@lafa_0000: pikirkan secara logika!! #cringe #random #fyp #fypシ #foryou

lafa
lafa
Open In TikTok:
Region: ID
Wednesday 03 December 2025 21:52:33 GMT
2933153
306662
2681
48523

Music

Download

Comments

gimlii2
特嘎尔 :
grantbeans versi lokal 😹😹😹
2025-12-03 23:55:57
12335
eliza_san016
Ujangbakom :
grantbeans lokal jir 😂
2025-12-04 05:42:00
458
krimen382
krimen :
ngedip dikit ganti alur😹
2025-12-04 03:31:35
46952
mlky_taa
mlkyy_tαα☆ :
ini konten apasii
2025-12-04 12:33:34
8996
hic.esse
cocoa :
mirip konsep grantbeans jir, mantap bg
2025-12-04 00:00:46
72
im_hotbaby
Ku-Tang :
PLOTWIS BERLAPIS
2025-12-03 23:15:32
22581
kejell_dp
⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ :
grantbeans melokal anjay, pengetahuan bola super elit
2025-12-05 15:10:53
3
1kuhh2
VIOLET紫 帝𝕜𝕦𝕝𝕥𝕚𝕧𝕒𝕥𝕠𝕣 :
gw ngutang pulsa darurat 1GB, cuma buat liat ginian:
2025-12-04 07:21:48
2640
eminori.nvi
mirisyipaa🍀🐹#adachireifan :
mimpi pas demam
2025-12-04 07:00:26
4970
itzmefathir
fathirmejikcom :
grantbeans reference on this country?indonesia is healing😭❤️‍🩹❤️‍🩹🔋
2025-12-04 04:53:26
374
reivelven
🇵🇸🇲🇨Reivelven🏳️‍⚧️🇯🇵 :
grantbeans versi lokal🗿
2025-12-12 12:15:08
0
hamungkubuwono
kurasa takada :
Grantbeans lokal jir
2025-12-04 11:44:34
10
siro0617
Siro :
support kreator kecil😁
2025-12-03 22:02:16
289
putraa210406
putra21 :
lahh intro nya di akhir
2025-12-08 05:19:18
18
maulio_o
maulanamst :
2025-12-03 22:02:26
1606
cheryl_naa4
starzcherryy :
orang demak ini lagi..
2025-12-04 08:27:12
534
ini_ra75
𝙍𝙖𝙣𝙯𝙯 𝙠𝙪𝙮𝙮 :
mimpi gw pas demam nih🗿
2025-12-09 23:04:51
2
slebewwwwww_12
barrr :
beneran uang tutup mulut ye
2025-12-04 01:34:58
4580
applecid3r.xx0
LollibuNn 。𖦹°‧🍮 :
Mimpi gw waktu demam
2025-12-13 02:58:41
1
exxentr7
dips_ :
viral jejak tinggalkan berpotensi
2025-12-04 00:56:08
82
luckmansukamainhok
LuckmaN [LN] :
😈grantbeans versi lokal
2025-12-04 05:31:25
20
r6xvp
R :
ini kemana si arahnya 😔
2025-12-07 09:57:16
7
lebronnn_eilish
im.roniii :
MK mimpi orang yg seharian scroll tiktod😂😂😹 saking absurdnya aowkwkw
2025-12-04 01:12:54
657
dianafiah_
dianafiah_ :
hahahaaa lucu banget tetangga😭
2025-12-04 02:36:54
95
ditzpendek
DITZKECIK' :
tiba² jadi Frost diamond
2025-12-13 07:59:29
3
To see more videos from user @lafa_0000, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

BENCANA KEPEMIMPINAN BERAWAL DARI PEMILU AMPLOP (Bencana Pemimpin Amplop Bagi Warga Amplop) Oleh: Engran Silalahi  Mari kita bicara apa adanya, tanpa bedak, tanpa polesan, tanpa sensor: Bencana yang menewaskan ribuan rakyat Sumatera hari ini bukan hanya karena langit pecah. Ini sejatinya buah busuk dari demokrasi amplop. Ya, demokrasi amplop. Demokrasi yang katanya “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” - tapi pada praktiknya menjadi “dari amplop, oleh amplop, untuk amplop”. Sistem yang seharusnya memilih pemimpin berintegritas, berilmu, dan berwawasan, kini berubah menjadi pasar gelap politik, di mana masa depan bangsa dihargai setara uang bensin dan beras sekilo. Dan rakyat, yang hidupnya diperas keadaan, dan dimiskinkan oleh sistem, dipaksa memilih: menerima amplop atau tetap miskin.  Pilihannya bukan moral, tapi bertahan hidup. Mereka tidak salah - sistemnya yang busuk. Lalu setelah amplop berpindah tangan, rezekilah orang-orang yang duduk di kursi kekuasaan itu - bukan karena kompetensi, bukan karena integritas - tetapi karena mereka paling jago mengedarkan uang tunai sebelum hari pencoblosan. Inilah konsekuensinya: - Orang yang seharusnya mempelajari geografi malah sibuk mempelajari cara menang tender. - Orang yang seharusnya memahami mitigasi bencana malah sibuk menghafal teks klarifikasi. - Orang yang seharusnya membaca data BMKG malah membaca peluang kamera mana yang paling bagus untuk pencitraan. - Orang yang seharusnya menjaga hulu justru sibuk mengurus izin yang merusak hulu. Dan ketika bencana datang menghantam: kepemimpinan yang lahir dari amplop akan melahirkan kebijakan yang sebodoh amplop. Rakyat menjerit, pejabat sibuk klarifikasi. Rakyat hanyut, pejabat sibuk konferensi pers. Rakyat berduka, pejabat sibuk meralat ucapannya. Rakyat menunggu bantuan, pejabat sibuk cari sudut kamera terbaik untuk pencitraan. Rakyat mati, pejabat sibuk mengatur narasi agar tidak disalahkan. Ini bukan karikatur. Ini kenyataan. Inilah hasil demokrasi yang membiarkan uang sebagai tiket masuk kekuasaan: Pemilu amplop → Pemimpin amplop → Kebijakan amplop → Bencana kebijakan → Rakyat menjadi korban amplop. Dan yang lebih ironis: setiap lima tahun, siklus ini diulang lagi, seolah bangsa ini sedang menjalankan eksperimen sosial: “Seberapa jauh kita bisa hancur kalau dipimpin oleh orang yang salah?” Tidak peduli siapa presidennya, jika ia tetap menggunakan pejabat hasil transaksi politik, maka ia hanya mewarisi bencana kepemimpinan yang sudah dirintis sejak hari pertama demokrasi kita diperdagangkan. Kita wajib jujur: Bencana alam ini bisa dicegah, tapi bencana kepemimpinan tidak - selama Pemilu masih berbasis amplop. Dan sampai praktik politik amplop ini dihentikan, sampai rakyat bisa memilih tanpa harus digoda oleh kemiskinan yang sengaja dipelihara, sampai pemimpin dipilih karena kapasitas bukan karena cash amplop, maka setiap musim hujan adalah masa waspada, bukan pada badai, tetapi pada ketidakmampuan orang-orang yang dipilih melalui amplop untuk menghadapinya. Karena masalah utama negeri ini bukan cuaca, bukan sungai, bukan gunung, bukan curah hujan: Masalah utama negeri ini adalah pemimpin yang lahir dari amplop - dan amplop tidak pernah menghasilkan kapasitas untuk memimpin. #bencanakepemimpinan #pemiluamplop #pemimpinamplop @bnpb_indonesia @tvOnenews @Metro TV @infotabagsel @infosumut @bbcnewstotheworld @tvmalaysiachannels
BENCANA KEPEMIMPINAN BERAWAL DARI PEMILU AMPLOP (Bencana Pemimpin Amplop Bagi Warga Amplop) Oleh: Engran Silalahi Mari kita bicara apa adanya, tanpa bedak, tanpa polesan, tanpa sensor: Bencana yang menewaskan ribuan rakyat Sumatera hari ini bukan hanya karena langit pecah. Ini sejatinya buah busuk dari demokrasi amplop. Ya, demokrasi amplop. Demokrasi yang katanya “dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat” - tapi pada praktiknya menjadi “dari amplop, oleh amplop, untuk amplop”. Sistem yang seharusnya memilih pemimpin berintegritas, berilmu, dan berwawasan, kini berubah menjadi pasar gelap politik, di mana masa depan bangsa dihargai setara uang bensin dan beras sekilo. Dan rakyat, yang hidupnya diperas keadaan, dan dimiskinkan oleh sistem, dipaksa memilih: menerima amplop atau tetap miskin. Pilihannya bukan moral, tapi bertahan hidup. Mereka tidak salah - sistemnya yang busuk. Lalu setelah amplop berpindah tangan, rezekilah orang-orang yang duduk di kursi kekuasaan itu - bukan karena kompetensi, bukan karena integritas - tetapi karena mereka paling jago mengedarkan uang tunai sebelum hari pencoblosan. Inilah konsekuensinya: - Orang yang seharusnya mempelajari geografi malah sibuk mempelajari cara menang tender. - Orang yang seharusnya memahami mitigasi bencana malah sibuk menghafal teks klarifikasi. - Orang yang seharusnya membaca data BMKG malah membaca peluang kamera mana yang paling bagus untuk pencitraan. - Orang yang seharusnya menjaga hulu justru sibuk mengurus izin yang merusak hulu. Dan ketika bencana datang menghantam: kepemimpinan yang lahir dari amplop akan melahirkan kebijakan yang sebodoh amplop. Rakyat menjerit, pejabat sibuk klarifikasi. Rakyat hanyut, pejabat sibuk konferensi pers. Rakyat berduka, pejabat sibuk meralat ucapannya. Rakyat menunggu bantuan, pejabat sibuk cari sudut kamera terbaik untuk pencitraan. Rakyat mati, pejabat sibuk mengatur narasi agar tidak disalahkan. Ini bukan karikatur. Ini kenyataan. Inilah hasil demokrasi yang membiarkan uang sebagai tiket masuk kekuasaan: Pemilu amplop → Pemimpin amplop → Kebijakan amplop → Bencana kebijakan → Rakyat menjadi korban amplop. Dan yang lebih ironis: setiap lima tahun, siklus ini diulang lagi, seolah bangsa ini sedang menjalankan eksperimen sosial: “Seberapa jauh kita bisa hancur kalau dipimpin oleh orang yang salah?” Tidak peduli siapa presidennya, jika ia tetap menggunakan pejabat hasil transaksi politik, maka ia hanya mewarisi bencana kepemimpinan yang sudah dirintis sejak hari pertama demokrasi kita diperdagangkan. Kita wajib jujur: Bencana alam ini bisa dicegah, tapi bencana kepemimpinan tidak - selama Pemilu masih berbasis amplop. Dan sampai praktik politik amplop ini dihentikan, sampai rakyat bisa memilih tanpa harus digoda oleh kemiskinan yang sengaja dipelihara, sampai pemimpin dipilih karena kapasitas bukan karena cash amplop, maka setiap musim hujan adalah masa waspada, bukan pada badai, tetapi pada ketidakmampuan orang-orang yang dipilih melalui amplop untuk menghadapinya. Karena masalah utama negeri ini bukan cuaca, bukan sungai, bukan gunung, bukan curah hujan: Masalah utama negeri ini adalah pemimpin yang lahir dari amplop - dan amplop tidak pernah menghasilkan kapasitas untuk memimpin. #bencanakepemimpinan #pemiluamplop #pemimpinamplop @bnpb_indonesia @tvOnenews @Metro TV @infotabagsel @infosumut @bbcnewstotheworld @tvmalaysiachannels

About