@fayemonama: N:4 @Faye monama

Le vainqueur des défis
Le vainqueur des défis
Open In TikTok:
Region: FR
Monday 03 November 2025 08:32:34 GMT
158576
3520
210
646

Music

Download

Comments

lapoupefragile
La poupée fragile 🦋 :
Oyo papy noir 🤣
2025-11-03 12:25:58
122
dylaneodzoua
Dylane pro le Messi 🇨🇬 :
il a fait quoi ? en plus un brigadier, donc s'il a fui le boulot c'est comme ça qu'on doit lui traité ? c'est écrit dans quelle livre
2025-11-03 20:46:42
18
tatianaebambi
la congolaise :
Bo sala attention na yé aza pé mwua ndoki pardon
2025-11-04 07:26:57
18
nathaliemakiesse1
nathaliemakiesse9 :
Monoko masebe
2025-11-08 13:11:57
1
xxalatbougouma
Niakarnieto, didikupens :
il n'a pas tuer, ni volé, pourquoi publié la vidéo de son interrogatoire ? police ogouilla
2025-11-03 21:02:19
12
giorginetty
Tanyawetu :
mais apparemment ils sont tous des laris ou du moins ils portent les noms des laris c’est comment????🥺
2025-11-04 18:09:53
1
user11961942386708
004 :
C’est un frere d’armes pourquoi l’exposer il fallait le punir dans le secret chef
2025-11-05 06:20:21
2
78motema
Angelo86 :
Votre chef c'est qui😁
2025-11-03 11:05:21
32
vanrecord3
Van record 3*🦁🐕💓 :
Mais pourquoi le publier ???
2025-11-04 23:01:08
5
alcorinabahoumina
Alcorina Bahoumina :
pourquoi le filmer
2025-11-08 22:10:04
0
andrekoutika2
andrekoutika :
votre Chef c est qui,votre Chef c est 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2025-11-04 00:34:46
8
user3080281695482
Manitou :
cmt il a fait pour se retrouver à la police?
2025-11-03 13:59:46
10
la_skinny_narcissique
Scorpion ♏️🦂 :
Donc aza policier anh??? 😭😭🤣
2025-11-04 00:39:54
5
princilliadieuda
pdc :
papy noir oh yessu papa ninikaka
2025-11-04 21:08:10
0
cecilia_mauricia
Cecilia :
ehhh botala français yango
2025-11-03 13:56:02
0
mylisembola
Ak47 :
franchement oyo qu'elle genre de policier vraiment
2025-11-03 16:38:49
1
filledesamre2
filledesamre2 :
Franchement mboka oyo, franchement nzambe azonga
2025-11-04 15:41:15
0
mms.boutique.bbl
MMS boutique BBL :
Hum oyo koko noir ti
2025-11-03 18:13:13
1
user5824187283415
user5824187283415 :
quel qu'un à dit donc aza policie😂😂😂😂
2025-11-04 15:29:52
0
tresse89
@tresse :
na âge nayo vraiment
2025-11-03 23:32:05
1
femmesanscomplexe2
femmesanscomplexe4 :
mboka 🇨🇬 oyo eza n'a chance té pardon
2025-11-04 15:17:48
0
gradelle_officiel
madame milongo :
ntonkontonko militaire bien fatigué 😭
2025-11-08 13:06:51
0
28souzy1
Douce Atipo :
Toujours dans la zone Sud 😳
2025-11-04 09:55:19
2
user8321635135110
Glam's tina la Spendjas :
ndoki ndoki ya ndombé kuluna grand père😂😂😂😂😂
2025-11-03 19:50:22
1
edveras2023
Gloire de Gloire :
votre chef🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2025-11-04 14:13:03
0
To see more videos from user @fayemonama, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Ketika Darah Menggantikan Kata —  Tak ada satu pun jiwa yang siap menyaksikan darah menggenang diantara dinding rumahnya sendiri. Tak ada hati yang mampu menanggung beban ketika tangan yang seharusnya melindungi justru menjadi alat mencabut nyawa.  Namun, begitulah tragedi yang mengoyak tenang pagi di Desa Talang Empat, Kecamatan Karang Tinggi, Bengkulu Tengah — sebuah kisah getir yang menelanjangi sisi paling gelap dari amarah manusia. Rabu pagi (5/11/2025), di rumah sederhana seorang petani bernama Sa (52), kehidupan berubah menjadi duka abadi. Pertengkaran sepele — hanya tentang ponsel, teguran, dan rasa kesal — menjelma menjadi tragedi berdarah antara ayah tiri dan anak sambungnya sendiri.  Sebilah parang yang mestinya untuk bekerja di ladang, kini menjadi saksi bisu betapa mudahnya batas antara kasih dan benci runtuh dalam sekejap. Korban, yang masih muda dan keras kepala, sempat menyerang terlebih dahulu. Namun, dalam amarah yang membutakan, Sa membalas dengan satu tebasan yang mengakhiri hidup anak sambung yang seharusnya ia rawat dan bimbing. Leher yang terluka, tubuh yang tersungkur, dan isak seorang ibu yang memecah sunyi—semuanya menjadi puing-puing penyesalan yang tak bisa ditarik kembali. Kini, rumah itu tak lagi sama. Dindingnya menyimpan gema pertengkaran terakhir yang tak akan pernah usai. Polisi telah datang, barang bukti telah diamankan, dan hukum mulai bekerja dalam jalannya yang pasti: pasal demi pasal, berkas demi berkas, menuju meja pengadilan. Pelaku kini menjadi tersangka, dan proses hukum harus ditegakkan. Karena di hadapan hukum, darah tetaplah darah — entah mengalir dari musuh, anak, atau saudara sendiri. Namun dibalik pasal-pasal dingin itu, tersisa pertanyaan yang tak mudah dijawab: Keadilan seperti apakah yang akan menebus luka ini? Apakah keadilan cukup dengan hukuman, ketika penyesalan telah membunuh lebih dalam dari vonis itu sendiri? Tragedi Talang Empat bukan sekadar perkara pidana. Ia adalah cermin tentang rapuhnya kendali manusia terhadap amarah, tentang keluarga yang gagal berdialog, dan tentang kasih sayang yang berubah menjadi bencana. Kini, para wakil Tuhan di ruang sidang kelak akan dihadapkan pada dilema yang sunyi: menegakkan hukum, atau menimbang rasa. Sebab di balik semua itu, ada jiwa yang kehilangan arah, ada seorang ibu yang kehilangan dua orang yang ia cintai sekaligus—anak di liang, suami di penjara. Dan kita, sebagai manusia, hanya bisa menunduk, menyadari bahwa kadang tragedi tak lahir dari kebencian, tapi dari cinta yang gagal menemukan cara untuk tenang. (Cik)  #tragediayahtiri #tragediayahsambung #bengkulutengah #subandi #polresbengkulutengah
Ketika Darah Menggantikan Kata — Tak ada satu pun jiwa yang siap menyaksikan darah menggenang diantara dinding rumahnya sendiri. Tak ada hati yang mampu menanggung beban ketika tangan yang seharusnya melindungi justru menjadi alat mencabut nyawa. Namun, begitulah tragedi yang mengoyak tenang pagi di Desa Talang Empat, Kecamatan Karang Tinggi, Bengkulu Tengah — sebuah kisah getir yang menelanjangi sisi paling gelap dari amarah manusia. Rabu pagi (5/11/2025), di rumah sederhana seorang petani bernama Sa (52), kehidupan berubah menjadi duka abadi. Pertengkaran sepele — hanya tentang ponsel, teguran, dan rasa kesal — menjelma menjadi tragedi berdarah antara ayah tiri dan anak sambungnya sendiri. Sebilah parang yang mestinya untuk bekerja di ladang, kini menjadi saksi bisu betapa mudahnya batas antara kasih dan benci runtuh dalam sekejap. Korban, yang masih muda dan keras kepala, sempat menyerang terlebih dahulu. Namun, dalam amarah yang membutakan, Sa membalas dengan satu tebasan yang mengakhiri hidup anak sambung yang seharusnya ia rawat dan bimbing. Leher yang terluka, tubuh yang tersungkur, dan isak seorang ibu yang memecah sunyi—semuanya menjadi puing-puing penyesalan yang tak bisa ditarik kembali. Kini, rumah itu tak lagi sama. Dindingnya menyimpan gema pertengkaran terakhir yang tak akan pernah usai. Polisi telah datang, barang bukti telah diamankan, dan hukum mulai bekerja dalam jalannya yang pasti: pasal demi pasal, berkas demi berkas, menuju meja pengadilan. Pelaku kini menjadi tersangka, dan proses hukum harus ditegakkan. Karena di hadapan hukum, darah tetaplah darah — entah mengalir dari musuh, anak, atau saudara sendiri. Namun dibalik pasal-pasal dingin itu, tersisa pertanyaan yang tak mudah dijawab: Keadilan seperti apakah yang akan menebus luka ini? Apakah keadilan cukup dengan hukuman, ketika penyesalan telah membunuh lebih dalam dari vonis itu sendiri? Tragedi Talang Empat bukan sekadar perkara pidana. Ia adalah cermin tentang rapuhnya kendali manusia terhadap amarah, tentang keluarga yang gagal berdialog, dan tentang kasih sayang yang berubah menjadi bencana. Kini, para wakil Tuhan di ruang sidang kelak akan dihadapkan pada dilema yang sunyi: menegakkan hukum, atau menimbang rasa. Sebab di balik semua itu, ada jiwa yang kehilangan arah, ada seorang ibu yang kehilangan dua orang yang ia cintai sekaligus—anak di liang, suami di penjara. Dan kita, sebagai manusia, hanya bisa menunduk, menyadari bahwa kadang tragedi tak lahir dari kebencian, tapi dari cinta yang gagal menemukan cara untuk tenang. (Cik) #tragediayahtiri #tragediayahsambung #bengkulutengah #subandi #polresbengkulutengah

About