Perhentian Nyamuk atau kampung nyamuk memiliki sejarah penting dalam perkembangan kota Pekanbaru. Menjadi salah satu titik perkembangan masyarakat, ekonomi, dan religi di pekanbaru selain kampung Bandar Senapelan pada abad 19. Konon katanya kampung nyamuk sudah di huni masyarakat sekitar 1860, dengan semakin ramai perdagangan di Senapelan menjadikan kampung nyamuk titik transit pedagang dari sumbar, Bangkinang, gasib, Kerinci dan Jawa yg biasanya mereka beristirahat, sebelum esok paginya ke Senapelan untuk berdagang. kenapa di disebut Perhentian Nyamuk? kabarnya para pedagang yg membawa ternak seperti sapi, kerbau dan lainnya juga ikut nyamuknya, sehingga mereka juga ikut transit di situ😊😊 wallahu bisawab. Mbah Sastro Prawiro Joyo Diningrat datang kesini tahun 1920 untuk bekerja menjadi Mandor dia perkebunan karet Belanda Sukajadi dan cinta raja. Sultan Siak Sri Indrapura mengangkat mbah Sostro menjadi Penghulu Perhentian Nyamuk atau kampung nyamuk hingga 3 zaman Belanda, Jepang dan kemerdekaan. Mbah Sastro inilah yg di kenal dengan nama mbah nyamuk dikemudian hari yg tanahnya sebagian di beli Pemprov Riau pada tahun 1959 -1960 untuk di dirikan kompleks Perumahan dinas pegawai dan perkantoran provinsi Riau yang baru terbentuk saat itu. Mbah nyamuk mewakafkan tanahnya juga pada tahun 1930 untuk didirkan masjid Ar rahman yg merupakan masjid kedua tertua di pekanbaru setelah masjid raya senapelan. mbah nyamuk wafat di Pekanbaru tahun 1971 pada usia 118 thn dimakamkan dekat Masjid Ar Rahman saat ini. "jadi kapan nih awak tu maen ke Pekanbaru? kerna di Pekanbaru ada kisah Mbah nyamuk.. 😊" #pekanbaru - @beni.setiadi27