@fananelrashaka: كيف خسّت الفنانة الهام شاهين اكثر من 10 كيلوغرامات بدون فوتوشوب##فنان_الرشاقه #حقن_dc #حقن_DC_BLOCK #الهام_شاهين

Mohamed Ibrahim Elshafie
Mohamed Ibrahim Elshafie
Open In TikTok:
Region: EG
Monday 24 June 2024 00:08:08 GMT
1213235
20823
2031
10499

Music

Download

Comments

hnyn_56
حنين حنين :
بكام الحقن
2025-11-25 23:49:41
0
sss.2027
sss.2027 :
نفس مفعول ابر المنجارو 👍🏻
2024-09-21 23:05:52
2
lamiaahamed4
Lamiaa Hamed466 :
سعر الحقنه ايه ونظام اعطاعها
2025-12-01 05:55:40
0
elkaed19
القائد💪 :
بكام سعر
2025-01-09 17:41:14
1
sana1961
سناء ابو السعود :
كله ماشي على ابرالتنحيف ozempic بوخدوها مرضى السكر
2024-06-25 18:21:05
3
user9818827638166
لولي :
اسمها ابه الحقن وبكام
2024-11-25 19:46:53
0
abeeramr569
Abeer :
بكام
2024-10-15 07:26:18
1
nawnas5
Nawnas :
من فضلك اسم الحقن اذا موجوده بلامارات ياريت تخبرنا اذا فيها اثار جانبيه شكرا
2024-06-24 17:17:01
1
nourarezk193
noura rezk193 :
بكام
2024-11-08 19:40:31
0
gehangopashy
Gehan Gopashy :
بكام الحقن
2024-06-24 04:26:08
4
dina..nagdy
dina..nagdy :
سعرها تفاصيل
2024-10-07 04:13:36
0
mdbvxmn
الله معي أم نور :
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰مالك
2024-11-08 13:02:24
0
bntalmhairi
🇦🇪المهيريه💕🍃 :
مونجارو👍
2024-06-24 01:39:44
2
sherineradwan
Sherine radwan :
بكام
2024-11-08 17:25:36
0
user040885774
سفيرة الاحلام :
فين فى اسكندرية
2024-09-14 10:03:43
1
deinar_tarek
Dinar :
بكام
2024-09-30 23:58:49
0
dy3vx53tg296
جبل الصبر يازينب :
المفروض يادكتور تشرح بفيديو اسم الابره وطريقه استخدامها انت تنزل فيديوات اعلان
2024-06-24 11:12:25
18
om.sleemelbana2
ام سليم البنا :
مكانك فين ي دكتور وتنفع مع الرضاعه ولو مريضه سكر
2025-04-16 08:57:36
1
azzametwaly1
ورد :
ياجماعه هي بنفسها طلعت قالت دخلت مستشفيات وخطر
2024-11-11 08:00:39
2
soha.sooo
Soha Sooo :
اسمها اي وبكام
2024-11-08 19:40:41
0
mona.ahmed7863
Mona Ahmed :
كام السعر
2025-10-20 20:17:31
1
hendhashem8
Hend Hashem :
ممكون تقول تكلفه
2024-06-24 00:53:11
4
esper385
esperanza :
ابر اسمها saxenda وهي فعلا فعالة بس من الأحسن تحت إشراف الطبيب و سعرها تقريبا 200 €
2024-06-24 07:47:59
12
meromohmed20
Mero Mohmed :
ممكن اعرف الاسعار
2024-10-15 20:08:38
0
To see more videos from user @fananelrashaka, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

(Sebuah percakapan batin antara murid dan guru tentang diam, dzikir, dan kesadaran sejati) ---     “Guru… kenapa setiap kali aku berdzikir, pikiranku malah semakin riuh?” “Karena kau belum menurunkan pikiranmu ke hati, anakku… Bukan kepala yang perlu diam — tapi rasa yang perlu hidup.” --- Saat pikiranmu tunduk di bawah hati, dzikir bukan lagi ucapan — tapi keadaan.   --- “Menurunkan Pikiran ke Hati” Murid: Guru… aku sering mendengar bahwa dalam dzikir khofi, kita harus menurunkan pikiran ke hati. Tapi bagaimana caranya? Setiap kali aku mencoba, pikiran malah semakin riuh. Guru: Anakku… kau tak bisa memaksa pikiran turun. Pikiran itu seperti air yang bergelombang — makin kau aduk, makin beriak. Ia tak mau diseret, tapi bisa diajak lembut. Murid: Tapi Guru, setiap kali aku duduk berdzikir, tubuhku diam, tapi di dalam kepalaku seperti ramai pasar. Hatiku memanggil, pikiranku bercakap. Kenapa seolah aku berbicara dengan dua diri sekaligus? Guru: Karena memang dua kesadaranmu sedang bersilang. Hati memanggil ke dalam, akal menatap ke luar. Kau sedang berada di persimpangan antara dunia dan asal. Jangan marah pada pikiranmu, ia hanya sedang takut kehilangan kendali. Murid: Lalu bagaimana menenangkannya, Guru? Guru: Pertama, jangan melawan. Hanya amati dengan lembut. Seperti menatap anak kecil yang sedang menangis — tak perlu dibentak, cukup dipeluk dengan tenang. Lama-lama ia akan diam sendiri. Tariklah napas perlahan… ikuti alirannya dengan rasa, bukan pikiran. Bayangkan kesadaranmu turun dari kepala ke dada mengikuti napas itu. Tarik: “Allah…” Hembus: “…Hu.” Bukan diucap, tapi dirasakan di tengah dada. Murid: Apakah napas itu yang menurunkan pikiran, Guru? Guru: Napas adalah jembatan. Ia tali antara akal dan hati. Jika kau terus menyadari alirannya, perlahan pikiranmu akan larut dalam irama zikir. Bukan hilang, tapi ikut tunduk. Murid: Kadang aku ingin memaksa pikiranku berhenti. Tapi makin aku coba, makin bising. Guru: Karena yang perlu kau turunkan bukan pikirannya, tapi perhatiannya. Pikiran akan tetap ada — biarkan. Tapi arahkan perhatianmu dari kepala ke dada. Rasakan denyut halus di sana, seperti pusat rasa hidupmu. Di situlah hati berdzikir. Saat pikiran muncul lagi, jangan marah. Katakan lembut dalam batinmu:    “Terima kasih sudah muncul, tapi sekarang aku sedang bersama Yang Lebih Dalam.” Ulangi terus, dengan sabar. Lama-lama perhatianmu akan menetap di hati. Pikiran masih ada, tapi tak lagi gaduh. Ia hanya menjadi kaca bening, memantulkan cahaya dari dalam. Murid: Guru… apakah saat itu pikiran benar-benar berhenti? Guru: Tidak, ia hanya menjadi diam. Bukan mati, tapi tunduk. Dan saat itulah hati mulai bersuara — bukan dengan kata, tapi dengan rasa yang tenang namun hidup. Itu tanda pikiranmu telah turun ke bawah hati. Murid: Apa yang terjadi setelah itu? Guru: Kau akan mulai mengenal dzikir yang sejati. Bukan lagi kau yang berdzikir, tapi dzikir itu sendiri yang hidup di dalammu. Bukan lagi kau yang menyebut Nama-Nya, tapi Nama-Nya yang sedang menyebutmu. Murid: Apakah ini yang dimaksud dengan melihat diri sejati, Guru? Guru: Ya, anakku. Saat pikiranmu sudah diam di bawah hati, dan hati diam di bawah kehendak-Nya, maka yang tersisa hanya kesadaran yang hidup — yang bukan berawal dan tak berakhir. Di situ, kau tak lagi berkata “aku berpikir maka aku ada”, tetapi “aku diam, maka Aku Nampak.” Yang terlihat bukan sosok, tapi rasa keberadaan yang abadi. Itulah dirimu yang sejati — ruh yang mengenal Asalnya. Murid: Guru… ternyata jalan menuju hati bukan lewat kekuatan, tapi lewat kelembutan dan pasrah, ya? Guru: Benar. Lembutlah pada pikiranmu, sabarlah pada hatimu, dan biarkan Nama-Nya bekerja di dalam dirimu. Sebab, hati tidak bisa dibuka dengan palu logika, melainkan dengan kunci keheningan. ---     “Ketika pikiranmu sudah tunduk dan hatimu telah hidup, maka diam pun menjadi dzikir. Di situlah engkau tak lagi mencari Tuhan — karena yang tersisa hanyalah Dia yang sedang memandang lewat dirimu.” --- #DzikirKhofi #MenurunkanPikiranKeHati #Tasawuf #Ruhani #GuruMurid
(Sebuah percakapan batin antara murid dan guru tentang diam, dzikir, dan kesadaran sejati) --- “Guru… kenapa setiap kali aku berdzikir, pikiranku malah semakin riuh?” “Karena kau belum menurunkan pikiranmu ke hati, anakku… Bukan kepala yang perlu diam — tapi rasa yang perlu hidup.” --- Saat pikiranmu tunduk di bawah hati, dzikir bukan lagi ucapan — tapi keadaan. --- “Menurunkan Pikiran ke Hati” Murid: Guru… aku sering mendengar bahwa dalam dzikir khofi, kita harus menurunkan pikiran ke hati. Tapi bagaimana caranya? Setiap kali aku mencoba, pikiran malah semakin riuh. Guru: Anakku… kau tak bisa memaksa pikiran turun. Pikiran itu seperti air yang bergelombang — makin kau aduk, makin beriak. Ia tak mau diseret, tapi bisa diajak lembut. Murid: Tapi Guru, setiap kali aku duduk berdzikir, tubuhku diam, tapi di dalam kepalaku seperti ramai pasar. Hatiku memanggil, pikiranku bercakap. Kenapa seolah aku berbicara dengan dua diri sekaligus? Guru: Karena memang dua kesadaranmu sedang bersilang. Hati memanggil ke dalam, akal menatap ke luar. Kau sedang berada di persimpangan antara dunia dan asal. Jangan marah pada pikiranmu, ia hanya sedang takut kehilangan kendali. Murid: Lalu bagaimana menenangkannya, Guru? Guru: Pertama, jangan melawan. Hanya amati dengan lembut. Seperti menatap anak kecil yang sedang menangis — tak perlu dibentak, cukup dipeluk dengan tenang. Lama-lama ia akan diam sendiri. Tariklah napas perlahan… ikuti alirannya dengan rasa, bukan pikiran. Bayangkan kesadaranmu turun dari kepala ke dada mengikuti napas itu. Tarik: “Allah…” Hembus: “…Hu.” Bukan diucap, tapi dirasakan di tengah dada. Murid: Apakah napas itu yang menurunkan pikiran, Guru? Guru: Napas adalah jembatan. Ia tali antara akal dan hati. Jika kau terus menyadari alirannya, perlahan pikiranmu akan larut dalam irama zikir. Bukan hilang, tapi ikut tunduk. Murid: Kadang aku ingin memaksa pikiranku berhenti. Tapi makin aku coba, makin bising. Guru: Karena yang perlu kau turunkan bukan pikirannya, tapi perhatiannya. Pikiran akan tetap ada — biarkan. Tapi arahkan perhatianmu dari kepala ke dada. Rasakan denyut halus di sana, seperti pusat rasa hidupmu. Di situlah hati berdzikir. Saat pikiran muncul lagi, jangan marah. Katakan lembut dalam batinmu: “Terima kasih sudah muncul, tapi sekarang aku sedang bersama Yang Lebih Dalam.” Ulangi terus, dengan sabar. Lama-lama perhatianmu akan menetap di hati. Pikiran masih ada, tapi tak lagi gaduh. Ia hanya menjadi kaca bening, memantulkan cahaya dari dalam. Murid: Guru… apakah saat itu pikiran benar-benar berhenti? Guru: Tidak, ia hanya menjadi diam. Bukan mati, tapi tunduk. Dan saat itulah hati mulai bersuara — bukan dengan kata, tapi dengan rasa yang tenang namun hidup. Itu tanda pikiranmu telah turun ke bawah hati. Murid: Apa yang terjadi setelah itu? Guru: Kau akan mulai mengenal dzikir yang sejati. Bukan lagi kau yang berdzikir, tapi dzikir itu sendiri yang hidup di dalammu. Bukan lagi kau yang menyebut Nama-Nya, tapi Nama-Nya yang sedang menyebutmu. Murid: Apakah ini yang dimaksud dengan melihat diri sejati, Guru? Guru: Ya, anakku. Saat pikiranmu sudah diam di bawah hati, dan hati diam di bawah kehendak-Nya, maka yang tersisa hanya kesadaran yang hidup — yang bukan berawal dan tak berakhir. Di situ, kau tak lagi berkata “aku berpikir maka aku ada”, tetapi “aku diam, maka Aku Nampak.” Yang terlihat bukan sosok, tapi rasa keberadaan yang abadi. Itulah dirimu yang sejati — ruh yang mengenal Asalnya. Murid: Guru… ternyata jalan menuju hati bukan lewat kekuatan, tapi lewat kelembutan dan pasrah, ya? Guru: Benar. Lembutlah pada pikiranmu, sabarlah pada hatimu, dan biarkan Nama-Nya bekerja di dalam dirimu. Sebab, hati tidak bisa dibuka dengan palu logika, melainkan dengan kunci keheningan. --- “Ketika pikiranmu sudah tunduk dan hatimu telah hidup, maka diam pun menjadi dzikir. Di situlah engkau tak lagi mencari Tuhan — karena yang tersisa hanyalah Dia yang sedang memandang lewat dirimu.” --- #DzikirKhofi #MenurunkanPikiranKeHati #Tasawuf #Ruhani #GuruMurid

About