@lmsy0410: Sonya bubu 🤣🤣@sonya #sonyasarann #sonyasaranphat #lmsy

Alastor.
Alastor.
Open In TikTok:
Region: US
Tuesday 02 December 2025 14:01:23 GMT
70671
17216
107
678

Music

Download

Comments

choniicsx
𝐂𝐡𝐨𝐧𝐢𝐢𝐜𝐬𝐱 :
2025-12-03 21:53:08
1278
luuvx.com
Luu ← :
Sonya
2025-12-05 00:45:11
78
333blue4
Thewalkinggreekjoke :
Sonyabubu 😭
2025-12-04 00:37:36
870
miramonstra
Francine Miramontes :
🤣🤣🤣 Her reactions are priceless
2025-12-03 03:17:12
139
mirian_ccyc
𝖒𝖎𝖗𝖎𝖆𝖓 :
Tiene la cara de sonya?
2025-12-03 22:50:56
73
cynthianues
Cynthia 🇩🇴 :
😭🤣🤣her face!
2025-12-05 13:44:13
1
angel_anjinha97
angelpugliese4 :
"sonyabubu" 🥰🥰🥰🥰onwwwwww
2025-12-04 21:40:56
12
idle00korm_5201314530
^秋奈🐷🐶^(夢過我愛的人版) :
真的好可愛
2025-12-05 08:39:05
1
juraganbayem03
sawadikap_phi :
nyangka gak lo son
2025-12-05 01:28:05
12
alpii_neww
A🦁 :
dia ni lucu bngt, gemess 😖😖🤏
2025-12-04 01:19:58
43
catjayns
mulher de presa 💞🔒 :
A CARA DELA RO RINDO
2025-12-05 03:14:46
3
saragallo_07
Sara Gallo :
Sonya:
2025-12-05 06:52:27
10
ana_padovanii
ana_padovanii :
2025-12-05 12:45:27
0
erica_espinola
Erica Espinola :
jajajjaja es tan lindaa
2025-12-04 03:35:18
14
millenapires7
Mih ❤️‍🔥 :
eu quero um sonyabubu🥺
2025-12-05 03:02:26
1
egle...8
Egle :
Sonya hahahahah
2025-12-04 01:55:11
159
yurrikaaaa19
ŸüŕïķãÐëvän̈ÿäF :
" sonya bubu " ceunah🤣🤣🤣
2025-12-04 15:48:40
3
naranarape
Peeroro :
I really like it when Sonya interacts with her fans, she’s very friendly and delightful😊
2025-12-04 11:25:32
24
na_skyy05
skyyy :
sonyabubu lucuu bangett ihh cewee😭🥰
2025-12-04 07:43:44
4
imn0t_mad
mad :
2025-12-05 06:22:47
1
ka._.lol._
️ :
2025-12-05 10:01:24
1
ale_gap
𝘼. :
Sonya:
2025-12-04 19:50:30
1
dusklorex
dusklorex :
dia mirip banget sama kamari coy😭
2025-12-04 16:25:46
3
tejadagrey
Grey :
💖Sonyabubu💖 tan tierna
2025-12-04 21:55:34
2
pat.s_heart
Pat.s_heart :
"labubu✨️💖🥰... SONYABUBU🤔🤔 SONYA >BU BU<😨😳"
2025-12-04 22:31:18
1
To see more videos from user @lmsy0410, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

BENCANA KEPEMIMPINAN BERAWAL DARI PEMILU AMPLOP (Bencana Pemimpin Amplop Bagi Warga Amplop) Oleh: Engran Silalahi  Mari kita bicara apa adanya, tanpa bedak, tanpa polesan, tanpa sensor: Bencana yang menewaskan ribuan rakyat Sumatera hari ini bukan hanya karena langit pecah. Ini sejatinya buah busuk dari demokrasi amplop. Ya, demokrasi amplop. Demokrasi yang katanya “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” - tapi pada praktiknya menjadi “dari amplop, oleh amplop, untuk amplop”. Sistem yang seharusnya memilih pemimpin berintegritas, berilmu, dan berwawasan, kini berubah menjadi pasar gelap politik, di mana masa depan bangsa dihargai setara uang bensin dan beras sekilo. Dan rakyat, yang hidupnya diperas keadaan, dan dimiskinkan oleh sistem, dipaksa memilih: menerima amplop atau tetap miskin.  Pilihannya bukan moral, tapi bertahan hidup. Mereka tidak salah - sistemnya yang busuk. Lalu setelah amplop berpindah tangan, rezekilah orang-orang yang duduk di kursi kekuasaan itu - bukan karena kompetensi, bukan karena integritas - tetapi karena mereka paling jago mengedarkan uang tunai sebelum hari pencoblosan. Inilah konsekuensinya: - Orang yang seharusnya mempelajari geografi malah sibuk mempelajari cara menang tender. - Orang yang seharusnya memahami mitigasi bencana malah sibuk menghafal teks klarifikasi. - Orang yang seharusnya membaca data BMKG malah membaca peluang kamera mana yang paling bagus untuk pencitraan. - Orang yang seharusnya menjaga hulu justru sibuk mengurus izin yang merusak hulu. Dan ketika bencana datang menghantam: kepemimpinan yang lahir dari amplop akan melahirkan kebijakan yang sebodoh amplop. Rakyat menjerit, pejabat sibuk klarifikasi. Rakyat hanyut, pejabat sibuk konferensi pers. Rakyat berduka, pejabat sibuk meralat ucapannya. Rakyat menunggu bantuan, pejabat sibuk cari sudut kamera terbaik untuk pencitraan. Rakyat mati, pejabat sibuk mengatur narasi agar tidak disalahkan. Ini bukan karikatur. Ini kenyataan. Inilah hasil demokrasi yang membiarkan uang sebagai tiket masuk kekuasaan: Pemilu amplop → Pemimpin amplop → Kebijakan amplop → Bencana kebijakan → Rakyat menjadi korban amplop. Dan yang lebih ironis: setiap lima tahun, siklus ini diulang lagi, seolah bangsa ini sedang menjalankan eksperimen sosial: “Seberapa jauh kita bisa hancur kalau dipimpin oleh orang yang salah?” Tidak peduli siapa presidennya, jika ia tetap menggunakan pejabat hasil transaksi politik, maka ia hanya mewarisi bencana kepemimpinan yang sudah dirintis sejak hari pertama demokrasi kita diperdagangkan. Kita wajib jujur: Bencana alam ini bisa dicegah, tapi bencana kepemimpinan tidak - selama Pemilu masih berbasis amplop. Dan sampai praktik politik amplop ini dihentikan, sampai rakyat bisa memilih tanpa harus digoda oleh kemiskinan yang sengaja dipelihara, sampai pemimpin dipilih karena kapasitas bukan karena cash amplop, maka setiap musim hujan adalah masa waspada, bukan pada badai, tetapi pada ketidakmampuan orang-orang yang dipilih melalui amplop untuk menghadapinya. Karena masalah utama negeri ini bukan cuaca, bukan sungai, bukan gunung, bukan curah hujan: Masalah utama negeri ini adalah pemimpin yang lahir dari amplop - dan amplop tidak pernah menghasilkan kapasitas untuk memimpin. #bencanakepemimpinan #pemiluamplop #pemimpinamplop @bnpb_indonesia @tvOnenews @Metro TV @infotabagsel @infosumut @bbcnewstotheworld @tvmalaysiachannels
BENCANA KEPEMIMPINAN BERAWAL DARI PEMILU AMPLOP (Bencana Pemimpin Amplop Bagi Warga Amplop) Oleh: Engran Silalahi Mari kita bicara apa adanya, tanpa bedak, tanpa polesan, tanpa sensor: Bencana yang menewaskan ribuan rakyat Sumatera hari ini bukan hanya karena langit pecah. Ini sejatinya buah busuk dari demokrasi amplop. Ya, demokrasi amplop. Demokrasi yang katanya “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” - tapi pada praktiknya menjadi “dari amplop, oleh amplop, untuk amplop”. Sistem yang seharusnya memilih pemimpin berintegritas, berilmu, dan berwawasan, kini berubah menjadi pasar gelap politik, di mana masa depan bangsa dihargai setara uang bensin dan beras sekilo. Dan rakyat, yang hidupnya diperas keadaan, dan dimiskinkan oleh sistem, dipaksa memilih: menerima amplop atau tetap miskin. Pilihannya bukan moral, tapi bertahan hidup. Mereka tidak salah - sistemnya yang busuk. Lalu setelah amplop berpindah tangan, rezekilah orang-orang yang duduk di kursi kekuasaan itu - bukan karena kompetensi, bukan karena integritas - tetapi karena mereka paling jago mengedarkan uang tunai sebelum hari pencoblosan. Inilah konsekuensinya: - Orang yang seharusnya mempelajari geografi malah sibuk mempelajari cara menang tender. - Orang yang seharusnya memahami mitigasi bencana malah sibuk menghafal teks klarifikasi. - Orang yang seharusnya membaca data BMKG malah membaca peluang kamera mana yang paling bagus untuk pencitraan. - Orang yang seharusnya menjaga hulu justru sibuk mengurus izin yang merusak hulu. Dan ketika bencana datang menghantam: kepemimpinan yang lahir dari amplop akan melahirkan kebijakan yang sebodoh amplop. Rakyat menjerit, pejabat sibuk klarifikasi. Rakyat hanyut, pejabat sibuk konferensi pers. Rakyat berduka, pejabat sibuk meralat ucapannya. Rakyat menunggu bantuan, pejabat sibuk cari sudut kamera terbaik untuk pencitraan. Rakyat mati, pejabat sibuk mengatur narasi agar tidak disalahkan. Ini bukan karikatur. Ini kenyataan. Inilah hasil demokrasi yang membiarkan uang sebagai tiket masuk kekuasaan: Pemilu amplop → Pemimpin amplop → Kebijakan amplop → Bencana kebijakan → Rakyat menjadi korban amplop. Dan yang lebih ironis: setiap lima tahun, siklus ini diulang lagi, seolah bangsa ini sedang menjalankan eksperimen sosial: “Seberapa jauh kita bisa hancur kalau dipimpin oleh orang yang salah?” Tidak peduli siapa presidennya, jika ia tetap menggunakan pejabat hasil transaksi politik, maka ia hanya mewarisi bencana kepemimpinan yang sudah dirintis sejak hari pertama demokrasi kita diperdagangkan. Kita wajib jujur: Bencana alam ini bisa dicegah, tapi bencana kepemimpinan tidak - selama Pemilu masih berbasis amplop. Dan sampai praktik politik amplop ini dihentikan, sampai rakyat bisa memilih tanpa harus digoda oleh kemiskinan yang sengaja dipelihara, sampai pemimpin dipilih karena kapasitas bukan karena cash amplop, maka setiap musim hujan adalah masa waspada, bukan pada badai, tetapi pada ketidakmampuan orang-orang yang dipilih melalui amplop untuk menghadapinya. Karena masalah utama negeri ini bukan cuaca, bukan sungai, bukan gunung, bukan curah hujan: Masalah utama negeri ini adalah pemimpin yang lahir dari amplop - dan amplop tidak pernah menghasilkan kapasitas untuk memimpin. #bencanakepemimpinan #pemiluamplop #pemimpinamplop @bnpb_indonesia @tvOnenews @Metro TV @infotabagsel @infosumut @bbcnewstotheworld @tvmalaysiachannels

About