@eaddy_.9: #ClearShampoo #แชมพูเคลียร์ #แพ็คคู่สุดคุ้ม #โปร1แถม1 #พร้อมส่ง

นัทตี้ นัทตี้
นัทตี้ นัทตี้
Open In TikTok:
Region: TH
Friday 21 November 2025 15:03:57 GMT
21
0
0
1

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @eaddy_.9, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Direktur Eksekutif WALHI Sumut, Rianda Purba, menyebutkan setidaknya terdapat tujuh korporasi yang terindikasi menyebabkan kerusakan bentang alam Batang Toru.   “Kami mengindikasikan tujuh perusahaan sebagai pemicu kerusakan karena aktivitas eksploitatif yang membuka tutupan hutan Batang Toru,” kata dia melalui rilis pers pada Rabu (26/11/2025).  Perusahaan yang dimaksud:  1.⁠ ⁠PT Agincourt Resources – Tambang emas Martabe  2.⁠ ⁠PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) – PLTA Batang Toru  3.⁠ ⁠PT Pahae Julu Micro-Hydro Power – PLTMH Pahae Julu  4.⁠ ⁠PT SOL Geothermal Indonesia – Geothermal Taput  5.⁠ ⁠PT Toba Pulp Lestari Tbk (TPL) – Unit PKR di Tapanuli Selatan  6.⁠ ⁠PT Sago Nauli Plantation – Perkebunan sawit di Tapanuli Tengah  7.⁠ ⁠PTPN III Batang Toru Estate – Perkebunan sawit di Tapanuli Selatan  Ketujuhnya beroperasi di atau sekitar ekosistem Batang Toru, habitat orangutan Tapanuli, harimau Sumatera, tapir, dan spesies dilindungi lainnya.  Ia memaparkan sepanjang 2015–2024, ⁠PT Agincourt Resources telah mengurangi tutupan hutan dan lahan sekitar 300 hektare di DAS Batang Toru. Lokasi Tailing Management Facility (TMF) berada sangat dekat Sungai Aek Pahu yang mengaliri Desa Sumuran. Warga menyampaikan bahwa sejak beroperasinya PIT Ramba Joring, air sungai sering kali keruh saat musim hujan.  AMDAL PT Agincourt Resources menyebutkan memproduksi 6 juta ton emas per tahun, dan berencana meningkatkan kapasitas menjadi 7 juta ton dengan membuka 583 ha lahan baru untuk fasilitas tailing, termasuk penebangan 185.884 pohon. Penelusuran yang dilakukan Walhi menunjukkan sekitar 120 ha hutan telah sudah dibuka.  Pada dokumen itu sendiri mencantumkan berbagai risiko aktivitas mereka seperti ⁠perubahan pola aliran sungai, ⁠peningkatan limpasan, ⁠penurunan kualitas air, ⁠hilangnya vegetasi, dan ⁠rusaknya habitat satwa.  Proyek PLTA Batang Toru telah menyebabkan hilangnya lebih dari 350 ha tutupan hutan di sepanjang 13 km daerah sungai. Akibatnya terjadi gangguan fluktuasi debit sungai, sedimentasi tinggi akibat pembuangan limbah galian terowongan, dan pembangunan bendungan.   “Selain itu potensi polusi sungai bila limbah galian mengandung unsur beracun,” katanya.
Direktur Eksekutif WALHI Sumut, Rianda Purba, menyebutkan setidaknya terdapat tujuh korporasi yang terindikasi menyebabkan kerusakan bentang alam Batang Toru.  “Kami mengindikasikan tujuh perusahaan sebagai pemicu kerusakan karena aktivitas eksploitatif yang membuka tutupan hutan Batang Toru,” kata dia melalui rilis pers pada Rabu (26/11/2025). Perusahaan yang dimaksud: 1.⁠ ⁠PT Agincourt Resources – Tambang emas Martabe 2.⁠ ⁠PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) – PLTA Batang Toru 3.⁠ ⁠PT Pahae Julu Micro-Hydro Power – PLTMH Pahae Julu 4.⁠ ⁠PT SOL Geothermal Indonesia – Geothermal Taput 5.⁠ ⁠PT Toba Pulp Lestari Tbk (TPL) – Unit PKR di Tapanuli Selatan 6.⁠ ⁠PT Sago Nauli Plantation – Perkebunan sawit di Tapanuli Tengah 7.⁠ ⁠PTPN III Batang Toru Estate – Perkebunan sawit di Tapanuli Selatan Ketujuhnya beroperasi di atau sekitar ekosistem Batang Toru, habitat orangutan Tapanuli, harimau Sumatera, tapir, dan spesies dilindungi lainnya. Ia memaparkan sepanjang 2015–2024, ⁠PT Agincourt Resources telah mengurangi tutupan hutan dan lahan sekitar 300 hektare di DAS Batang Toru. Lokasi Tailing Management Facility (TMF) berada sangat dekat Sungai Aek Pahu yang mengaliri Desa Sumuran. Warga menyampaikan bahwa sejak beroperasinya PIT Ramba Joring, air sungai sering kali keruh saat musim hujan. AMDAL PT Agincourt Resources menyebutkan memproduksi 6 juta ton emas per tahun, dan berencana meningkatkan kapasitas menjadi 7 juta ton dengan membuka 583 ha lahan baru untuk fasilitas tailing, termasuk penebangan 185.884 pohon. Penelusuran yang dilakukan Walhi menunjukkan sekitar 120 ha hutan telah sudah dibuka. Pada dokumen itu sendiri mencantumkan berbagai risiko aktivitas mereka seperti ⁠perubahan pola aliran sungai, ⁠peningkatan limpasan, ⁠penurunan kualitas air, ⁠hilangnya vegetasi, dan ⁠rusaknya habitat satwa. Proyek PLTA Batang Toru telah menyebabkan hilangnya lebih dari 350 ha tutupan hutan di sepanjang 13 km daerah sungai. Akibatnya terjadi gangguan fluktuasi debit sungai, sedimentasi tinggi akibat pembuangan limbah galian terowongan, dan pembangunan bendungan.  “Selain itu potensi polusi sungai bila limbah galian mengandung unsur beracun,” katanya.

About