@030772842khanz: Indian actor stories #tiktokgrowth #foryourpage #creatorsearchinsights #100kfollowers #tiktoktips

8 sooo char
8 sooo char
Open In TikTok:
Region: PK
Sunday 19 October 2025 20:43:36 GMT
64289
3376
55
56

Music

Download

Comments

doctorrrrrr8
🕯️کراچی کی شہزادی :
🌹مجھے ایک مخلص دوست چاہیے 🤞🏻🌹
2025-10-20 09:30:33
3
user414959462
user414959462 :
❤️❤️❤
2025-10-20 05:49:48
3
waseem.abbasi383
waseem Abbasi :
♥️♥️♥️♥
2025-10-20 16:43:07
1
user1902237877609
user1902237877609 :
🥰
2025-10-20 16:23:38
1
khane4381
Khan :
🥰
2025-10-25 20:25:29
0
amirshafique87
2025-10-25 18:53:37
0
rehmang683
rehmang683 :
👍👍👍
2025-10-25 17:08:35
0
ghulam.rasol80
Ghulam Rasol :
😁
2025-10-24 18:08:24
0
mansoor...khan1
user9403143686597 :
😁
2025-10-24 08:56:42
0
._love_20
ᴹ͢͢ ᭄_LOVE_ :
🥰🥰🥰
2025-10-23 21:12:03
0
user6608148031495
Alhmbabh 555 :
🥰🥰🥰
2025-10-23 05:53:59
0
neehash6
neehash :
😁
2025-10-22 19:47:22
0
sajidkhanx18
Sajid Khan :
😳😳😳
2025-10-22 18:43:04
0
muzafirgujjar
Muzafir Gujjar :
😁😁😁
2025-10-22 18:40:28
0
muzafirgujjar
Muzafir Gujjar :
😳😳😳
2025-10-22 18:39:25
0
muzafirgujjar
Muzafir Gujjar :
🥰🥰🥰
2025-10-22 18:39:18
0
muzafirgujjar
Muzafir Gujjar :
😂😂😂
2025-10-22 18:39:17
0
raja.kami59
Raja Kami :
😂
2025-10-22 18:13:00
0
adnan.nara.712
Adnan nara 712 :
🥰🥰🥰
2025-10-22 11:09:01
0
tahir.sheikh184
Tahir Sheikh :
🥰🥰🥰
2025-10-22 09:48:58
0
faizathze0r
[email protected] :
🥰🥰🥰
2025-10-22 05:09:13
0
ranaibrar7725
dhakku sab :
♥♥♥
2025-10-22 01:58:39
0
mohsin34066
Mohsin :
💕💕💕
2025-10-22 00:17:17
0
anju.sah280
Anju Sah :
2025-10-21 23:53:37
0
xtylish.king885
Xtylish king👑 :
💕💕💕
2025-10-21 22:23:21
0
To see more videos from user @030772842khanz, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

POV | Kamu tidak suka pindah rumah. Bahkan sejak kecil, kata pindah selalu berarti kehilangan—meninggalkan hal-hal yang sudah kamu kenal, menggantinya dengan sesuatu yang asing dan terlalu sepi. Mobil berhenti di depan rumah besar berwarna abu, berdiri tegak di tengah halaman luas yang terlalu rapi. Pagar besi tinggi terbuka perlahan, dan kamu bisa mendengar suara mesin yang bergemuruh di kejauhan, bergema di dinding rumah seperti napas berat. Ibumu tersenyum, menggenggam tanganmu. “Ayo, Sayang. Ini rumah kita sekarang.” Kamu hanya mengangguk pelan. Kata kita terdengar aneh. Begitu kamu melangkah masuk, udara di rumah itu dingin. Wangi kayu tua bercampur samar aroma parfum pria—berat, pekat, dan asing. Langit-langitnya tinggi, chandelier kristal menggantung di atas kepala, memantulkan cahaya yang terlalu terang untuk mata yang lelah. Seorang pria muncul dari ruang tamu. Usianya sekitar akhir 40-an, wajahnya lembut tapi tegas. Senyumnya hangat—berbeda jauh dengan suasana rumah yang dingin. “Selamat datang,” katanya, melangkah mendekat. “Kamu pasti y/n, ya?” Kamu mengangguk pelan, mencoba tersenyum sopan. “Terima kasih, Om,” suaramu kecil, nyaris tenggelam dalam gema ruangan besar itu. “Bukan Om,” katanya sambil tertawa kecil. “Mulai sekarang, kamu bisa memanggilku Ayah.” Kata itu membuat dada kamu sedikit sesak—bukan karena bahagia, tapi karena bingung harus menanggapinya bagaimana. Ibumu di sampingmu tersenyum lembut, seperti berusaha menenangkan. Ayah barumu menoleh ke arah tangga yang tinggi di ruang tengah. “Heeseung!” panggilnya, suaranya berat tapi penuh wibawa. “Turun sebentar, Nak. Ada yang ingin Ayah perkenalkan.” Langkah kaki terdengar dari atas. Pelan. Teratur. Seseorang turun dari tangga dengan postur tegap dan wajah yang sulit dibaca. Lee Heeseung. Rambut hitamnya sedikit berantakan, kemeja putihnya tergulung di siku. Matanya tajam, tapi bukan tajam seperti marah—lebih seperti sedang menganalisa, menembus setiap lapisan dirimu tanpa bicara sepatah kata pun. “Heeseung, ini y/n. Putri Ibu Haneul. Mulai hari ini, dia akan tinggal bersama kita,” kata Ayahmu sambil menepuk bahunya. Heeseung tidak menjawab. Ia hanya menatapmu. Lama. Tatapan itu membuatmu ingin mundur selangkah, tapi kakinya tetap diam di tempat. Akhirnya, dengan nada datar dan dingin, ia berkata: “Baik.” Ayahmu tampak lega dengan jawaban sesingkat itu. Tapi kamu tahu, dari nada suaranya saja, baik itu tidak berarti menerima. Lebih seperti… aku tahu, tapi aku tidak peduli. “Heeseung, tolong bantu y/n nanti kalau dia butuh sesuatu, ya,” kata ayahmu lagi. Namun kali ini, Heeseung justru menatapmu sekali lagi—lebih dalam, lebih tajam. “Aku tidak suka orang asing masuk ke kamarku,” ucapnya pelan, tapi cukup keras untuk semua orang dengar. Lalu ia berbalik dan naik kembali ke atas, meninggalkan keheningan yang kaku di antara kalian. Kamu menunduk. Ibumu menggenggam tanganmu, seolah tahu kamu ingin menangis tapi tidak akan. Ayah barumu hanya tersenyum kaku, “Dia memang begitu. Tapi dia anak yang baik, kau akan terbiasa nanti.” Namun kamu tahu—tatapan mata itu bukan tatapan seseorang yang mudah terbiasa dengan apa pun. ------ Malam semakin larut. Ibu dan Ayah Tiri sudah tidur di kamar utama di ujung lorong. Kamu sudah berbaring di tempat tidurmu, namun matamu sulit terpejam. Rasa takut dari kejadian di lorong tadi siang masih menempel. ​Tiba-tiba, keheningan rumah besar itu pecah oleh suara keras dari kamar sebelah. ​GEDEBUK! KRAK! ​Itu suara barang jatuh. Bunyinya seperti sesuatu yang berat, diikuti dengan suara pecah yang membuatmu langsung terduduk. Itu kamar Heeseung. ​Jantungmu berdebar tak karuan. Walaupun ia selalu dingin dan mengintimidasimu, naluri polosmu berkata Kamu harus memastikan dia baik-baik saja. Kamu melompat turun dari ranjang, kaki telanjang menyentuh lantai marmer yang dingin. ​Kamu berjalan perlahan ke pintu kamarnya. Pintu itu tertutup rapat, diselimuti aura misterius seperti penghuninya. [lnjt dikomnt>>] #heeseung #enhypen #pov #foryou #fyp
POV | Kamu tidak suka pindah rumah. Bahkan sejak kecil, kata pindah selalu berarti kehilangan—meninggalkan hal-hal yang sudah kamu kenal, menggantinya dengan sesuatu yang asing dan terlalu sepi. Mobil berhenti di depan rumah besar berwarna abu, berdiri tegak di tengah halaman luas yang terlalu rapi. Pagar besi tinggi terbuka perlahan, dan kamu bisa mendengar suara mesin yang bergemuruh di kejauhan, bergema di dinding rumah seperti napas berat. Ibumu tersenyum, menggenggam tanganmu. “Ayo, Sayang. Ini rumah kita sekarang.” Kamu hanya mengangguk pelan. Kata kita terdengar aneh. Begitu kamu melangkah masuk, udara di rumah itu dingin. Wangi kayu tua bercampur samar aroma parfum pria—berat, pekat, dan asing. Langit-langitnya tinggi, chandelier kristal menggantung di atas kepala, memantulkan cahaya yang terlalu terang untuk mata yang lelah. Seorang pria muncul dari ruang tamu. Usianya sekitar akhir 40-an, wajahnya lembut tapi tegas. Senyumnya hangat—berbeda jauh dengan suasana rumah yang dingin. “Selamat datang,” katanya, melangkah mendekat. “Kamu pasti y/n, ya?” Kamu mengangguk pelan, mencoba tersenyum sopan. “Terima kasih, Om,” suaramu kecil, nyaris tenggelam dalam gema ruangan besar itu. “Bukan Om,” katanya sambil tertawa kecil. “Mulai sekarang, kamu bisa memanggilku Ayah.” Kata itu membuat dada kamu sedikit sesak—bukan karena bahagia, tapi karena bingung harus menanggapinya bagaimana. Ibumu di sampingmu tersenyum lembut, seperti berusaha menenangkan. Ayah barumu menoleh ke arah tangga yang tinggi di ruang tengah. “Heeseung!” panggilnya, suaranya berat tapi penuh wibawa. “Turun sebentar, Nak. Ada yang ingin Ayah perkenalkan.” Langkah kaki terdengar dari atas. Pelan. Teratur. Seseorang turun dari tangga dengan postur tegap dan wajah yang sulit dibaca. Lee Heeseung. Rambut hitamnya sedikit berantakan, kemeja putihnya tergulung di siku. Matanya tajam, tapi bukan tajam seperti marah—lebih seperti sedang menganalisa, menembus setiap lapisan dirimu tanpa bicara sepatah kata pun. “Heeseung, ini y/n. Putri Ibu Haneul. Mulai hari ini, dia akan tinggal bersama kita,” kata Ayahmu sambil menepuk bahunya. Heeseung tidak menjawab. Ia hanya menatapmu. Lama. Tatapan itu membuatmu ingin mundur selangkah, tapi kakinya tetap diam di tempat. Akhirnya, dengan nada datar dan dingin, ia berkata: “Baik.” Ayahmu tampak lega dengan jawaban sesingkat itu. Tapi kamu tahu, dari nada suaranya saja, baik itu tidak berarti menerima. Lebih seperti… aku tahu, tapi aku tidak peduli. “Heeseung, tolong bantu y/n nanti kalau dia butuh sesuatu, ya,” kata ayahmu lagi. Namun kali ini, Heeseung justru menatapmu sekali lagi—lebih dalam, lebih tajam. “Aku tidak suka orang asing masuk ke kamarku,” ucapnya pelan, tapi cukup keras untuk semua orang dengar. Lalu ia berbalik dan naik kembali ke atas, meninggalkan keheningan yang kaku di antara kalian. Kamu menunduk. Ibumu menggenggam tanganmu, seolah tahu kamu ingin menangis tapi tidak akan. Ayah barumu hanya tersenyum kaku, “Dia memang begitu. Tapi dia anak yang baik, kau akan terbiasa nanti.” Namun kamu tahu—tatapan mata itu bukan tatapan seseorang yang mudah terbiasa dengan apa pun. ------ Malam semakin larut. Ibu dan Ayah Tiri sudah tidur di kamar utama di ujung lorong. Kamu sudah berbaring di tempat tidurmu, namun matamu sulit terpejam. Rasa takut dari kejadian di lorong tadi siang masih menempel. ​Tiba-tiba, keheningan rumah besar itu pecah oleh suara keras dari kamar sebelah. ​GEDEBUK! KRAK! ​Itu suara barang jatuh. Bunyinya seperti sesuatu yang berat, diikuti dengan suara pecah yang membuatmu langsung terduduk. Itu kamar Heeseung. ​Jantungmu berdebar tak karuan. Walaupun ia selalu dingin dan mengintimidasimu, naluri polosmu berkata Kamu harus memastikan dia baik-baik saja. Kamu melompat turun dari ranjang, kaki telanjang menyentuh lantai marmer yang dingin. ​Kamu berjalan perlahan ke pintu kamarnya. Pintu itu tertutup rapat, diselimuti aura misterius seperti penghuninya. [lnjt dikomnt>>] #heeseung #enhypen #pov #foryou #fyp

About