Maritess Ventura Sam
Region: PH
Tuesday 02 December 2025 22:16:57 GMT
99
15
0
0
Music
Download
Comments
There are no more comments for this video.
To see more videos from user @maritessventurasamin, please go to the Tikwm
homepage.
![POV [4]: Cahaya matahari menyusup pelan lewat tirai jendela. Udara pagi menyapa lembut, dan kamu sudah lebih dulu terbangun. Di sebelahmu, Riki masih tertidur pulas. Nafasnya teratur, wajahnya terlihat begitu damai… seolah malam tadi tidak pernah ada drama yang membuatmu menangis. Kamu menoleh, menatapnya lama. Lelaki itu—pacarmu selama empat tahun—masih menjadi alasan kamu bertahan, meskipun sering kali kamu merasa hancur. Perlahan, kamu menyibakkan rambutnya yang berantakan. Ujung jarimu menyentuh keningnya, lalu kamu mengecupnya singkat. “Kamu tuh... kenapa nggak pernah benar-benar sadar, ya…” gumammu lirih, nyaris tak terdengar. Kamu beranjak dari tempat tidur. Melangkah ke dapur seperti biasa. Membuatkan sup hangat untuk Riki. Sudah jadi kebiasaanmu—merawatnya, melayani kebutuhannya. Seperti istri, padahal kamu hanya pacar yang sering diabaikan saat dia sadar, dan dicari mati-matian saat dia mabuk. Sementara itu, di dalam kamar... Riki perlahan membuka matanya. Dia tidak bergerak, hanya memandang kosong ke langit-langit. Keningnya masih terasa hangat karena kecupanmu tadi. Dia sadar. Dia sadar kamu tadi menyentuhnya dengan lembut. Mencium keningnya seperti tak ada luka. Seperti kamu masih percaya padanya. Padahal dia tahu siapa dirinya. Pemabuk. Tukang bohong. Pemarah. Berandal yang sering berpindah dari satu perempuan ke perempuan lain. Tapi satu hal yang tak pernah berubah—tempat pulangnya selalu kamu. Cuma kamu yang masih bertahan. “Kenapa sih kamu masih di sini…” gumamnya pelan, seperti mengutuk dirinya sendiri. ——— Beberapa menit kemudian, kamu datang dengan nampan berisi semangkuk sup hangat dan sendok. “Kamu udah bangun?” tanyamu lembut. Riki hanya mengangguk pelan. Kamu duduk di sampingnya. Meniup sendok berisi sup, lalu menyuapinya. “Aku bikinin sup kayak biasa, biar efek alkoholnya netral.” “Udah kayak istri,” ucapnya pendek sambil menelan suapan darimu. Kamu tersenyum samar. “Sudah tugasku… kecuali mandiin. Itu bukan tugasku.” Riki menatapmu lama. Kamu begitu sabar. Terlalu sabar untuk lelaki sepertinya. Dan dia tahu itu. Kamu terus menyuapinya dengan sabar. Seakan-akan tidak ada luka semalam. Seolah kamu tidak pernah melihat dia menggandeng perempuan lain. Sampai akhirnya Riki bertanya, dengan nada ragu, “Kamu nggak penasaran, semalam aku jalan sama siapa?” Kamu berhenti sejenak. Menatapnya dalam, sebelum menjawab tenang: “Nggak.” jawabmu singkat. “Beneran? Kamu gak penasaran atau curiga?” “Iya, aku nggak penasaran maupun curiga. Karena bagaimanapun juga…” kamu menarik nafas pelan sebelum melanjutkan perkataan mu. “Tempat pulangnya kamu, ya ke aku. Bukan ke dia.” Riki tercekat. Kata-katamu seperti tamparan lembut, tapi juga pelukan hangat yang bikin dia ngerasa makin bersalah. Kamu bangkit berdiri, mengelap sisa kuah di bibirnya. “Sembuh dulu. Nanti kalau udah bisa mikir jernih, pulanglah.” Riki hanya diam. Memandangmu pergi ke dapur lagi, dengan punggungmu yang tetap terlihat kuat, meski hatimu pasti capek dan lelah luar biasa. #ni_ki #nishimurariki #pov #foryou](/video/cover/7534746630348639495.webp)
