@sfir_9:

s
s
Open In TikTok:
Region: ID
Saturday 22 November 2025 11:11:35 GMT
95
4
0
2

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @sfir_9, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang seharusnya membuat anak-anak sekolah makin sehat, malah bikin mereka antre di instalasi gawat darurat rumah sakit. Sebanyak 52 siswa SMPN 1 Laguboti dan 2 orang petugas MBG dilarikan ke rumah sakit karena diduga keracunan makanan bergizi gratis yang disajikan siang tadi, Rabu (15/10/2025). Ironisnya, dari total 54 korban, 23 orang harus dirawat di RSU HKBP Balige, dan 31 lainnya di RSUD Porsea. Menu yang disebut “bergizi” itu ternyata cukup “ampuh” membuat puluhan anak tumbang nyaris bersamaan. Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Toba, Mangapul Pardede, mengatakan pihaknya masih menyelidiki penyebab pasti. Namun yang pasti, anak-anak mengalami gejala klasik: mual, nyeri perut, sesak, hingga pusing. “Anak-anak kita sedang dirawat di dua rumah sakit. Secara umum gejalanya sama, sakit perut dan sesak,” katanya — pernyataan yang terdengar biasa untuk kasus yang sebenarnya luar biasa. Salah satu siswa, Maksi Siahaan, bahkan dengan polos menceritakan menu yang membuatnya tumbang. “Ayam asam manis, sayur rebus, semangka. Makan jam setengah 12, sakit jam 1 lewat,” ujarnya lemas dari ranjang rumah sakit. Kalau diingat, program Makan Bergizi Gratis ini baru berjalan tiga hari di sekolah tersebut. Artinya, belum seminggu jalan, tapi sudah “menguji daya tahan tubuh” para siswa. Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Toba, Siti Nuraya Sirait, memastikan semua korban ditangani, meskipun sebagian belum terdaftar BPJS. “Kita layani dulu, urusan administrasi nanti,” katanya. Sebuah kalimat penyelamat yang seolah sudah menjadi SOP setiap ada program yang berubah jadi bencana. Dari data terakhir, 5 siswa di RSU HKBP dan 5 siswa di RSUD Porsea harus dirawat inap, sementara puluhan lainnya masih di IGD menunggu pulih. Tapi, dari semua yang dirawat, mungkin yang paling butuh penyembuhan bukan cuma perut para siswa, tapi juga kepercayaan publik terhadap kualitas program bergizi ini. Sekretaris Daerah Kabupaten Toba, Augus Sitorus, turun langsung ke rumah sakit meninjau korban. Pemerintah pun buru-buru menggelar rapat terbatas di Kantor Bupati — mungkin bukan untuk mencari siapa yang salah, tapi siapa yang nanti diminta minta maaf. Sementara itu, dapur penyedia MBG, SPPG Pardomuan Nauli, sudah “dinonaktifkan sementara” untuk evaluasi. Tapi publik bertanya-tanya, evaluasi apa yang dibutuhkan lagi, kalau fakta di lapangan sudah berbicara: makanan gratisnya bikin krisis. Program yang katanya untuk menyehatkan anak bangsa ini, justru jadi lelucon pahit di meja makan. Sehatnya belum terasa, tapi efek sampingnya sudah masuk berita.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang seharusnya membuat anak-anak sekolah makin sehat, malah bikin mereka antre di instalasi gawat darurat rumah sakit. Sebanyak 52 siswa SMPN 1 Laguboti dan 2 orang petugas MBG dilarikan ke rumah sakit karena diduga keracunan makanan bergizi gratis yang disajikan siang tadi, Rabu (15/10/2025). Ironisnya, dari total 54 korban, 23 orang harus dirawat di RSU HKBP Balige, dan 31 lainnya di RSUD Porsea. Menu yang disebut “bergizi” itu ternyata cukup “ampuh” membuat puluhan anak tumbang nyaris bersamaan. Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan Toba, Mangapul Pardede, mengatakan pihaknya masih menyelidiki penyebab pasti. Namun yang pasti, anak-anak mengalami gejala klasik: mual, nyeri perut, sesak, hingga pusing. “Anak-anak kita sedang dirawat di dua rumah sakit. Secara umum gejalanya sama, sakit perut dan sesak,” katanya — pernyataan yang terdengar biasa untuk kasus yang sebenarnya luar biasa. Salah satu siswa, Maksi Siahaan, bahkan dengan polos menceritakan menu yang membuatnya tumbang. “Ayam asam manis, sayur rebus, semangka. Makan jam setengah 12, sakit jam 1 lewat,” ujarnya lemas dari ranjang rumah sakit. Kalau diingat, program Makan Bergizi Gratis ini baru berjalan tiga hari di sekolah tersebut. Artinya, belum seminggu jalan, tapi sudah “menguji daya tahan tubuh” para siswa. Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Toba, Siti Nuraya Sirait, memastikan semua korban ditangani, meskipun sebagian belum terdaftar BPJS. “Kita layani dulu, urusan administrasi nanti,” katanya. Sebuah kalimat penyelamat yang seolah sudah menjadi SOP setiap ada program yang berubah jadi bencana. Dari data terakhir, 5 siswa di RSU HKBP dan 5 siswa di RSUD Porsea harus dirawat inap, sementara puluhan lainnya masih di IGD menunggu pulih. Tapi, dari semua yang dirawat, mungkin yang paling butuh penyembuhan bukan cuma perut para siswa, tapi juga kepercayaan publik terhadap kualitas program bergizi ini. Sekretaris Daerah Kabupaten Toba, Augus Sitorus, turun langsung ke rumah sakit meninjau korban. Pemerintah pun buru-buru menggelar rapat terbatas di Kantor Bupati — mungkin bukan untuk mencari siapa yang salah, tapi siapa yang nanti diminta minta maaf. Sementara itu, dapur penyedia MBG, SPPG Pardomuan Nauli, sudah “dinonaktifkan sementara” untuk evaluasi. Tapi publik bertanya-tanya, evaluasi apa yang dibutuhkan lagi, kalau fakta di lapangan sudah berbicara: makanan gratisnya bikin krisis. Program yang katanya untuk menyehatkan anak bangsa ini, justru jadi lelucon pahit di meja makan. Sehatnya belum terasa, tapi efek sampingnya sudah masuk berita.

About