@edukasi012: Di sebuah desa kecil di Rusia, tahun 1857, lahir seorang anak yang akan menatap bintang lebih jauh dari siapa pun di masanya. Namanya Konstantin Tsiolkovsky. Ia bukan lahir dari keluarga bangsawan. Ayahnya pegawai biasa, ibunya perempuan lembut yang selalu berkata, > “Jika kau tak bisa berjalan dengan dunia, berjalanlah menuju langit.” Tapi hidupnya tak mudah. Di usia 10 tahun, Konstantin terserang demam berat — dan sejak itu, ia kehilangan hampir seluruh pendengarannya. Sekolah menolaknya, guru-guru menyerah karena ia tak bisa mendengar pelajaran. Namun di kesunyian itu, Konstantin menemukan dunianya sendiri. Setiap malam, ia menatap langit dan bertanya: “Bagaimana jika manusia bisa ke sana?” Ia belajar sendiri di rumah, membaca buku-buku fisika dan matematika dari perpustakaan kota. Kadang ia tidur di lantai kayu yang dingin sambil menulis rumus di kertas bekas. Tak ada yang percaya pada mimpinya. Bagi mereka, langit hanyalah tempat para dewa, bukan manusia. Tapi Konstantin terus menggambar, menghitung, dan menulis. Ia yakin suatu hari nanti, manusia akan keluar dari Bumi — bukan dengan sayap, tapi dengan mesin berbahan bakar roket. Tahun 1903, ia menerbitkan karya ilmiahnya: “Exploration of Outer Space by Means of Rocket Devices.” Di dalamnya, ia menjelaskan konsep roket bertingkat, teori gravitasi orbit, dan bahkan stasiun luar angkasa — semua hal yang baru terbukti puluhan tahun kemudian. Namun, saat itu orang-orang hanya menertawakannya. > “Orang gila di desa Kaluga yang ingin terbang ke bulan,” kata mereka. Ia hidup miskin, mengajar anak-anak di sekolah untuk bertahan hidup. Karyanya tidak pernah diakui selama ia masih hidup. Tapi waktu punya cara menguji kebenaran. Dua dekade setelah kematiannya, ilmuwan muda Rusia menemukan kembali tulisannya, dan menjadikannya dasar dari seluruh teori penerbangan luar angkasa modern. Ketika Uni Soviet meluncurkan Sputnik — satelit pertama di dunia — para ilmuwan menulis satu kalimat sederhana di catatan sejarahnya: > “Kami berdiri di atas bahu Tsiolkovsky.” Ia tidak pernah melihat roket lepas landas. Ia tidak pernah mendengar suara gemuruh mesin yang menggetarkan langit. Tapi tanpa dirinya, tidak akan ada siapa pun yang bisa terbang ke luar angkasa. Hidupnya membuktikan satu hal: Bahwa kadang, orang yang paling sunyi justru mendengar panggilan paling jauh — suara dari langit itu sendiri#mediavelpic #education #fyp

edukasireels
edukasireels
Open In TikTok:
Region: ID
Friday 31 October 2025 03:29:50 GMT
1834
76
1
7

Music

Download

Comments

zeyxzsus1
H :
one
2025-10-31 04:13:12
1
To see more videos from user @edukasi012, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos


About