@chaintanatiktok: กลับมาเทศกาลเจนนี่อีกครั้งใน 11.11 #เชนธนา #เจนนี่ได้หมดถ้าสดชื่น

ChainTANAเชนธนา
ChainTANAเชนธนา
Open In TikTok:
Region: TH
Wednesday 12 November 2025 08:15:21 GMT
207782
11422
63
76

Music

Download

Comments

natthamon_ministyle
นัทธมน แว่นสวย :
เรารู้นะว่าอีกความตั้งใจของคุณเชนคือ..กลับมาเพื่อเป็นการให้กำลังน้องเจนนี่และน้องยิว...เพราะต้องรู้ว่าช่วงนี้น้องเค้าเจอกระแสกลายอย่างกระทบ..เอาจริงๆๆคุณเชนเค้าจิตใจดีมากนะ
2025-11-12 11:23:49
189
goigoi8268
🧡Goigoi🧡 :
หลายๆคน หลายๆ แบรนด์ กลับมามีชีวิตในธุรกิจอีกครั้ง เพราะเทศกาลเจนนี่ ขอบคุณเจนนี่ ที่แบ่งปัน มุมมองและให้กำลังใจให้ลุกขึ้นสู้
2025-11-12 10:17:29
124
ice.creammm118
ไอติม‘ ปั่น 🍦✨ :
เสื้อคุณเชน 🤣
2025-11-12 08:57:39
11
lailalavendor
Laila :
เซรั่มของเชนใช้ดี สต็อกเอาไว้ 2 ขวดแล้ว
2025-11-12 09:41:19
23
mena.k67
Waru :
ปกติจะไม่รอดูใครเลย แต่เมื่อคืนนี้รอคุณเชนจนจบไลด์เลย ค่ะ 😅😅😅
2025-11-12 13:53:35
11
shatou.luvv
momo :
เฉพาะพี่เชนได้ยอดเท่าไรคับ
2025-11-12 10:32:04
3
nongfa83
น้องฟ้า :
รักเลย🥰
2025-11-14 12:35:03
0
nipornpimon79
💙Mini 迷你_79🌏🦖 :
จะอุดหนุนเรื่อยๆนะคะ🥰🥰
2025-11-13 05:04:34
0
torkrph
ToRKRPH :
ซัพพอร์ต กันและกัน 😊
2025-11-13 08:58:04
0
manutsanun.m
Manutsanun.M🤠 :
✌️สุดยอดครับ🥰
2025-11-12 09:50:22
0
nacha_zapza
Nacha natacha :
เซรั่มใช้ดี
2025-11-12 09:22:57
1
amp..amp26
Amp..Amp👧🏻💕 :
น่ารักมากมากค่ะ 😍🥰🥰
2025-11-12 10:24:42
0
mei.li.168
Mei Li(เหม่ยลี่) 168 🤩🤩🤩 :
สู้ๆค่ะเป็นกำลังใจให้นะคะ
2025-11-12 22:06:37
0
sukanya_online
สุกัญญา พามาชม :
ครั้งที่ 2 มีพลังเต็ม😊
2025-11-13 00:47:44
0
nootcha168
nootchanart :
พิกัดเสื้อคะ
2025-11-12 09:36:18
0
nattanonchai
ณัฐนันท์ นันทนนท์ชัย :
ช่วยกันเพื่อน คนไทยยังไงก็ไม่ทิ้งกัน😂😂
2025-11-12 09:19:34
40
bee_paphatchaya
Bee.paphatchaya :
สิ่งที่เห็น คือ ความตั้งใจที่จะสู้
2025-11-12 16:44:40
4
punyavee259
ปันปันฮะ 🇹🇭✅️ :
น่ารักทุกคนจริงๆค่ะ ช่วยกันได้แบบน่ารักมาก
2025-11-12 11:11:08
11
tt_sp
สวยหาร2 :
เห็นคลิปพี่ทีไรยิ้มตลอดเลยค่ะ ไม่รู้ทำไม
2025-11-12 13:57:53
0
somin2531
U-FA Shop :
อบอุ่นหัวใจค่ะ ซัพพอตซึ่งกันและกัน
2025-11-12 13:39:34
0
user3304165230354
มะนาวสาวโสด :
เชรัมใช้ดีค่ะ
2025-11-12 13:49:37
0
jayanthi5455
Supha dedthai :
ใช้ดีค่ะ ใช่อยู่ได้มา2ขวด
2025-11-12 10:14:44
3
rungratjangsawang
Tumzaa :
คุณเชนดีขึ้นจากเทศกาลเจนนี่ค่ะ อันนี้คือเรื่องจริง สนันสนุนคูณเชนตลอดปัยค่ะ
2025-11-14 05:05:49
0
pompampani
E' ป้า :
บูมสุดมาก
2025-11-12 10:11:16
1
789gn19
ดา-ด้า🥃💝🐳🐲🐹🤟 :
สนุกมากคะ
2025-11-12 09:21:50
0
To see more videos from user @chaintanatiktok, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Kadang Tragedi tak lahir dari Kebencian, Tapi dari Cinta yang Gagal menemukan cara untuk Tenang. —   Tak ada satu pun jiwa yang siap menyaksikan darah menggenang diantara dinding rumahnya sendiri. Tak ada hati yang mampu menanggung beban ketika tangan yang seharusnya melindungi justru menjadi alat mencabut nyawa.  Namun, begitulah tragedi yang mengoyak tenang pagi di Desa Talang Empat, Kecamatan Karang Tinggi, Bengkulu Tengah — sebuah kisah getir yang menelanjangi sisi paling gelap dari amarah manusia. Rabu pagi (5/11/2025), di rumah sederhana seorang petani bernama Sa (52), kehidupan berubah menjadi duka abadi. Pertengkaran sepele — hanya tentang ponsel, teguran, dan rasa kesal — menjelma menjadi tragedi berdarah antara ayah tiri dan anak sambungnya sendiri.  Sebilah parang yang mestinya untuk bekerja di ladang, kini menjadi saksi bisu betapa mudahnya batas antara kasih dan benci runtuh dalam sekejap. Korban, yang masih muda dan keras kepala, sempat menyerang terlebih dahulu. Namun, dalam amarah yang membutakan, Sa membalas dengan satu tebasan yang mengakhiri hidup anak sambung yang seharusnya ia rawat dan bimbing. Leher yang terluka, tubuh yang tersungkur, dan isak seorang ibu yang memecah sunyi—semuanya menjadi puing-puing penyesalan yang tak bisa ditarik kembali. Kini, rumah itu tak lagi sama. Dindingnya menyimpan gema pertengkaran terakhir yang tak akan pernah usai. Polisi telah datang, barang bukti telah diamankan, dan hukum mulai bekerja dalam jalannya yang pasti: pasal demi pasal, berkas demi berkas, menuju meja pengadilan. Pelaku kini menjadi tersangka, dan proses hukum harus ditegakkan. Karena di hadapan hukum, darah tetaplah darah — entah mengalir dari musuh, anak, atau saudara sendiri. Namun dibalik pasal-pasal dingin itu, tersisa pertanyaan yang tak mudah dijawab: Keadilan seperti apakah yang akan menebus luka ini? Apakah keadilan cukup dengan hukuman, ketika penyesalan telah membunuh lebih dalam dari vonis itu sendiri? Tragedi Talang Empat bukan sekadar perkara pidana. Ia adalah cermin tentang rapuhnya kendali manusia terhadap amarah, tentang keluarga yang gagal berdialog, dan tentang kasih sayang yang berubah menjadi bencana. Kini, para wakil Tuhan di ruang sidang kelak akan dihadapkan pada dilema yang sunyi: menegakkan hukum, atau menimbang rasa. Sebab di balik semua itu, ada jiwa yang kehilangan arah, ada seorang ibu yang kehilangan dua orang yang ia cintai sekaligus—anak di liang, suami di penjara. Dan kita, sebagai manusia, hanya bisa menunduk, menyadari bahwa kadang tragedi tak lahir dari kebencian, tapi dari cinta yang gagal menemukan cara untuk tenang. (Cik)  #tragediayahtiri #tragediayahsambung #bengkulutengah #subandi #polresbengkulutengah
Kadang Tragedi tak lahir dari Kebencian, Tapi dari Cinta yang Gagal menemukan cara untuk Tenang. — Tak ada satu pun jiwa yang siap menyaksikan darah menggenang diantara dinding rumahnya sendiri. Tak ada hati yang mampu menanggung beban ketika tangan yang seharusnya melindungi justru menjadi alat mencabut nyawa. Namun, begitulah tragedi yang mengoyak tenang pagi di Desa Talang Empat, Kecamatan Karang Tinggi, Bengkulu Tengah — sebuah kisah getir yang menelanjangi sisi paling gelap dari amarah manusia. Rabu pagi (5/11/2025), di rumah sederhana seorang petani bernama Sa (52), kehidupan berubah menjadi duka abadi. Pertengkaran sepele — hanya tentang ponsel, teguran, dan rasa kesal — menjelma menjadi tragedi berdarah antara ayah tiri dan anak sambungnya sendiri. Sebilah parang yang mestinya untuk bekerja di ladang, kini menjadi saksi bisu betapa mudahnya batas antara kasih dan benci runtuh dalam sekejap. Korban, yang masih muda dan keras kepala, sempat menyerang terlebih dahulu. Namun, dalam amarah yang membutakan, Sa membalas dengan satu tebasan yang mengakhiri hidup anak sambung yang seharusnya ia rawat dan bimbing. Leher yang terluka, tubuh yang tersungkur, dan isak seorang ibu yang memecah sunyi—semuanya menjadi puing-puing penyesalan yang tak bisa ditarik kembali. Kini, rumah itu tak lagi sama. Dindingnya menyimpan gema pertengkaran terakhir yang tak akan pernah usai. Polisi telah datang, barang bukti telah diamankan, dan hukum mulai bekerja dalam jalannya yang pasti: pasal demi pasal, berkas demi berkas, menuju meja pengadilan. Pelaku kini menjadi tersangka, dan proses hukum harus ditegakkan. Karena di hadapan hukum, darah tetaplah darah — entah mengalir dari musuh, anak, atau saudara sendiri. Namun dibalik pasal-pasal dingin itu, tersisa pertanyaan yang tak mudah dijawab: Keadilan seperti apakah yang akan menebus luka ini? Apakah keadilan cukup dengan hukuman, ketika penyesalan telah membunuh lebih dalam dari vonis itu sendiri? Tragedi Talang Empat bukan sekadar perkara pidana. Ia adalah cermin tentang rapuhnya kendali manusia terhadap amarah, tentang keluarga yang gagal berdialog, dan tentang kasih sayang yang berubah menjadi bencana. Kini, para wakil Tuhan di ruang sidang kelak akan dihadapkan pada dilema yang sunyi: menegakkan hukum, atau menimbang rasa. Sebab di balik semua itu, ada jiwa yang kehilangan arah, ada seorang ibu yang kehilangan dua orang yang ia cintai sekaligus—anak di liang, suami di penjara. Dan kita, sebagai manusia, hanya bisa menunduk, menyadari bahwa kadang tragedi tak lahir dari kebencian, tapi dari cinta yang gagal menemukan cara untuk tenang. (Cik) #tragediayahtiri #tragediayahsambung #bengkulutengah #subandi #polresbengkulutengah

About