@rabeya.akther531:

md Abdullah Khan
md Abdullah Khan
Open In TikTok:
Region: BD
Friday 28 November 2025 17:35:07 GMT
98
2
0
1

Music

Download

Comments

There are no more comments for this video.
To see more videos from user @rabeya.akther531, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

🌕📜 Bagian XXXIX – “Sang Hyang Tattwa Dewa–Bhatara: Para Penjaga Arah, Dewa Pusat, dan Hierarki Alam Ilahi dalam Kosmologi Bali” (lanjutan dari “Sang Hyang Tattwa Bhūta–Kala: Penjaga Wilayah dan Energi Gelap Alam”) Dalam ajaran Sang Hyang Tattwa Dewa, para Dewa—atau Bhatara—bukan sekadar makhluk angkasa yang berjubah cahaya. Mereka adalah pancaran kesadaran Siwa, bagian-bagian dari satu tubuh kosmik yang mengatur arah, elemen, waktu, karma, dan ritme hidup manusia. Lontar menegaskan bahwa Dewa adalah cahaya yang bekerja tanpa henti, menjaga keseimbangan di Bhuana Agung dan memantulkan dirinya di Bhuana Alit. “Dewa sira cahya, bhatara sira wisesa ring jagat.” (Dewa adalah cahaya; Bhatara penguasa cahaya dunia.) — Dewa Tattwa Nirmala Loka-loka tempat para Dewa bermukim berlapis seperti anak tangga kesadaran. Swah Loka dihuni dewa-dewa penjuru; Mahar Loka adalah alam para resi; Jana Loka tempat lahirnya energi baru; Tapa Loka adalah sunya bagi para dewa tapa-brata; dan Satya/Siwaloka adalah pusat semua cahaya. Atma yang telah terang naik ke tingkatan ini sesuai kemurniannya. Inti kosmologi para Dewa terwujud dalam Nawa Sanga, sembilan penjuru yang dipenuhi warna, aksara, tattwa, dan kualitas batin. Di timur bersemayam Iswara yang berwarna putih, lambang kesadaran; di selatan menyala Brahma dengan merah api kehidupan; di barat Mahadewa memancarkan kuning stabilitas; di utara Wisnu yang hitam lembut membawa kesembuhan dan air. Penjuru-penjuru lain—Maheswara, Rudra, Sangkara, Sambhu—melengkapi lingkaran ini dan di pusatnya Siwa, pelangi abadi yang mempersatukan seluruh cahaya. “Nawa sanga ngaran sang hyang mapingid ring sang kerti jagat.” (Nawa Sanga adalah sembilan cahaya penjaga dunia.) Dalam tubuh manusia, mandala ini tercermin sempurna. Ubun-ubun adalah takhta Iswara, pusat Brahma ada di pusar, jantung menjadi pura Wisnu, dahi adalah tempat Sambhu membisikkan intuisi, dan di ruang terdalam Anahata, Siwa bersemayam sebagai sunya. Tubuh manusia dengan sembilan gerbangnya disebut pura jro, pura hidup tempat cahaya turun dan naik. Setiap manusia juga berada dalam bimbingan satu Guru Niswa, dewa yang menjadi penuntun halus berdasarkan weton dan wariga kelahirannya. Ia hadir sebagai intuisi, firasat, kedamaian, atau mimpi yang memberi arah. “Dewa guru ngingetin jīwa, mangaran sang hyang wening ring ati.” (Dewa guru membimbing lewat keheningan hati.) Para Dewa menjalankan peran besar dalam menjaga bumi: Wisnu memelihara air dan penyembuhan; Brahma menjaga api dan semangat hidup; Mahadewa menata tanah dan karma; Sambhu meluruskan nadi halus; Rudra mengguncang untuk menyembuhkan; dan Siwa menjaga pusat segala kehidupan. Struktur kosmos bekerja seperti lapisan-lapisan halus: Siwa → Nawa Sanga → Kanda Pat → Kala-Pat → Bhūta-Kala → manusia. Di tengah struktur inilah manusia berdiri sebagai titik temu antara cahaya dan bayangan. “Wong sang tengahing jagat; dewa ring luhur, bhuta ring tebih.” (Manusia adalah pusat jagat.) Lontar-lontar Bali melihat manusia bukan makhluk lemah, tetapi bayi cahaya para Dewa, yang tugasnya menjaga dharma agar jagat tetap seimbang. Pada suatu malam di Pura Penegil Dharma, seorang resi melihat sembilan cahaya turun membentuk mandala berputar. Ia berkata pelan, “Mereka tidak pernah jauh… mereka selalu berada dalam diri manusia.” 🌗 Siap melanjutkan ke Bagian XL – “Sang Hyang Tattwa Pitara: Leluhur Suci, Perjalanan Roh, dan Hubungannya dengan Atma–Sukma–Dewa”? #fyp #foryou #kebangkitannusantara #kebangkitanspiritual
🌕📜 Bagian XXXIX – “Sang Hyang Tattwa Dewa–Bhatara: Para Penjaga Arah, Dewa Pusat, dan Hierarki Alam Ilahi dalam Kosmologi Bali” (lanjutan dari “Sang Hyang Tattwa Bhūta–Kala: Penjaga Wilayah dan Energi Gelap Alam”) Dalam ajaran Sang Hyang Tattwa Dewa, para Dewa—atau Bhatara—bukan sekadar makhluk angkasa yang berjubah cahaya. Mereka adalah pancaran kesadaran Siwa, bagian-bagian dari satu tubuh kosmik yang mengatur arah, elemen, waktu, karma, dan ritme hidup manusia. Lontar menegaskan bahwa Dewa adalah cahaya yang bekerja tanpa henti, menjaga keseimbangan di Bhuana Agung dan memantulkan dirinya di Bhuana Alit. “Dewa sira cahya, bhatara sira wisesa ring jagat.” (Dewa adalah cahaya; Bhatara penguasa cahaya dunia.) — Dewa Tattwa Nirmala Loka-loka tempat para Dewa bermukim berlapis seperti anak tangga kesadaran. Swah Loka dihuni dewa-dewa penjuru; Mahar Loka adalah alam para resi; Jana Loka tempat lahirnya energi baru; Tapa Loka adalah sunya bagi para dewa tapa-brata; dan Satya/Siwaloka adalah pusat semua cahaya. Atma yang telah terang naik ke tingkatan ini sesuai kemurniannya. Inti kosmologi para Dewa terwujud dalam Nawa Sanga, sembilan penjuru yang dipenuhi warna, aksara, tattwa, dan kualitas batin. Di timur bersemayam Iswara yang berwarna putih, lambang kesadaran; di selatan menyala Brahma dengan merah api kehidupan; di barat Mahadewa memancarkan kuning stabilitas; di utara Wisnu yang hitam lembut membawa kesembuhan dan air. Penjuru-penjuru lain—Maheswara, Rudra, Sangkara, Sambhu—melengkapi lingkaran ini dan di pusatnya Siwa, pelangi abadi yang mempersatukan seluruh cahaya. “Nawa sanga ngaran sang hyang mapingid ring sang kerti jagat.” (Nawa Sanga adalah sembilan cahaya penjaga dunia.) Dalam tubuh manusia, mandala ini tercermin sempurna. Ubun-ubun adalah takhta Iswara, pusat Brahma ada di pusar, jantung menjadi pura Wisnu, dahi adalah tempat Sambhu membisikkan intuisi, dan di ruang terdalam Anahata, Siwa bersemayam sebagai sunya. Tubuh manusia dengan sembilan gerbangnya disebut pura jro, pura hidup tempat cahaya turun dan naik. Setiap manusia juga berada dalam bimbingan satu Guru Niswa, dewa yang menjadi penuntun halus berdasarkan weton dan wariga kelahirannya. Ia hadir sebagai intuisi, firasat, kedamaian, atau mimpi yang memberi arah. “Dewa guru ngingetin jīwa, mangaran sang hyang wening ring ati.” (Dewa guru membimbing lewat keheningan hati.) Para Dewa menjalankan peran besar dalam menjaga bumi: Wisnu memelihara air dan penyembuhan; Brahma menjaga api dan semangat hidup; Mahadewa menata tanah dan karma; Sambhu meluruskan nadi halus; Rudra mengguncang untuk menyembuhkan; dan Siwa menjaga pusat segala kehidupan. Struktur kosmos bekerja seperti lapisan-lapisan halus: Siwa → Nawa Sanga → Kanda Pat → Kala-Pat → Bhūta-Kala → manusia. Di tengah struktur inilah manusia berdiri sebagai titik temu antara cahaya dan bayangan. “Wong sang tengahing jagat; dewa ring luhur, bhuta ring tebih.” (Manusia adalah pusat jagat.) Lontar-lontar Bali melihat manusia bukan makhluk lemah, tetapi bayi cahaya para Dewa, yang tugasnya menjaga dharma agar jagat tetap seimbang. Pada suatu malam di Pura Penegil Dharma, seorang resi melihat sembilan cahaya turun membentuk mandala berputar. Ia berkata pelan, “Mereka tidak pernah jauh… mereka selalu berada dalam diri manusia.” 🌗 Siap melanjutkan ke Bagian XL – “Sang Hyang Tattwa Pitara: Leluhur Suci, Perjalanan Roh, dan Hubungannya dengan Atma–Sukma–Dewa”? #fyp #foryou #kebangkitannusantara #kebangkitanspiritual

About