu, pura-pura tidak mengerti. Mingyu berhenti di pintu, menatapmu dari balik bahunya. Senyum itu lagi—pelan, lembut, tapi bikin lutut goyah. “Karena Aku capek kerja kalau cuma bisa lihat Kamu dari jauh,” sebelum Kamu sempat menjawab, ia sudah keluar ruangan, meninggalkan Kamu dengan wajah panas dan hati yang berdebar tidak karuan. #mingyu #seventeen #pov #4u #fyp
Ruang rapat terasa terlalu sempit. Bukan karena puluhan kertas laporan atau layar monitor yang menampilkan grafik penjualan—tapi karena Mingyu duduk tepat di seberang mu. Dia mengenakan kemeja putih yang digulung hingga siku, dasinya sedikit longgar seperti baru saja keluar dari meeting panjang. Wangi parfumnya samar, tapi cukup untuk bikin otakmu hilang fokus tiap beberapa detik. “Kamu udah baca file ini?” tanya Mingyu, suaranya dalam tapi tenang. Ia mendorong satu map ke arahmu. Kamu mengangguk, berusaha terlihat profesional—meski jantungmu seperti habis naik tangga lima lantai. “Sudah. Aku cuma mau pastikan angkanya nggak meleset,” Mingyu tersenyum tipis—senyum kecil yang cuma muncul kalau dia sedang menahan komentar jahilnya. “Kalau Kamu yang cek, Aku tenang,” Kamu berpura-pura sibuk melihat layar. Pikiranmu cuma satu—kenapa dia harus ngomong kayak gitu? Meeting hari itu sebenarnya biasa saja. Tapi Mingyu selalu punya cara membuat hal sederhana terasa—menegangkan. Entah sengaja atau tidak, lututnya sempat menyentuh lututmu di bawah meja. Kecil, cepat, tapi cukup bikin Kamu langsung kaku. “Aku ada revisi sedikit,” Mingyu berkata sambil berdiri, menghampiri sisi mejamu. Ia mencondongkan tubuh untuk melihat layar laptopmu. Terlalu dekat. Nafasnya terasa di bahumu. “K–kenapa harus melihat dari sini? Dari sana juga kelihatan,” protesmu, berusaha santai. “Karena dari sini Aku juga bisa lihat Kamu,” jawabnya tanpa ragu. “Mingyu,” Kamu langsung menelan ludah. “Hm?” “Ini kantor.” “Aku tahu,” katanya sambil melirikmu dengan mata jenaka. “Makanya Aku cuma lihat, bukan ngapa-ngapain,” tangan besarnya mulai mengetik beberapa hal di laptopmu—profesional, jelas. Tapi jarak di antara kalian bukan hal profesional sama sekali. Saat ia selesai, Mingyu merapikan kemejanya dan berbalik. “Nanti sore, mau pulang bareng?” “Untuk apa?” tanyamu, pura-pura tidak mengerti. Mingyu berhenti di pintu, menatapmu dari balik bahunya. Senyum itu lagi—pelan, lembut, tapi bikin lutut goyah. “Karena Aku capek kerja kalau cuma bisa lihat Kamu dari jauh,” sebelum Kamu sempat menjawab, ia sudah keluar ruangan, meninggalkan Kamu dengan wajah panas dan hati yang berdebar tidak karuan. #mingyu #seventeen #pov #4u #fyp

About