Karina schöne Frau :
Setiap kali cinta bersemi dalam hatiku, ia menjelma menjadi akar yang menghujam dalam, bertahan bertahun-tahun lamanya. Namun, kebodohan ini terus berulang, bagai kaset rusak yang diputar berkali-kali. Dari awal, kau telah memiliki mentari yang menyinari harimu, seseorang yang kau puja dan istimewakan. Aku hanya bisa menjadi penonton setia, menyaksikan kebahagiaanmu dari kejauhan, menelan pil pahit kekalahan.
Walau telah kucurahkan perhatian bagai hujan di musim kemarau, walau telah kuturuti segala kemauanmu bagai pelayan yang setia, namun aku tetap tak lebih dari sekadar bayangan. Aku hanyalah teman, sebatas itu. Luka ini menganga lebar, bagai jurang yang tak berdasar, menelan setiap harapan dan impianku. Aku selalu kalah, terhempas oleh kenyataan pahit, terpuruk dalam kesendirian yang abadi.
Namun, di tengah kegelapan ini, masih ada setitik harapan yang berbisik. Mungkin suatu hari nanti, akan ada seseorang yang melihatku, bukan sebagai teman, melainkan sebagai mentari yang mampu menyinari harinya. Hingga saat itu tiba, aku akan terus berjuang, meski dengan hati yang terluka dan jiwa yang merana.
2025-10-28 13:36:16