@jolly.arts: Replying to @alvitodinofa252 who’s next? #superman #dc #clarkkent #dccomics #marvel #comic #asmr #asmrsounds #asmrtiktoks #asmrvideo #satisfying #satisfyingvideo #satisfyingvideos #artistsoftiktok #art #drawing

JollyArts
JollyArts
Open In TikTok:
Region: ES
Wednesday 22 March 2023 21:08:47 GMT
7996539
587439
6144
6271

Music

Download

Comments

dc
DC :
Sounds Super 😏
2023-03-29 20:25:28
1947
am_24ugg
Heavy😈 :
pls make mirror😨😱
2025-02-28 14:52:28
0
unreflective1
￶ ￶￶ ￶ :
That ain’t superman
2023-03-24 09:34:48
6
kidjuan_25
kidjuan_25 :
DRAW HEISENBERG
2023-03-22 22:23:53
46
reallyscrewed1
yuritl0 :
please all I ask is if you do belos from the Owl house
2023-03-22 21:13:13
8
evanbuildswithblocks
Evan builds with blocks :
do butters from south park
2023-03-23 00:26:48
17
2x_john_doe_x
DELIRIOUS :
Eric cartman pleaseee🥺🥺
2023-03-22 21:36:48
14
duck_lord12
DUCK LORD :
Eren Yeager
2023-03-22 22:16:53
4
facecap3
cupcake :
flash plss🥺🥺
2023-03-22 22:01:23
30
unknownthreat726
Unknown_726 :
Have u ever messed up before 🧐
2023-03-22 22:42:06
9
the_greatest_30
invisible :
Hi king 🤴
2023-03-22 21:12:56
47
withered_bonnie01
withered_bonnie :
pls Shazam!
2023-03-22 21:59:31
20
autistic_buiscuit
Queef Thief :
Do Homelander next
2023-03-23 00:31:01
12
matteo..bongiovanni
Mattéo :
c'est l'inverse d asmr
2023-06-18 06:39:56
11
lyledane
Lyle Dane :
Go work for dc comics
2023-03-22 21:32:08
111
mattjahmes
mattjahmes :
Joker next
2023-03-23 00:18:50
9
menkem33
men kem :
Black panther 😏
2023-03-24 22:53:34
77
wxmelodyx
𝓜𝓮𝓵𝓸𝓭𝔂 🎄🎀 :
I would be so happy if you do the old version of Starfire
2023-03-22 22:35:50
10
jesusjimenez____
Jesús Jiménez :
Cell perfect
2023-03-23 00:40:08
12
guhgootz
nicholasladas :
Could you draw sans from undertake
2023-03-22 22:41:15
7
nombreoriginalaqui1
❗💣V1💣❗ :
Draw jolly arts as a Jolly rancher
2024-05-02 04:34:59
1
ll3be
Liebe :
you should draw asta
2023-03-22 22:41:21
7
slyvlm
SOULY :
asura's wrath
2023-03-22 23:56:10
32
spidermansolos33
SpidermanSolos :
SUPERMAN NEXT PLEASEEEEEE
2023-03-22 22:07:55
40
To see more videos from user @jolly.arts, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Ketika Keikhlasan Dibalas dengan Rp 25 Juta Di sebuah desa sunyi di Demak, Jawa Tengah, tinggal seorang guru tua bernama Zuhdi. Sehari-hari ia mengajar di madrasah kecil. Tak digaji tetap, tak punya mobil, tak pernah dikenal dunia. Tapi dari lisannya, ratusan anak menghafal huruf hijaiyah. Dari tangannya, ribuan doa anak-anak meluncur ke langit. Ia datang setiap hari, menempuh puluhan kilometer dengan motor tua demi satu hal: mengabdi kepada ilmu dan menyelamatkan akhlak generasi. Tapi suatu hari, semuanya hancur… hanya karena satu tamparan kecil. Ketika peci Guru Tua dilempar, dan adab menjadi langka. Hari itu biasa saja. Kelas riuh, anak-anak bercanda. Tapi satu sandal beterbangan. Mendarat tepat di peci Pak Zuhdi. Sebuah penghinaan diam-diam yang menusuk harga diri guru tua yang tak pernah marah kecuali jika adab diinjak-injak. Refleks, tamparan kecil mendarat. Tidak keras, tidak brutal. Mungkin seperti tamparan ibu kepada anaknya yang bandel. Tapi zaman sudah berubah. Hukum tak lagi mengenal niat baik. Kebenaran tak punya tempat kalau yang melapor punya kuasa. Rp 25 Juta: Harga Sebuah Ketulusan Beberapa hari kemudian, lima orang datang. Ada aparat, ada surat resmi, ada tekanan. Pak Zuhdi yang bahkan tak paham proses hukum, duduk di lantai, menandatangani surat damai. Tapi damai itu tak gratis. Ia harus membayar Rp 25 juta, atau kasusnya dibawa ke polisi. Demi menjaga madrasah dari gaduh, ia menjual satu-satunya motor tuanya. Motor yang selama ini membawanya mengajar, kini jadi korban dari sebuah sistem yang tak memihak pada guru miskin yang ikhlas. Siapa Wali Murid Itu? Bukan rakyat biasa. Ia adalah mantan calon anggota DPRD. Pernah mencalonkan diri dari partai politik. Hanya meraih 36 suara. Tapi kini punya panggung nasional, bukan karena program, tapi karena menuntut guru tua hingga tak punya apa-apa. Apa yang diajarkan pada anak-anaknya? Bahwa adab bisa diganti dengan uang? Bahwa guru yang menegur harus dihukum? Gus Miftah menangis, rakyat bergerak, ulama karismatik itu angkat suara. “Dulu, orang tua berkata, kalau anak saya nakal, pukul saja, saya ridha.” Tapi sekarang? Guru mencubit sedikit saja, dituntut. Dianiaya hukum. Diperkarakan oleh orang tua yang merasa menang karena punya kuasa dan jalur hukum. Ribuan netizen mencari siapa guru ini. Ternyata dia bernama Mad Zuhdi, tinggal di pelosok Karanganyar, Demak. Yang mengajar tanpa bayaran, yang hidup dari doa murid dan sabar istri. Kita selalu bilang, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, kini tanpa perlindungan. Tapi hari ini kita diam ketika sang pahlawan dipaksa menjual motornya untuk menebus “kesalahan” karena mendidik. Kita bungkam ketika guru tua menangis, bukan karena dihina, tapi karena merasa dunia tak lagi punya ruang untuk orang jujur seperti dirinya. Dan Kami Bertanya… Bagaimana nasib guru lain setelah ini? Masih adakah yang berani menegur murid nakal? Masih adakah yang rela mengajar tanpa gaji, jika resikonya adalah penjara dan denda? Untukmu, Guru Zuhdi Engkau bukan bersalah. Engkau adalah saksi zaman yang tak lagi adil pada keikhlasan. Tamparanmu mungkin salah di mata hukum, tapi mulia di mata Tuhan dan sejarah. Motor tuamu boleh hilang, tapi doamu, dan air matamu, akan mengetuk pintu langit, jauh lebih keras dari laporan hukum mana pun. Dan untuk bangsa ini: Jika kita tak bisa menghargai guru, maka bersiaplah hidup dipimpin generasi yang tak tahu adab, karena tak ada lagi yang berani mengajarkannya. #fawaid_al #gurungaji #sanksi   #25 #juta
Ketika Keikhlasan Dibalas dengan Rp 25 Juta Di sebuah desa sunyi di Demak, Jawa Tengah, tinggal seorang guru tua bernama Zuhdi. Sehari-hari ia mengajar di madrasah kecil. Tak digaji tetap, tak punya mobil, tak pernah dikenal dunia. Tapi dari lisannya, ratusan anak menghafal huruf hijaiyah. Dari tangannya, ribuan doa anak-anak meluncur ke langit. Ia datang setiap hari, menempuh puluhan kilometer dengan motor tua demi satu hal: mengabdi kepada ilmu dan menyelamatkan akhlak generasi. Tapi suatu hari, semuanya hancur… hanya karena satu tamparan kecil. Ketika peci Guru Tua dilempar, dan adab menjadi langka. Hari itu biasa saja. Kelas riuh, anak-anak bercanda. Tapi satu sandal beterbangan. Mendarat tepat di peci Pak Zuhdi. Sebuah penghinaan diam-diam yang menusuk harga diri guru tua yang tak pernah marah kecuali jika adab diinjak-injak. Refleks, tamparan kecil mendarat. Tidak keras, tidak brutal. Mungkin seperti tamparan ibu kepada anaknya yang bandel. Tapi zaman sudah berubah. Hukum tak lagi mengenal niat baik. Kebenaran tak punya tempat kalau yang melapor punya kuasa. Rp 25 Juta: Harga Sebuah Ketulusan Beberapa hari kemudian, lima orang datang. Ada aparat, ada surat resmi, ada tekanan. Pak Zuhdi yang bahkan tak paham proses hukum, duduk di lantai, menandatangani surat damai. Tapi damai itu tak gratis. Ia harus membayar Rp 25 juta, atau kasusnya dibawa ke polisi. Demi menjaga madrasah dari gaduh, ia menjual satu-satunya motor tuanya. Motor yang selama ini membawanya mengajar, kini jadi korban dari sebuah sistem yang tak memihak pada guru miskin yang ikhlas. Siapa Wali Murid Itu? Bukan rakyat biasa. Ia adalah mantan calon anggota DPRD. Pernah mencalonkan diri dari partai politik. Hanya meraih 36 suara. Tapi kini punya panggung nasional, bukan karena program, tapi karena menuntut guru tua hingga tak punya apa-apa. Apa yang diajarkan pada anak-anaknya? Bahwa adab bisa diganti dengan uang? Bahwa guru yang menegur harus dihukum? Gus Miftah menangis, rakyat bergerak, ulama karismatik itu angkat suara. “Dulu, orang tua berkata, kalau anak saya nakal, pukul saja, saya ridha.” Tapi sekarang? Guru mencubit sedikit saja, dituntut. Dianiaya hukum. Diperkarakan oleh orang tua yang merasa menang karena punya kuasa dan jalur hukum. Ribuan netizen mencari siapa guru ini. Ternyata dia bernama Mad Zuhdi, tinggal di pelosok Karanganyar, Demak. Yang mengajar tanpa bayaran, yang hidup dari doa murid dan sabar istri. Kita selalu bilang, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, kini tanpa perlindungan. Tapi hari ini kita diam ketika sang pahlawan dipaksa menjual motornya untuk menebus “kesalahan” karena mendidik. Kita bungkam ketika guru tua menangis, bukan karena dihina, tapi karena merasa dunia tak lagi punya ruang untuk orang jujur seperti dirinya. Dan Kami Bertanya… Bagaimana nasib guru lain setelah ini? Masih adakah yang berani menegur murid nakal? Masih adakah yang rela mengajar tanpa gaji, jika resikonya adalah penjara dan denda? Untukmu, Guru Zuhdi Engkau bukan bersalah. Engkau adalah saksi zaman yang tak lagi adil pada keikhlasan. Tamparanmu mungkin salah di mata hukum, tapi mulia di mata Tuhan dan sejarah. Motor tuamu boleh hilang, tapi doamu, dan air matamu, akan mengetuk pintu langit, jauh lebih keras dari laporan hukum mana pun. Dan untuk bangsa ini: Jika kita tak bisa menghargai guru, maka bersiaplah hidup dipimpin generasi yang tak tahu adab, karena tak ada lagi yang berani mengajarkannya. #fawaid_al #gurungaji #sanksi #25 #juta

About