@acehworldtimes: BANDA ACEH — Pengamat Politik Aceh, Usman Lamreung, menilai pernyataan anggota DPR RI Benny K. Harman yang menyebut “sikit-sikit MoU Helsinki” dan mengajak Aceh “kembali ke NKRI” sebagai pernyataan yang tidak sensitif terhadap sejarah perjuangan dan proses perdamaian di Aceh. Menurut Usman, MoU Helsinki bukan sekadar dokumen politik, tetapi perjanjian damai yang mengakhiri puluhan tahun konflik bersenjata dan menutup penderitaan ribuan korban. Karena itu, ia menilai pernyataan Benny berpotensi melukai perasaan masyarakat Aceh. “MoU Helsinki adalah dasar perdamaian yang melahirkan kembali kepercayaan Aceh terhadap negara. Ketika ada pejabat nasional yang terkesan menyepelekan MoU, masyarakat tentu merasa harga dirinya disentuh,” kata Usman, Kamis 13 November 2025. Usman menilai pernyataan Benny yang meminta Aceh “tidak lagi bicara MoU, tetapi fokus pada pembangunan” tidak tepat dan berpotensi memperkeruh hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. “Kritik kepada elite lokal itu sah, tetapi penyampaiannya harus memperhatikan sensitivitas sejarah. Pernyataan seperti itu justru mengesankan bahwa pusat belum memahami makna rekonsiliasi,” ujarnya. Ia mengatakan sebagian masyarakat Aceh menafsirkan pernyataan tersebut sebagai bentuk pengabaian terhadap semangat perdamaian yang telah dibangun sejak 2005. “Aceh tidak butuh sindiran. Yang dibutuhkan adalah dukungan moral, keadilan, dan komitmen dalam memperkuat pembangunan,” tambah Usman. Usman juga mengingatkan bahwa MoU Helsinki menjadi dasar bagi mantan kombatan GAM menerima dan mengakui keutuhan NKRI. Karena itu, menjadikan MoU sebagai sesuatu yang “tidak perlu dibicarakan lagi” hanya akan membuka kembali luka lama. . Baca Selengkapnya di KBA. One

AWT

Open In TikTok:

Region: ID

Friday 14 November 2025 06:41:28 GMT