@filmyevolution: Sholay Movie Cast Then And Now 1975vs2025 Sholay Movie Cast Then And Now 1975-2025 🔥 Bollywood की सबसे iconic फ़िल्म Sholay के कलाकार कैसे दिखते थे और आज कैसे नज़र आते हैं, यही सफर इस वीडियो में दिखाया गया है. यह वीडियो सिर्फ़ एक जानकारी देने वाला, entertainment purpose पर आधारित 1975 की legendary film Sholay ने Indian cinema को नया रूप दिया—आज भी इसके कलाकारों की मेहनत, talent और journey को लोग दिल से याद करते हैं. इस वीडियो में आप देखेंगे कैसे समय ने हर actor को बदल दिया, कैसे उनकी मेहनत ने उन्हें आज भी यादगार बना रखा है. यह video किसी भी तरह से movie के rights को violate नहीं करता, ना ही किसी भी platform policy का उल्लंघन करता है. Ye post sirf or sirf dharam ji ki yaad me hai #Sholay #Sholay1975 #SholayCast #ThenAndNow #1975vs2025

Filmyevolution09
Filmyevolution09
Open In TikTok:
Region: KW
Tuesday 25 November 2025 20:42:36 GMT
235235
5372
103
111

Music

Download

Comments

rick.james.b8
Rick James B. :
Time will catch up with all of us unfortunately
2025-11-26 12:28:40
23
haysman5
Haysman :
R.I.P my Legend
2025-11-27 22:35:48
1
user2335475792805
Артик :
Это фильм "Месть и закон"
2025-11-26 21:15:51
3
unklezico
UnkleZico :
hmmmm life!
2025-11-27 20:55:14
2
shazzagilly_70
Sharon :
Sholay best Bollywood film ever.
2025-11-27 17:25:50
4
senami9091
senami91 :
Rip my legend
2025-11-28 08:04:39
0
cumtome009
Yusuf :
Best bollywood film 💯
2025-11-27 10:57:54
2
sraza9
Raza :
i look 50 at age 35 and looked 25 at 39😁
2025-11-26 18:53:47
2
alabiopeyemi910
alabiopeyemi910 :
all of us we reach our destination oneday....RIP to the legends 🙌
2025-11-28 07:19:29
0
animals_of_pk
ANIMALS OF PK :
That dosti is finally broken 😢
2025-11-26 19:06:48
3
76as43
La Queen :
RIP 🪦
2025-11-26 15:50:16
0
untildendoftime1
untildendoftime :
rest on legend 🔥🔥🙏🙏
2025-11-26 22:48:09
0
rightravern
Right ravern :
😢 Life sucks
2025-11-27 10:35:20
0
lazyboyabs
lazyboyabs :
Classic!
2025-11-26 11:32:34
3
omzy717
DiorDon :
Passed young 🤲🏾🤲🏾🤲🏾🤲🏾
2025-11-26 22:36:45
0
2ndhand8
2ndHand :
Goosebumps
2025-11-26 12:31:20
0
user62104302861100
ክብሮም (ማሪየ) :
😭😭😭😭😭😭
2025-11-26 19:54:01
0
young.popo66
Young popo :
RIp 😂😂
2025-11-26 20:21:51
0
tahirkhurshid18
Tahir Khurshid435 :
rip 😔
2025-11-26 12:07:01
0
user8682803870793
user8682803870793 :
rip🙏🙏
2025-11-26 12:57:54
0
bali47713
Bali :
Luv this film ❤️❤️❤️❤️
2025-11-26 18:19:56
1
omidtoufiq0
omid toufiq :
😁😁😁
2025-11-27 04:15:34
0
_bootle.uk
Bootle :
😢
2025-11-27 00:06:00
1
neelamshazadi1
Neelam Shazadi :
😁😁😁
2025-11-28 10:08:31
0
svitlana_borshchevska
Світлана Борщевська :
😂😂😂
2025-11-28 08:29:32
0
To see more videos from user @filmyevolution, please go to the Tikwm homepage.

Other Videos

Petani di Desa Mondoe, Kecamatan Palangga Selatan, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra), mengeluhkan aktivitas tambang nikel PT Wijaya Inti Nusantara (WIN) yang berdampak pada lahan persawahan. Namun, Kepala Desa Mondoe, Aswan, membantah keluhan petani dan justru menyebut PT WIN membawa manfaat bagi warganya. Petani Mondoe, Wawan (41), mengatakan produksi sawahnya menurun sejak adanya aktivitas PT WIN. Sawah yang mengandalkan hujan sebagai sumber utama pengairan kini membawa lumpur. Lumpur tersebut berasal dari hulu serta bekas galian tambang nikel yang hanya berjarak 15 meter dari sawah seluas 2 hektare milik Wawan di Dusun 1 Desa Mondoe. “Di Mondoe kami itu sawah tadah hujan. Namun, ketika hujan, yang turun bukan air, tetapi lumpur. Itu yang kami rasakan selama beberapa tahun terakhir. Kalau ada yang bicara sawahnya tidak terdampak, boleh dilihat berapa jauh jaraknya dengan penambangan. Ini saya pas di pinggir tambang. Itu yang saya alami,” kata Wawan, Selasa (25/11/2025). Meski PT WIN telah berupaya membersihkan saluran air menuju sawahnya, Wawan mengungkapkan daerah resapan di bagian hulu telah banyak dirusak. Bekas-bekas galian tambang nikel juga masih berjatuhan ke saluran air yang berada tepat di bawahnya ketika turun hujan. Sumber air bersih dekat sawah yang dulu dipakai Wawan juga sudah tak berfungsi. Dia pun terpaksa membeli air bersih dua tandon setiap pekan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Setelah PT WIN mengolah di sini, sumber air saya dulu, air untuk minum, ada pipa ke rumah itu sudah mati juga. Jadi kami harus membeli air tandon dari Torobulu. Per minggu itu minimal dua tandon,” ungkap Wawan. Hal senada disampaikan Rusman (35), petani lainnya di Mondoe. Rusman awalnya mengeluhkan bendungan berukuran kecil yang menjadi sumber penampungan air untuk lahan pertanian kering dan dipenuhi sedimen pasir serta lumpur. Sedimen tersebut diduga berasal dari aktivitas PT WIN. Rusman menyebut PT WIN baru memperbaiki saluran bendungan setelah petani ramai mengeluhkan dampak tambang nikel terhadap sawah. Meski saluran telah diperbaiki, sedimen lumpur yang mengendap di dasar bendungan tetap mengalir ke sawah-sawah petani. Agar lumpur tak merendam lahan persawahan ketika turun hujan, Rusman menutup aliran bendungan menuju irigasi dengan papan kayu serta terpal plastik. Di ujung irigasi dekat sawahnya, Rusman menutupnya kembali dengan papan kayu. Rusman menutup saluran air, karena sawah seluas satu hektare miliknya yang paling dekat dengan bendungan. Jika dibiarkan, lahannya dan sawah seluas 40 hektare masyarakat Mondoe akan terendam lumpur. “Setelah ada pemberitaan baru ada alatnya PT WIN turun. Sejak enam sampai tujuh tahun lalu, setiap musim bersawah kami gali bersama bapak ini (Sanusi) pakai cangkul agar bisa masuk air ke sawah,” ungkapnya, Selasa (25/11). Sementara itu, Kepala Desa Mondoe, Aswan, sejak awal mengaku tidak ada dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas PT WIN. Aswan menyebut PT WIN justru mendatangkan manfaat, karena membuka lapangan kerja bagi sebagian besar warganya. “Ketika ada perusahaan, masyarakat saya lihat ini ada perkembangannya, dibanding dulu. Artinya masyarakat saya sudah ada yang punya mobil, karena adanya tambang. Motor juga saya lihat ini hampir semua. Kalau ada (dampak negatif), pasti masyarakat ribut,” kata Aswan kepada Kendariinfo, Selasa, 14 Oktober 2025. Aswan kemudian menunjukkan aktivitas PT WIN yang baru selesai membersihkan saluran bendungan yang dipenuhi sedimen lumpur serta pasir. Pada kesempatan itu, Aswan menegaskan keluhan yang disampaikan warganya tidak benar. “Apa yang diberitakan masyarakat saya di luar sana itu tidak benar,” katanya saat mengunjungi bendungan di Dusun III Desa Mondoe, Senin (24/11). #Kendariinfo #Kendari #sulawesitenggara #sultra
Petani di Desa Mondoe, Kecamatan Palangga Selatan, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra), mengeluhkan aktivitas tambang nikel PT Wijaya Inti Nusantara (WIN) yang berdampak pada lahan persawahan. Namun, Kepala Desa Mondoe, Aswan, membantah keluhan petani dan justru menyebut PT WIN membawa manfaat bagi warganya. Petani Mondoe, Wawan (41), mengatakan produksi sawahnya menurun sejak adanya aktivitas PT WIN. Sawah yang mengandalkan hujan sebagai sumber utama pengairan kini membawa lumpur. Lumpur tersebut berasal dari hulu serta bekas galian tambang nikel yang hanya berjarak 15 meter dari sawah seluas 2 hektare milik Wawan di Dusun 1 Desa Mondoe. “Di Mondoe kami itu sawah tadah hujan. Namun, ketika hujan, yang turun bukan air, tetapi lumpur. Itu yang kami rasakan selama beberapa tahun terakhir. Kalau ada yang bicara sawahnya tidak terdampak, boleh dilihat berapa jauh jaraknya dengan penambangan. Ini saya pas di pinggir tambang. Itu yang saya alami,” kata Wawan, Selasa (25/11/2025). Meski PT WIN telah berupaya membersihkan saluran air menuju sawahnya, Wawan mengungkapkan daerah resapan di bagian hulu telah banyak dirusak. Bekas-bekas galian tambang nikel juga masih berjatuhan ke saluran air yang berada tepat di bawahnya ketika turun hujan. Sumber air bersih dekat sawah yang dulu dipakai Wawan juga sudah tak berfungsi. Dia pun terpaksa membeli air bersih dua tandon setiap pekan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. “Setelah PT WIN mengolah di sini, sumber air saya dulu, air untuk minum, ada pipa ke rumah itu sudah mati juga. Jadi kami harus membeli air tandon dari Torobulu. Per minggu itu minimal dua tandon,” ungkap Wawan. Hal senada disampaikan Rusman (35), petani lainnya di Mondoe. Rusman awalnya mengeluhkan bendungan berukuran kecil yang menjadi sumber penampungan air untuk lahan pertanian kering dan dipenuhi sedimen pasir serta lumpur. Sedimen tersebut diduga berasal dari aktivitas PT WIN. Rusman menyebut PT WIN baru memperbaiki saluran bendungan setelah petani ramai mengeluhkan dampak tambang nikel terhadap sawah. Meski saluran telah diperbaiki, sedimen lumpur yang mengendap di dasar bendungan tetap mengalir ke sawah-sawah petani. Agar lumpur tak merendam lahan persawahan ketika turun hujan, Rusman menutup aliran bendungan menuju irigasi dengan papan kayu serta terpal plastik. Di ujung irigasi dekat sawahnya, Rusman menutupnya kembali dengan papan kayu. Rusman menutup saluran air, karena sawah seluas satu hektare miliknya yang paling dekat dengan bendungan. Jika dibiarkan, lahannya dan sawah seluas 40 hektare masyarakat Mondoe akan terendam lumpur. “Setelah ada pemberitaan baru ada alatnya PT WIN turun. Sejak enam sampai tujuh tahun lalu, setiap musim bersawah kami gali bersama bapak ini (Sanusi) pakai cangkul agar bisa masuk air ke sawah,” ungkapnya, Selasa (25/11). Sementara itu, Kepala Desa Mondoe, Aswan, sejak awal mengaku tidak ada dampak negatif yang ditimbulkan dari aktivitas PT WIN. Aswan menyebut PT WIN justru mendatangkan manfaat, karena membuka lapangan kerja bagi sebagian besar warganya. “Ketika ada perusahaan, masyarakat saya lihat ini ada perkembangannya, dibanding dulu. Artinya masyarakat saya sudah ada yang punya mobil, karena adanya tambang. Motor juga saya lihat ini hampir semua. Kalau ada (dampak negatif), pasti masyarakat ribut,” kata Aswan kepada Kendariinfo, Selasa, 14 Oktober 2025. Aswan kemudian menunjukkan aktivitas PT WIN yang baru selesai membersihkan saluran bendungan yang dipenuhi sedimen lumpur serta pasir. Pada kesempatan itu, Aswan menegaskan keluhan yang disampaikan warganya tidak benar. “Apa yang diberitakan masyarakat saya di luar sana itu tidak benar,” katanya saat mengunjungi bendungan di Dusun III Desa Mondoe, Senin (24/11). #Kendariinfo #Kendari #sulawesitenggara #sultra

About