@myacr: sdah ckup kmrin skit #fype #tiktok #beranda

k
k
Open In TikTok:
Region: ID
Saturday 22 November 2025 00:18:42 GMT
14456
2601
5
91

Music

Download

Comments

4jid_stecuu.099
KEPO SIA :
karena trauma di bales skit ga adill ☹️☹️
2025-11-25 01:15:05
7
nabila_.318
Nabila :
ehhh, udhh cukup, nemenin, dia smpai balik kemaslalunya
2025-12-08 23:10:29
0
To see more videos from user @myacr, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

BADUNG TERANCAM KRISIS SAMPAH: SEMINYAK TUNJUKKAN JALAN KELUAR DI TENGAH PENUTUPAN TOTAL TPA SUWUNG BALIEXPRESS.ID —Penutupan permanen TPA Regional Suwung yang akan berlaku akhir Desember 2025 menjadi alarm keras bagi seluruh wilayah Bali, khususnya Badung dan Denpasar. Dengan dihentikannya operasional TPA terbesar di Pulau Dewata tersebut, pengelolaan sampah kini sepenuhnya kembali ke sumber. Tantangannya besar: 200 TPST-3R di Bali tidak berfungsi optimal, termasuk tiga unit di Denpasar. Namun, di tengah ancaman krisis sampah, TPST-3R Desa Adat Seminyak justru tampil sebagai contoh nyata bahwa pengelolaan sampah berbasis komunitas bisa menjadi solusi jangka panjang. Beroperasi sejak 2003 dan berdiri di lahan seluas 1.270 meter persegi, TPST-3R ini telah menjadi tulang punggung kebersihan kawasan wisata Seminyak. Dari Pantai Kumuh Menjadi Destinasi Ikonik Sebelum 2003, wajah Pantai Seminyak jauh dari indah. Bangunan liar bertebaran, sampah dibuang sembarangan, dan akses menuju pantai sangat terbatas. Kondisi ini menjadi ancaman serius bagi citra Bali di mata dunia. Semua berubah ketika Desa Adat Seminyak membangun TPST-3R dan bergabung dalam program Bali Beach Up pada 2007 bersama CCEP Indonesia. Kolaborasi besar itu mengubah lima pantai sepanjang 9,7 kilometer—Kuta, Seminyak, Legian, Kedonganan, dan Jimbaran—menjadi lebih bersih dan tertata. “Awalnya saya ajak para pedagang untuk ikut menata pantai. Prosesnya bertahap, tapi sekarang hasilnya bisa kita lihat,” ungkap I Komang Ruditha, Ketua TPST-3R Seminyak. Bekerja untuk Bali, Bukan Hanya untuk Seminyak Saat ini TPST-3R Seminyak menangani 1.865 pelanggan, termasuk 700 akomodasi pariwisata. Bahkan, karena tingginya permintaan, layanan mereka kini menjangkau hingga Legian, Banjar Segara, dan Kerobokan Selatan. Kapasitasnya terus diuji, terutama saat musim hujan dan high season, ketika volume sampah meningkat hingga 30 persen. Namun, berkat pemberdayaan 56 tenaga pengangkut, para ibu rumah tangga sebagai pemilah sampah, Karang Taruna, hingga mitra eksternal, mereka mampu bertahan dan berkembang. “Ini semua kerja bersama. Kami memberdayakan masyarakat agar mereka bisa mendapat penghasilan sekaligus menjaga lingkungan,” ujar Ruditha. Mengolah Sampah Jadi Cuan dan Manfaat Setiap hari, TPST-3R Seminyak mengolah 179 meter kubik sampah, menghasilkan 6–7 truk residu yang harus dikirim ke TPA. Menariknya, Desa Adat Seminyak mampu meraup Rp 3 miliar per tahun dari hasil pengolahan sampah—tanpa mengorbankan misi lingkungan. Mereka memilah 31 jenis sampah anorganik, mengirim PET ke Bekasi, kardus ke Situbondo, besi dan kaleng ke Surabaya. Harga jual sampah berubah layaknya kurs valuta, kata Ruditha. Uang hasil penjualan dipakai sepenuhnya untuk gaji pekerja, BBM truk, serta perawatan fasilitas. Bali Butuh Budaya Baru: Budaya Mengolah Sampah Dengan penutupan TPA Suwung, seluruh masyarakat Bali diimbau untuk memulai pengolahan sampah dari rumah, bukan hanya mengandalkan fasilitas besar. Ruditha menegaskan, pengolahan sampah bukan hanya soal teknis, tetapi tentang budaya: “Bali bertahan karena pariwisatanya, karena budayanya. Jadi sekarang, bagaimana kita memperlakukan sampah dengan baik itu harus jadi budaya.” Seruan Publik: Saatnya Bergerak Bersama Bali menghadapi masa kritis pengelolaan sampah. Namun, kisah TPST-3R Seminyak membuktikan bahwa komunitas lokal bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga pulau ini tetap bersih dan layak huni. Mari dukung upaya pilah sampah, perkuat peran TPST-3R, dan mulai kelola sampah dari rumah. Bali bersih adalah tanggung jawab kita bersama. #KoranBaliExpress #SampahBali #PenutupanTPASuwung #Badung #Denpasar #BaliBersih #kelolasampahdarirumah
BADUNG TERANCAM KRISIS SAMPAH: SEMINYAK TUNJUKKAN JALAN KELUAR DI TENGAH PENUTUPAN TOTAL TPA SUWUNG BALIEXPRESS.ID —Penutupan permanen TPA Regional Suwung yang akan berlaku akhir Desember 2025 menjadi alarm keras bagi seluruh wilayah Bali, khususnya Badung dan Denpasar. Dengan dihentikannya operasional TPA terbesar di Pulau Dewata tersebut, pengelolaan sampah kini sepenuhnya kembali ke sumber. Tantangannya besar: 200 TPST-3R di Bali tidak berfungsi optimal, termasuk tiga unit di Denpasar. Namun, di tengah ancaman krisis sampah, TPST-3R Desa Adat Seminyak justru tampil sebagai contoh nyata bahwa pengelolaan sampah berbasis komunitas bisa menjadi solusi jangka panjang. Beroperasi sejak 2003 dan berdiri di lahan seluas 1.270 meter persegi, TPST-3R ini telah menjadi tulang punggung kebersihan kawasan wisata Seminyak. Dari Pantai Kumuh Menjadi Destinasi Ikonik Sebelum 2003, wajah Pantai Seminyak jauh dari indah. Bangunan liar bertebaran, sampah dibuang sembarangan, dan akses menuju pantai sangat terbatas. Kondisi ini menjadi ancaman serius bagi citra Bali di mata dunia. Semua berubah ketika Desa Adat Seminyak membangun TPST-3R dan bergabung dalam program Bali Beach Up pada 2007 bersama CCEP Indonesia. Kolaborasi besar itu mengubah lima pantai sepanjang 9,7 kilometer—Kuta, Seminyak, Legian, Kedonganan, dan Jimbaran—menjadi lebih bersih dan tertata. “Awalnya saya ajak para pedagang untuk ikut menata pantai. Prosesnya bertahap, tapi sekarang hasilnya bisa kita lihat,” ungkap I Komang Ruditha, Ketua TPST-3R Seminyak. Bekerja untuk Bali, Bukan Hanya untuk Seminyak Saat ini TPST-3R Seminyak menangani 1.865 pelanggan, termasuk 700 akomodasi pariwisata. Bahkan, karena tingginya permintaan, layanan mereka kini menjangkau hingga Legian, Banjar Segara, dan Kerobokan Selatan. Kapasitasnya terus diuji, terutama saat musim hujan dan high season, ketika volume sampah meningkat hingga 30 persen. Namun, berkat pemberdayaan 56 tenaga pengangkut, para ibu rumah tangga sebagai pemilah sampah, Karang Taruna, hingga mitra eksternal, mereka mampu bertahan dan berkembang. “Ini semua kerja bersama. Kami memberdayakan masyarakat agar mereka bisa mendapat penghasilan sekaligus menjaga lingkungan,” ujar Ruditha. Mengolah Sampah Jadi Cuan dan Manfaat Setiap hari, TPST-3R Seminyak mengolah 179 meter kubik sampah, menghasilkan 6–7 truk residu yang harus dikirim ke TPA. Menariknya, Desa Adat Seminyak mampu meraup Rp 3 miliar per tahun dari hasil pengolahan sampah—tanpa mengorbankan misi lingkungan. Mereka memilah 31 jenis sampah anorganik, mengirim PET ke Bekasi, kardus ke Situbondo, besi dan kaleng ke Surabaya. Harga jual sampah berubah layaknya kurs valuta, kata Ruditha. Uang hasil penjualan dipakai sepenuhnya untuk gaji pekerja, BBM truk, serta perawatan fasilitas. Bali Butuh Budaya Baru: Budaya Mengolah Sampah Dengan penutupan TPA Suwung, seluruh masyarakat Bali diimbau untuk memulai pengolahan sampah dari rumah, bukan hanya mengandalkan fasilitas besar. Ruditha menegaskan, pengolahan sampah bukan hanya soal teknis, tetapi tentang budaya: “Bali bertahan karena pariwisatanya, karena budayanya. Jadi sekarang, bagaimana kita memperlakukan sampah dengan baik itu harus jadi budaya.” Seruan Publik: Saatnya Bergerak Bersama Bali menghadapi masa kritis pengelolaan sampah. Namun, kisah TPST-3R Seminyak membuktikan bahwa komunitas lokal bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga pulau ini tetap bersih dan layak huni. Mari dukung upaya pilah sampah, perkuat peran TPST-3R, dan mulai kelola sampah dari rumah. Bali bersih adalah tanggung jawab kita bersama. #KoranBaliExpress #SampahBali #PenutupanTPASuwung #Badung #Denpasar #BaliBersih #kelolasampahdarirumah

About