@benkemashurie: Dalam rumah besar Nahdlatul Ulama, sejarah selalu bergerak seperti air: mengalir, membawa hikmah dan luka, menyimpan kisah yang kerap lebih rumit daripada penilaian manusia. Di dalam arus itu, nama KH Miftahul Akhyar berdiri sebagai Rais Aam dengan kharisma kesederhanaan dan wibawa keulamaan. Akan tetapi, sebagaimana manusia yang dikaruniai rasa, kehendak, dan jejak perjalanan panjang, beliau juga memikul sejarah yang oleh sebagian kalangan dianggap kontroversial dalam dinamika kepemimpinan organisasi. Tahun 2000, cerita tentang pergantian drastis di PCNU Surabaya mulai menorehkan babak baru. Delapan tahun kemudian, 2008, gelombang perubahan di PWNU Jawa Timur kembali menyeruak saat kepemimpinan lama digantikan. Tahun 2023, badai itu datang lagi ketika PWNU Jawa Timur mengalami pergantian struktural yang mengundang tanya di berbagai kalangan. Kini, pada 2025, sebagian pihak memandang ada potensi babak lanjutan dari konsistensi pola yang sama: tekanan moral kepada KH Yahya Cholil Staquf, ketua umum PBNU, untuk digeser sebelum waktunya. Namun perlu ditegaskan: sejarah tidak pernah tunggal. Semua peristiwa memiliki ruang tafsir, konteks, dan motif yang tak selalu terlihat di permukaan. Para ulama besar tidak pernah bebas dari kritik, tetapi mereka juga tidak layak diposisikan sebagai karikatur ambisi belaka. Di balik setiap keputusan, ada keyakinan, ada rasa tanggung jawab, ada tafsir terhadap maslahat. Dan dalam wilayah itulah, manusia diuji. Meski begitu, di tengah riuh rendah tafsir politik internal, kita tetap berhak mengingatkan diri: kekuasaan bukan hanya tentang kemampuan mengambil alih, tetapi juga tentang kapasitas menahan diri. Di titik ini, pesan para pendiri NU kembali menegakkan cahayanya. Kita semua mengingat nasihat yang terus diulang dari generasi ke generasi: “Kita terlihat baik karena aib kita ditutup oleh Allah SWT. Mengapa kita harus membukanya sendiri?” Petuah itu bukan sekadar kalimat, melainkan pagar moral bagi siapa pun yang memegang amanah organisasi sebesar NU. Dalam muqaddimah Qanun Asasi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari mengingatkan: “NU itu memperbaiki dan menyantuni.” Bukan menyingkirkan, bukan meruntuhkan, bukan mematahkan. Gus Dur pun pernah menjelaskan fondasi NU: fiqih. Karena itu, para Rais Syuriyah dari masa ke masa adalah ahli fiqih. Mereka yang memelihara keseimbangan antara hukum dan rahmat. Ada nama Hadlrotus Syaikh Hasyim Asy’ari, Mbah Bisri Syansuri, Mbah Wahab Chasbullah, Mbah Ali Maksum, Mbah Ahmad Shiddiq, hingga Mbah Sahal Mahfudz dan Kiai Ma’ruf Amin. Mereka menjaga NU spt menjaga cahaya: bukan dengan menguasai api, ttp dengan memastikan lilin tidak padam. Maka sungguh ironis bila dlm tradisi sebesar ini, muncul langkah-langkah yg terkesan tergesa, apalagi bila dipandang “tidak konstitusional”, sebagaimana kekhawatiran yang kini muncul terkait sikap Rais Aam yang disebut-sebut dipengaruhi oleh dorongan Sekjen PBNU. Namun renungan ini bukan untuk menghakimi, melainkan untuk mengingatkan bahwa jabatan di NU tidak pernah diperuntukkan bagi perebutan kursi, melainkan perjuangan menyelamatkan martabat umat. Kekuasaan memang menggoda. Tetapi NU berdiri bukan karena kemenangan politik, melainkan karena keteguhan akhlak. Jika benar ada niat melengserkan, jika benar ada penafsiran yang menyimpang dari ruh konstitusi, maka itu bukan hanya persoalan organisasi, tetapi persoalan batin: apakah kita masih setia pada pesan para pendiri? Di hadapan sejarah, semua tokoh, bahkan ulama, akan diuji. Namun kemuliaan seseorang tidak diukur dari apakah ia pernah salah, melainkan dari apakah ia mampu kembali kepada adab. Dan NU, dengan segala cahaya warisan para masyayikh, selalu memanggil kita pulang ke satu prinsip: memperbaiki, bukan merusak; mengayomi, bukan menyingkirkan; menuntun, bukan menekan. Semoga semua pihak, baik Rais Aam, Ketum PBNU, para pengurus, maupun jamaah, dianugerahi kejernihan hati agar NU tetap menjadi rumah besar yang sejuk, bukan gelanggang perebutan kekuasaan. Insya Allah. #nu #pbnu #@yahyacholilstaquf_
Benke Mashurie
Region: ID
Monday 24 November 2025 05:10:43 GMT
Music
Download
Comments
az zahrah :
saya ketika mendengar ini...sangat sedih kenapa ini terjadi di jantung PBNU...berarti ada bxk jiwa yang tak sehat seho muncul peristiwa spt ini...saya hanya mendoakan semoga Allah tetap menjaga keutuhan NU meskipun ada bxk gempuran dari segala arah
2025-11-24 06:01:33
1
To see more videos from user @benkemashurie, please go to the Tikwm
homepage.