Language
English
عربي
Tiếng Việt
русский
français
español
日本語
한글
Deutsch
हिन्दी
简体中文
繁體中文
Home
How To Use
Language
English
عربي
Tiếng Việt
русский
français
español
日本語
한글
Deutsch
हिन्दी
简体中文
繁體中文
Home
Detail
@ayywlnndrsy2_: Bahagia selalu adindoykuu🥹do’a terbaik yaa🫂🤎@adindaaaaaa #fyppppppppppppppppppppppp #nikahmuda
PUTRI SUKATMO
Open In TikTok:
Region: ID
Wednesday 29 October 2025 02:41:17 GMT
9748
369
6
66
Music
Download
No Watermark .mp4 (
6.31MB
)
No Watermark(HD) .mp4 (
2.64MB
)
Watermark .mp4 (
6.75MB
)
Music .mp3
Comments
Ayywlnn :
indah bngt ya pertemannannya, kelihattan sehat bngt🥺
2025-10-29 03:50:57
0
adm36 :
lh koe kapan
2025-10-29 11:56:53
0
dela ayu :
@Ar ndang tak terke🥰
2025-10-29 05:20:04
0
adindaaaaaa :
🥰🥰
2025-10-29 02:44:55
0
To see more videos from user @ayywlnndrsy2_, please go to the Tikwm homepage.
Other Videos
Google Ads é usado por grandes players e é a maior plataforma do planeta. Você vai mesmo ficar de fora? Vem aprender google ads #googleads #hotmart #afiliados #kiwify #marketingdigital
#chenpingan #swordofcoming #donghua #donghuaedit #katakata
“Guru, mengapa iblis menolak sujud… padahal ia tahu Tuhan itu benar?” “Karena iblis ingin keadilan versi dirinya — sama seperti manusia sekarang.” “Keadilan yang Diciptakan oleh Ego” --- Murid (dengan wajah murung): Guru… mengapa manusia dan iblis selalu ingin mencari keadilan versi dirinya? Apakah salah jika seseorang ingin dunia ini adil menurut pandangannya? --- Guru (tersenyum tipis): Pertanyaanmu indah, tapi berbahaya. Karena di balik keinginan “ingin adil”, kadang tersembunyi hasrat untuk menjadi Tuhan. --- Murid: Menjadi Tuhan…? Tapi kami hanya ingin dunia yang baik, di mana orang jahat dihukum, dan orang baik diberi bahagia. --- Guru: Begitulah manusia, dan begitu pula iblis. Kau ingat kisah awal kejatuhannya? Iblis tidak menolak Tuhan karena benci, ia menolak karena merasa benar. Ia menuntut keadilan menurut pikirannya sendiri: “Aku diciptakan dari api, Adam dari tanah, api lebih mulia dari tanah. Maka keadilan seharusnya menempatkanku di atasnya.” Ia ingin Tuhan menilai dengan logika dirinya. Dan itulah awal dari kejatuhan: ketika makhluk menuntut Sang Pencipta agar tunduk pada ukuran ciptaan. --- Murid (pelan): Jadi… manusia pun begitu? --- Guru: Lebih halus, tapi sama. Manusia ingin Tuhan menyesuaikan hidupnya dengan rencana dirinya. Saat rezeki tertahan, ia berkata: “Tuhan tidak adil.” Saat doanya tak dikabulkan, ia berkata: “Mengapa Tuhan diam?” Padahal diam-Nya Tuhan itu juga jawaban — jawaban yang tak dimengerti oleh hati yang masih berisik. --- Murid: Tapi Guru… bukankah wajar manusia ingin hidupnya bahagia? Apakah itu dosa? --- Guru: Tidak, itu fitrah. Namun masalahnya bukan pada keinginan bahagia, tapi pada cara manusia menafsirkan keadilan. Manusia menilai keadilan dari peristiwa. Tuhan menilai keadilan dari tujuan. Manusia melihat potongan, Tuhan melihat keseluruhan anyaman. Apa yang tampak sebagai kesedihan di hari ini, bisa jadi adalah jalan menuju penyucian esok hari. Apa yang tampak sebagai keberuntungan, bisa jadi adalah jebakan lembut bagi hati yang lupa. --- Murid: Berarti… keadilan Tuhan tidak bisa diukur oleh logika manusia? --- Guru: Bukan tidak bisa. Tapi belum bisa — selama manusia masih menyembah pikirannya sendiri. Lihatlah iblis. Ia bukan makhluk bodoh, bahkan paling cerdas di antara malaikat. Tapi kecerdasannya membuatnya buta akan hikmah. Ia ingin menilai Tuhan dengan logika ilmu, bukan dengan sujud cinta. Begitu pula manusia zaman ini. Mereka mengukur Tuhan dengan rumus, menimbang kasih dengan sebab-akibat, menyalahkan takdir karena tak sesuai rencana. Padahal, siapa yang memberi mereka rencana itu kalau bukan Tuhan? --- Murid (menunduk): Lalu bagaimana seharusnya kami mencari keadilan, Guru? --- Guru (menatap dalam): Dengan menanggalkan “aku”-mu. Karena selama “aku” masih ingin menang, kau akan terus merasa dizalimi oleh takdir. Iblis jatuh karena “aku lebih baik”. Manusia menderita karena “aku pantas bahagia”. Keduanya sama-sama terperangkap dalam cermin diri sendiri. Jika kau ingin melihat keadilan Tuhan, pecahkan cermin itu. Lihatlah dunia bukan dari mata keinginanmu, tapi dari mata kasih-Nya. --- Murid (terisak): Jadi selama ini, kami tidak benar-benar mencari keadilan… kami hanya ingin Tuhan berpihak pada kami. --- Guru (tersenyum lembut): Ya. Dan ketika kau berhenti meminta Tuhan berpihak, kau akan melihat — bahwa sejak awal, Tuhanlah yang menegakkan keseimbangan agar semua makhluk mendapat tempatnya. Keadilan Tuhan bukan soal siapa yang menang atau kalah. Tapi siapa yang menyadari bahwa tidak ada selain Dia. --- Malam itu aku pulang tanpa jawaban yang pasti. Tapi di dalam dada, ada sesuatu yang berubah. Aku mulai paham… bahwa bukan dunia yang tidak adil, hanya aku yang belum selesai dengan diriku sendiri. --- “Ketika kau berhenti menuntut keadilan, dan mulai memahami rahmat, di situlah kau akan melihat Tuhan — bukan sebagai hakim, tapi sebagai kasih yang tak terbatas.” --- #tasawuf #hakikat #iblis #keadilan #spiritualjourney
#fypシ #foryou
#fürdich #foryou #fypシ
#phukienkhangquan #butmauacrylic #hopbutmau60 #butmauacrylicmarrker #butmauchobe #
About
Robot
Legal
Privacy Policy